-->

Sejarah Kesultanan Utsmani Bagian Pertama



Ilustrasi Sultan Muhammad Al-Fatih 
Kesultanan Utsmaniyah (atau dalam dunia barat lebih dikenal dengan nama utsmani) adalah sebuah negara multi etnis yang didirikan pada tahun 1299 M dan berakhir pada tahun 1923 M.setelah itu dilanjutkan oleh republik turki modern yang diproklamirkan pada 29 oktober 1923 M. Negara ini didirikan oleh Bani Utsman yang berasal dari Kabilah Oguz. Masa kekuasaan Dinasti Utsmani ini lebih dari 6 abad dan dipimpin lebih dari 36 sultan. Sultan yang paling terkenal yaitu MuhammadII (alfatih), sang penakluk Konstantinopel sekaligus mengakhiri Kekaisaran Byzantium. Kemudian Sultan Sulaiman I (al Qanuni) pembuat undang undang dimana pada masa kekuasaan nya dinasti utsmani memiliki wilayah yang sangat luas yang terbentang dari Sungai Eufrat di iraq hingga Selat Gibraltar di Maroko, dan dari Laut Merah hingga Sungai Danube, di Hungaria dan juga pada masa itu angkatan laut Utsmaniyah adalah salah satu yang terkuat pada masa itu. Kekuatan kesultanan Utsmaniyah terkikis secara perlahan pada abad ke 19 ,sampai akhirnya benar benar runtuh pada abad ke 20 dimana setelah perang dunia ke-1 berakhir kesultanan Utsmaniyah mengalami kekalahan pada perang tersebut sebelum akhirnya benar benar berakhir.
Faktor Pendorong Berdirinya Kesultanan Ustmani

Kerajaan Byzantium yang Semakin Melemah



Pada akhir abad ke-12 kerajaan Byzantium mulai dipenuhi dengan konflik Internal keluarga kerajaan, sehingga banyak terjadi kudeta yang menyebabkan tidak ada nya penguasa tetap yang mampu menjaga stabilitas kerajaan tersebut. contohnya pada 24 september 1180 M dimana sepeninggal kaisar Manuel I dan dilanjutkan oleh penggantinya Andronikos (dinasti komneian terakhir) hubungan antara Kekaisaran Barat dan timur mulai merenggang dikarenakan pada saat itu Andronikos menerapkan kebijakan anti latin dan memerintahkan untuk membasmi semua penduduk latin yang ada di Konstantinopel dimana jumlah nya mencapai puluhan ribu.Andronikos juga menerapkan kebijakan yang merugikan kaum bangsawan sehingga merekan menjatuhkannya, akibatnya berakhirlah kekuasaan Dinasti Komneian. 
Kemudian dimulai lah babak baru, Sir Isaac II Angelus orang yang mengkudeta Andronikos kemudian mendirikan dinasti Angeloi. Dinasti Angeloi dinilai sebagai penyebab utama hancurnya Byzantium akibat inkompetensi pemimpinnya dan terutama mengundang kematian Byzantium lewat Perang Salib.
Pada perang salib ke-3 (1189 - 1192 M), pasukan salib jerman pimpinan Frederick Barbarossa memberangus turki dan ibukotanya Ikonium namun Isaac II tidak memanfaatkan peluang ini untuk menguasai nya. Kemudian Isaac II dikudeta oleh Alexios III Angelus dan dipenjarakan bersama putranya Alexios IV. Alexios IV kemudian meloloskan diri pada 1203 M dan meminta pertolongan kepada Pasukan Salib IV (1202 - 1204 M), lewat Duke of Swabia dari Kekaisaran Suci Roma untuk membantunya mengambil alih kekuasaan. Ia menjanjikan bantuan pasukan, uang dan perbekalan yang kebetulan saat itu sangat dibutuhkan dan juga ia berencana untuk mempersatukan Gereja Timur dengan Roma. Meskipun sudah dilarang oleh Paus, pasukan salib setuju dan akhirnya setuju dan akhirnya menyerang AlexiosIII , Alexios III yang kaget langsung kabur sehingga Alexios IV diangkat menjadi kaisar.
Alexios IV gagal memenuhi janjinya pada pasukan salib,sehingga untuk melunasinya ia menaikan pajak secara gila-gilaan yang menyebabkan rakyat Konstantinopel berontak. Alexios IV kemudian dibunuh dan digantikan Alexios V.  Para pasukan salib memutuskan untuk menagih hutang setelah penjamin mereka alexios IV dibunuh. Alexios V menolak dan memutuskan mati-matian untuk bertahan namun akhirnya pasukan salib mampu menembus,membakar dan menjarah konstantinopel habis-habisan selama 3 hari 3 malam. Baldwin dari Flanders  diangkat sebagai kaisar latin Konstantinopel, dan wilayah Konstantinopel dibagi-bagi kepada pasukan salib walaupun tidak semua.
wilayah kerajaan byzantium yang terbagi antara Latin, yunani dan Turki
wilayah kerajaan byzantium yang terbagi antara Latin, yunani dan Turki
Pada tahun 1260, Konstantinopel pada akhirnya dapat direbut kembali ketika kekaisaran latin sibuk memerangi Bulgaria yang terus berekspansi keselatan, memudahkan Michael VIII Palaiologos dari Nicea menaklukan konstantinopel.dengan demikian tahta Byzantium kembali diamankan oleh para penguasa dari Yunani.
Kesultanan Seljuk yang Semakin Melemah
Hampir sama seperti kerajaan Byzantium, pada akhir abad ke-12 kesultanan Seljuk harus menghadapi konflik Internal dan Eksternal. Konflik Internal mereka yaitu saling berebut tahta seperti kaisar Byzantium. sedangkan konflik eksternal yang mereka hadapi adalah serangan dari pasukan Mongol yang terus berekspansi ke barat setelah berhasil menaklukan Baghdad. dimana Begitu bangsa Mongol menyadari bahwa Sultan Seljuk berikutnya yaitu Giyaseddin Keyhüsrev II memang penguasa yang lemah dan cadangan militer negara habis karena usaha yang dilakukan untuk menekan pemberontakan Baba Is'haq, sebuah keputusan dibuat untuk menyerang Asia Kecil. Tiga puluh ribu tentara di bawah komando Bayju Noyon (menurut İbn Bibi, mereka adalah kavaleri Tatar elit) menginvasi Anatolia dan pada musim gugur 1242 M mengepung Erzurum.  Kemudian berturut tururt Kekhanan Mongol mampu menaklukan Kayseri, Sivas, Erdebil, Konya dan seluruh wilayah Kesultanan Seljuk. 
pada tahun 1266,  Sultan Seljuk Rukneddin berkomplot dengan orang-orang Arab melawan penguasa Mongol. Pada tahun itu Rukneddin terbunuh, dicekik dengan tali busur, namun penyebab kematian resmi diumumkan sebagai penyakit. Takhta itu kemudian diserahkan kepada putra Rukneddin, Giyaseddin Keyhüsrev III berusia dua setengah tahun (1266 - 1284 M). Müeneddin Suleiman mengambil alih jabatan sebagai wali sultan dan dengan demikian  memperoleh kekuasaan dan pengaruh yang tak terbatas di negara bagian. Kebijakannya dirancang untuk menguntungkan kepentingan atasannya di Mongol. Segera para prajurit Mongol mulai mengganti prajurit Seljuk dan orang-orang Mongol datang untuk mengendalikan wilayah Seljuk . Berbeda sekali dengan pemegang jabatan  sebelumnya, orang Mongol membatasi diri untuk mengumpulkan pajak dari wilayah mereka tanpa memenuhi kewajiban militer apapun. Tentara Mongol ditempatkan di seluruh wilayah. Konsekuensi dari perubahan ini adalah berkurangnya jumlah kavaleri Seljuk, dan oleh karena itu ketidak seimbangan di dalam fondasi struktur organisasi militer Seljuk. Untuk menebus defisit anggaran, pemerintah Seljuk terus menaikkan pajak yang dikenakannya kepada warganya dan pejabat divan, karena takut akan keselamatan dan hidup mereka, mengurangi biaya pribadi mereka. Akhirnya bangsa Mongol memutuskan untuk memiliki pengawasan penuh atas keuangan Seljuk dan memperkenalkan perwakilan mereka sendiri ke Seljuk divan. Pejabat baru tersebut mengasumsikan gelar penasehat negara. Mencari untuk memaksimalkan penghormatan tahunan mereka, orang-orang Mongol menghilangkan hak sultan untuk mengumpulkan pajak, yang secara tradisional dihitung sebagai pendapatan pribadi sultan. Langkah ini pada dasarnya mengabaikan otoritas sultan dan menyamakannya dengan seluruh Bangsawan Seljuk yang menerima pendapatan dari jabatan mereka. Penghasilan sultan sekarang akan datang dari pendapatan yang dia terima dari bangsa Mongol. Sejak saat itu, otoritas Seljuk sepenuhnya tidak memiliki wibawa di mata penduduk. Pemberontakan dan ketidakpatuhan muncul di seluruh kekaisaran dan menyebar ke seluruh negara bagian. Ada juga peningkatan jumlah serangan Türkmen nomaden di garnisun Mongol. Segera populasi Seljuk mulai menghubungkan harapan mereka untuk kebebasan tanpa sultan mereka sendiri. Sehingga muncul beberapa dinasti yang memerintah aras nama mereka sendiri. 
Invasi Bangsa Mongol dan Migrasi Bangsa Turkmen
Pada permulaan abad ke-12 Mongol melancarkan invasi besar-besaran keseluruh dunia, Baik dunia Timur maupun Dunia Barat. Di dunia timur , pasukan mongol berhasil menaklukan Dinasti Jin dan Kesultanan Khwarezm, yang di dominasi oleh suku turki, laki-laki yang ditangkap atau ditaklukan ditawarkan pilihan antara lain  keluarga mereka dijadikan budak atau mereka menjadi tentara Mngol  banyak yang memilih menjadi tentara Mongol demi keselamatan mereka namun ada pula yang kemudian mengungsi dan mencari bantuan  sebelum bangsa Mongol menaklukan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Ertugrul bersama 400 tentara berkudanya berusaha menemukan sebuah tempat yang belum dicapai oleh tentara Mongol. Saat itu sebelum invasi Mongol sampai ke Anatolia sultan alauddin kay Qubadh I membutuhkan bantuan untuk menjaga perbatasan antara Byzantium dengan Seljuk sehingga disambutlah   para migran dari Turkmenistan dan memberi mereka wilayah karaca dag yaitu sebuah pegunungan dekat angora (sekarang ankara). Adapun setelah Kekhanan Mongol berhasil menaklukan Seljuk banyak daerah-daerah yang kemudian memerdekakan diri dan memroklamirkan diri sebagai penguasa wilayah itu.
sultan - sultan yang memerintah dinasti Utsmani
ertugrul mempunyai anak sebanyak 3 orang yaitu Osman Gazi, Saru Batu Savci Bey dan Gunduz. Sepeninggal ertugrul pada tahun 1281 usman gazi menjadi pemimpin dan kemudian pada tahun 1299 mendirikan kesultanan Utsmani.
Utsman Gazi (1258 – 1326)
Utsman gazi adalah seorang pria tinggi dengan wajah bulat,kulit gelap,mata coklat,dan beralis tebal.bahunya cukup besar dan bagian atas tubuhnya lebih panjang daripada bagian yang lain.ia memakai mahkota khorasan dalam gaya chagatay yang terbuat dari kain merah yang besar. Ia memerintah antara tahun 1281-1326,dimana pada saat itu ia lahir ketika baghdad sedang dikepung oleh hulagu khan.pada tahun 1231 ayah nya ertugrul berhasil menaklukan wilayah nicea(byzantium) dan kemudian mengubah namanya menjadi sogut hal tersebut lah yang menjadi modal awal wilayahnya.pada saat ini banyak tentara bayaran yang datang kepadanya dengan harapan bahwa ia dapat melemahkan kekaisaran Byzantium selain itu populasi turki terus meningkat dikarenakan banjir pengungsi yang melarikan diri dari mongol.
Utsman gazi adalah seorang pemimpin yang brilian dan adil,berani,murah hati.dia suka membantu orang miskin kadang-kadang ia memberikan kainnya sendiri kepada mereka.setiap tengah hari ia sering menyediakan jamuan makanan dirumahnya..
Utsman gazi mengambil alih kepemimpinan klan pada saat ia berumur 23 tahun pada tahun 1281.ia kemudian menikah dengan mal sultana yang merupakan anak dari omer bey yang terkenal.yang kemudian melahirkan orhan I .
pada periode ini pemerintahan formal Utsmaniyah mulai terbentuk yang tidak berubah selama empat abad lamanya yang dikenal dengan nama millet (berasal dari bahasa arab millah) yang mana kelompok agama dan minoritas dapat mengontrol urusan mereka sendiri tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat
Ada sebuah kisah dimana pada suatu malam ketika ia menjadi tamu dirumah sheikh edebali ia bermimpi didalam mimpi tersebut ia melihat bulan muncul didada sheikh tersebut bulan tersebut terus naik lalu berpindah dan turun kedada utsman gazi terus kepusarnya dari pusarnya kemudian keluar pohon dimana pohon tersebut tumbuh lalu berubah hijau kemudian bercabang dan menjadi lebih banyak sampai sampai menyelimuti  seluruh dunia.Setelah itu ia menanyakan kepada Sheikh Edebali apa arti mimpinya itu,setelah diam sedikit sheikh mengatakan kepadanya:”saya sudah mendapat kabar baik Utsman, Allah memberi anda dan anak anda sebuah kedaulatan.dimana seluruh dunia akan berada dibawah perlindungan anak anda dan putri saya akan menjadi istri anda.
Setelah menjadi pemimpin klan kayi ada beberapa pertempuran yang dilalui oleh utsman yaitu:
Pertempuran Bapheus (27 juli 1302)
Pertempuran ini terjadi antara tentara utsmani dibawah kepemimpinan utsman I dan pasukan Byzantium dibawah kepemimpinan George Mouzalon. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan penting di pihak Utsmani dimana hal ini menambah penguatan pondasi kesultanan Utsmani dan mengakhiri Penaklukan Bitinia Byzantium oleh Utsmani. Pertempuran ini dimulai pada musim semi 1302 M dimana saat itu kaisar Byzantium Michael IX (1294 - 1320 M) meluncurkan kampanye perang yang mencapai selatan Magnesia tetapi pada saat itu tentara turki tidak siap akan hal itu ditambah pasukan mereka yang sedikit, kemudian mereka berusaha menghindari pertempuran tetapi Michael tetap berusaha menghadapi mereka akan tetapi kemudian dibujuk oleh jenderalnya. Di lain waktu saat tentara turki merasa cukup kuat mereka melaksanakan serangan balasan dan mereka hampir mengepung tentara Byzantium di Magnesia. Kemudian pasukannya dibubarkan tanpa pertempuran karena sebagai pasukan lokal mereka pergi untuk mempertahankan rumah mereka dan Suku Alans melakukan hal sama yaitu mempertahankan pasukan mereka di Thrace. Michael kemudian mundur ke laut bersamaan dengan gelombang pengungsi. 
Pertempuran masih terus berlanjut dimana untuk melawan ancaman Utsmani ke Nikomedia, ayah Michael Androkinos II Paleologos (1282 - 1328 M) mengirim pasukan dari Byzantium sekitar 2000 orang (setengah dari mereka adalah tentara bayaran Alans yang baru-baru ini disewa) dibawah Megas Hetaireiarches, George Mouzalon berencana untuk menyebrangi Selat Bosporus dan membebaskan kota.
Pada tanggal 27 juli 1302 tentara Byzantium bertemu tentara turki Utsmani. Tentara turki Utsmani terdiri dari 5000 kavaleri ringan yang dipimpin langsung oleh Utsman Gazi sendiri dimana pasukannya terdiri dari tentaranya sendiri dan juga sekutu dari Turki Paphlagonia dan daerah Sungai Meander. Kavaleri turki bertemu dengan Byzantium.disana. Pasukan Alans tidak berpartisipasi dalam pertempuran. Pasukan Turki dapat memecahkan garis formasi Byzantium yang memaksa Mouzalon untuk melarikan diri ke Nikomedia dibawah perlindungan Suku Alans.
Bapheus adalah kemenangan besar pertama bagi kesultanan Utsmaniyah yang baru lahir dan memiliki pengaruh besar dalam ekspansi dimasa yang akan datang. Byzantium sepenuhnya kehilangan kontrol atas pedesaan di Bitinia, kehilangan benteng mereka yang terisolasi dan kemudian jatuh satu per satu. Kekalahan Kekaisaran Byzantium menimbulkan eksodus besar-besaran penduduk kristen ke kekaisaran eropa lain yang mengubah keseimbangan demografis di wilayah itu ditambah dengan kekalahan di Magnesia yang memungkinkan orang-orang Turki untuk mencapai dan membangun kekuatan di pantai laut Aegea sehingga Bapheus menandakan hilangnya daerah terakhir Byzantium di asia kecil.
wilayah taklukan Utsman Gazi
wilayah taklukan Utsman Gazi

Penaklukan Bursa (1317 - 1326 M)
Pengepungan Bursa terjadi pada 1317 - 1320 sampai penaklukan pada 6 april 1326, ketika Utsmani mengerahkan rencana berani untuk merebut Prusa (Bursa turki modern). Sebelum nya dalam menaklukan sebuah kota tentara Utsmaniyah mengalami kesulitan karena kurangnya keahlian dan peralatam tempur yang memadai sehingga menyebabkan kota itu jatuh setelah pengepungan selama 6 atau 9 tahun. Menurut beberapa sumber Utsman tidak dapat menyaksikan penaklukan kota karena ia meninggal sebelum kota tersebut berhasil di taklukan sementara sumber yang lain mengatakan bahwa ia hidup cukup lama untuk mendengar peristiwa penaklukan kota dan kemudian meninggal dan dimakam kan dikota tersebut. 
Sultan Al-Ghazi Orhan I (726-761 H)
Meski berstatus anak kedua, Orhan dipercaya Utsman untuk menaiki takhta sepeninggalnya karena memiliki tekad kuat dan keberanian. Utsman tidak mewariskan takhta ke tangan anak sulungnya, Ala’uddin, yang cenderung suka beribadah menyendiri (‘uzlah) dan wira’i. Ala’uddin menerima dengan lapang keputusan ayahnya ini. Sebab itu, ia sangat dihormati saudaranya, Orhan, dan diberi wewenang untuk mengurusi urusan internal. Orhan sendiri memegang urusan perluasan wilayah kekuasaan dan urusan eksternal lainnya. Ia memindahkan ibu kota ke Bursa. 
Ala’uddin membuat mata uang dari emas dan perak, juga menetapkan sistem kemiliteran yang bersifat mengikat. Sebelum itu, para pasukan tidak pernah berkumpul kecuali saat perang dan langsung bubar saat perang usai. Ala’uddin khawatir akan terbentuk faksi-faksi militer sesuai sukunya masing-masing. Qarah Khalil, yang dikemudian hari menjadi menteri dengan nama Khairuddin Pasha, menyarankan agar Ala’uddin merekrut anak-anak gelandangan dan anak-anak orang Byzantium yang kehilangan ayah dalam perang, lalu mendidik mereka secara islami dan melatih mereka ilmu berperang di barak-barak militer. Artinya, mereka tidak mengetahui satu huruf pun kecuali jihad di jalan Allah dan tidak mengenal sultan selain sebagai tuan atau majikan mereka.Di satu sisi, mereka dilindungi dari hidup menggelandang, tidak terurus, dan binasa. Di sisi lain, mereka memeluk Islam dan menjadi tameng yang mengadang musuh-musuh Islam. Mereka disebut Yani Tasyri (Yenicheri) atau dalam bahasa Inggris disebut Janissary. yang berarti pasukan baru dan ditulis memakai bahasa Arab sehingga menjadi kata “Inkisyariyah”. Kelak, pasukan ini menjelma sebagai kekuatan besar yang berandil besar melebarkan kekuasaan Dinasti Utsmani di Eropa. Hal inilah yang membuat kedengkian kaum Kristen-Eropa terhadap Islam semakin menggunung. Kaum Kristen Eropa dihadapkan pada satu kenyataan; pasukan elit Yenicheri adalah anak-anak mereka sendiri yang tidak hanya memeluk agama Islam, tapi juga memerangi mereka dan menaklukkan negeri-negeri mereka. Sejarawan Kristen terus menyimpangkan fakta historis tentang Yenicheri, menuduh Dinasti Utsmani merampas anak-anak dari ayah mereka dan memaksa mereka memeluk Islam. Inilah satu dari sekian banyak kebohongan yang dialamatkan kepada Dinasti Utsmani.
Pada 756 H, kaisar Byzantium Yohanes V meminta Sultan Orhan membantunya melawan Raja Serbia, Stefan Dusyan, yang bekerjasama dengan Kerajaan Venice dan kerajaan-kerajaan kecil di Serbia yang ingin menyerang Konstantinopel. Sebagai imbalan, Orhan akan dinikahkan dengan putri ahli waris takhta Byzantium (Yohanes Kantakuzenos) yang merupakan saudara perempuan dari istri Kaisar Yohanes V. Orhan setuju. Tapi, Stefan Dusyan terlebih dahulu meninggal sebelum melakukan penyerangan. Pasukan Utsmani kembali pulang dan pernikahan Orhan tetap dilaksanakan.Penting diingat, pernikahan para sultan dengan para perempuan Kristen menjadi sesuatu yang biasa pada masa Dinasti Utsmani. Sebelum Orhan, Utsman I menikahi seorang perempuan muda Yunani yang juga beragama Kristen. Pernikahan lintas agama ini lalu diikuti sultan-sultan Utsmani sesudah mereka. Ini menjadi salah satu sisi negatif Dinasti Utsmani. Sebab, istri-istri tersebut tetap memegang teguh agama Kristen, lalu memanfaatkan status mereka sebagai istri sultan untuk membela etnis mereka dan orang-orang yang seagama.
Pertempuran- pertempuran yang dilalui oleh Orhan I yaitu :
Pengepungan Nikomedia
Dari tahun 1299 M ,negara yang baru didirikan yaitu Turki Utsmani secara perlahan tapi pasti mulai menaklukan wilayah wilayah Yunani Byzantium. Nicea adalah awal dari serangkaian ekspansi Utsmani yang menyebabkan pembubaran akhir dari Kekaisaran Byzantium dan tersebar penggantinya di negara Yunani tersebut. Setelah kekalahan Byzantium di Nicea pada tahun 1331 , hilangnya Nikomedia adalah pertanda awal kehancuran Byzantium. Kaisar Byzantium berusaha untuk menyuap Orkhan I tapi Orkhan I menolaknya dan kemudian pada tahun 1337, Nikomedia diserang dan jatuh ke tangan Utsmani. Setelah penyerangan itu kekaisaran Byzantium tidak dapat pulih dari kekalahan ini; kubu Anatolia terakhir Byzantium telah jatuh, kecuali Philadelphia,karena daerah tersebut dikelilingi oleh Germiyanids sampai 1396. Setelah kehilangan Nikomedia, kekaisaran Byzantium tetap dapat dipertahankan.tetapi Berbeda dengan kekaisaran Byzantium di tahun 1096, disebabkan kekaisaran Byzantium sekarang menduduki tanah yang sangat sedikit, hanya mampu mempertahankan beberapa kota di Peloponese . Tetapi terus di tekan baik di barat maupun timur oleh tetangga Serbia dan Bougaria yang menekan batas negara tersebut dari barat dan Utsmani terus mendobrak wilayah mereka di sebelah timur, sehingga kerajaan itu berada di ambang kehancuran.
Orhan melanjutkan penaklukannya. Ia berhasil menduduki Azmir, Azniq, dan kerajaan Qarah Sy setelah menjadi rebutan di antara anak-anak rajanya yang telah mati. Daerah ini ada di Anatolia. Ketika berhasil menaklukkan satu kota, Orhan dikenal bersikap baik dan lembut terhadap penduduknya, tidak menghalangi mereka menjalankan ritual keagamaan mereka, dan mengizinkan setiap orang yang ingin mengungsi untuk membawa atau menjual harta bendanya.  Sultan Orhan terus memantau Byzantium yang kian melemah dan menyusut . Ia memutuskan bergerak ke pantai Eropa dan menduduki daerah-daerah di sebelah barat Konstantinopel, sebagai langkah awal sebelum Konstantinopel ditaklukkan. Itu karena sebelumnya kaum muslim pernah mencoba menaklukkan ibu kota Byzantium tersebut dari arah timur, tapi selalu gagal. Sulaiman, anak sulung Orhan, bergerak bersama 40 orang pasukan kavaleri menyusuri pesisir Eropa, merebut beberapa perahu di sana, dan kembali lagi ke tepi timur. Waktu itu, Dinasti Utsmani belum memiliki armada laut. Setelah itu, mereka bergerak lagi menuju pantai Eropa dan berhasil menguasai benteng Taznab di Semenanjung Gallipoli yang merupakan benteng-benteng penting. lalu, mereka mengonsentrasikan kekuatan di Selat Dardanelle. Pada 760 H, Sulaiman, sang ahli waris takhta, meninggal dunia. Setahun kemudian, ayahnya, Orhan, juga wafat. Kekuasaan dinasti lalu dipegang anak kedua Orhan, Murad I.
wilayah Taklukan Orhan Gazi

 
3).SULTAN  MURAD  I  (1360-1389)
            Murad I (bahasa Turki: I. Murat Hüdavendigâr, Turki Utsmaniyah: مراد اول; lahir di Söğüt atau Bursa, 29 Juni 1326 – meninggal di Kosovo, 15 Juni 1389 pada umur 62 tahun) adalah Sultan Turki Usmani yang berkuasa antara tahun 1361 hingga 1389. Ia adalah putra dari Orhan I dan Valide Sultan Nilüfer Hatun dan berkuasa setelah ayahandanya mangkat. Murad I dijuluki Hüdavendigâr, yang berasal dari bahasa Persiaگا ر/Khodāvandgār, yang berarti "yang disayangi Tuhan".
        Banyak hal yang telah dilakukan Orhan selama kepemimpinannya, baik itu penaklukan, membentuk Yenicheri/Janissary, dan pernikahannya dengan wanita nonmuslim. Seharusnya Sulaiman yang menjadi sultan berikutnya. Tetapi karena ia wafat, maka Orhan memutuskan untuk menunjuk anak keduanya yang bernama Murad I sebagai pewaris takhta berikutnya.
         Berikut gaya kepemimpinan Murad I dalam memerintah dinasti Utsmani dan hal-hal yang terjadi pada masanya.

l  Situasi di Kawasan Anatolia
     Politik luar negeri Murad I difokuskan kepada perluasan wilayah kekuasaan Dinasti Utsmani, baik dari sisi Anatolia maupun Eropa. Mengingat kawasan Anatolia dipenuhi kerajaan-kerajaan Islam berskala kecil, Murad I berupaya keras mengambil jalan damai dalam menaklukkan mereka, seperti lewat jalan ikatan pernikahan. Itu dilakukan karena Murad I ingin menyatukan kaum muslim dalam memerangi musuh-musuh Islam. Selain itu, pasukan muslim sedang memiliki semangat yang berkobar untuk berjihad di Eropa, tapi tidak di Anatolia. Konon, mereka harus digiring terlebih dahulu supaya mau berjihad.
   Saat naik takhta, Sultan Murad I sudah dihadapkan kepada permusuhan penguasa Karaman (Ala’uddin) yang menghasut para emir di Anatolia supaya memerangi Dinasti Utsmani. Sultan Murad I segera menyiapkan pasukan besar. Mereka dapat memasuki Ankara, ibu kota kerajaan Karaman, dan memaksa Ala’uddin turun dari singgasana. Sultan Murad I lalu menikahi putri Ala’uddin.
 Ala’uddin menyimpan dendam terhadap Sultan Murad I. Ia menunggu waktu yang tepat untuk melampiaskannya. Tak lama berselang, ia bersekutu dengan beberapa emir di Anatolia dan menyiapkan pasukan gabungan untuk menggempur Dinasti Utsmani. Pada 787 H, perang berkobar. Pasukan sultan menang dan Ala’uddin ditangkap. Tapi, berkat putrinya yang dinikahi Sultan, Ala’uddin diampuni dan dibiarkan tetap memimpin wilayahnya. Namun, ia harus menyetor upeti tahunan.
  Sultan menikahkan anaknya, Yazid, dengan putri Emir Karaman. Emir Karaman memberi putrinya kota Kutahya yang kemudian digabungkan ke wilayah Dinasti Utsmani. Pada 782 H, Emir Kerajaan al-Hamid juga terpaksa memberikan wilayahnya ke pangkuan Dinasti Utsmani.
l  Situasi Internal Dinasti pada Masa Murad I
   Sistematisasi dilakukan pada kavaleri (pasukan berkuda) atau yang dikenal dengan nama Sibah, Sabahiyah, atau Fursan. Mereka masing-masing diberi satu wilayah kekuasaan. Penduduk wilayah tersebut, baik penganut Islam maupun Kristen, lalu diwajibkan membayar pajak kepadanya pada waktu damai. Adapun di waktu perang, mereka harus mengerahkan segala kemampuan untuk mempertahankan wilayah. Sistem ini pada mulanya semakin mengokohkan Dinasti Utsmani. Tapi, sayangnya, sistem ini memberi pengaruh dan kekuatan yang besar kepada pihak militer. Banyak dari mereka menguasai lebih dari satu wilayah dan sering timbul pertikaian di kalangan mereka.
            Pertempuran- pertempuran yang dilalui oleh Murad I yaitu
A. Penaklukan edirne
    Menyusul penaklukan Gallipoli oleh Utsmani di tahun 1354, ekspansi Turki di Balkan selatan meningkat cepat. Meski harus menghentikan pergerakan mereka selama Penculikan Şehzade Halil antara 1357-1359, setelah berhasil menyelamatkan Halil mereka kembali melanjutkan pergerakan mereka. Target utama dari kampanye ini adalah Adrianople, yang merupakan kota penting  ketiga Byzantium (setelah Konstantinopel dan Tesalonika). tanggal jatuhnya adrianopel ke turki telah diperdebatkan dikalangan cendikia karena terdapat sumber catatan yang berbeda ,yaitu antara 1361-1362,1367 dan 1371.  Dengan demikian nantinya sumber Turki melaporkan bahwa Lala Shahin Pasha dapat mengalahkan penguasa Byzantium (Tekfur)  dalam pertempuran di kota Sazli-Dere di tenggara kota,yang memaksa nya untuk diam-diam melarikan diri dengan perahu .para penduduk adrianopel menjadi putus asa dan pasrah akan nasib mereka kemudian mereka setuju menyerahkan kota pada juli 1362 dengan jaminan kebebasan untuk tinggal dikota seperti sebelumnya. 
Pertempuran maritsa
 Pada 762 H, pasukan Utsmani menaklukkan kota Edirne di Eropa. Oleh Sultan Murad I, Edirne dijadikan ibu kota dinasti sekaligus titik pergerakan dan jihad di Eropa. Edirne tetap menjadi ibu kota Dinasti Utsmani sampai Konstantinopel dapat ditaklukkan pada 857 H. Kota-kota lain juga dapat ditaklukkan, seperti Felipe (selatan Bulgaria sekarang), Kaljamina, dan Wardar. Dengan demikian, Konstantinopel sudah terkepung oleh kekuatan Utsmani dari segala arah. Para penguasa Eropa sangat cemas dengan pergerakan pasukan Utsmani. Mereka meminta bantuan Paus lewat surat. Kaisar Byzantium pergi menemui Paus, membungkuk di hadapannya, mencium tangan dan kakinya, dan meminta dukungannya, meski ia beraliran Ortodoks dan Paus beraliran Katolik. Setelah sebelumnya saling bermusuhan, mereka berdua bersatu melawan Islam. Paus menyanggupi permintaan Kaisar. Paus mengirim surat ke semua raja di Eropa, menyeru mereka supaya menyiapkan pasukan untuk Perang Salib baru melawan Dinasti Utsmani yang sudah mulai mengancam jantung Eropa. Raja Serbia, Uruk V, menerima seruan Paus. Ia dan para pembesar Bosnia dan Eflak (Wallachia) segera bergerak menuju kota Edirne, bersama sejumlah pasukan berkuda Hongaria yang secara sukarela ikut serta dalam misi penyerangan. Mereka semua ingin memanfaatkan kesibukan Sultan yang tengah berperang di Anatolia. Namun, pasukan perbatasan Utsmani di Eropa berhasil mengadang dan mengalahkan mereka di sungai Maritza dekat Edirne. Mereka lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, Kerajaan Rajuzah, yang ada di pinggiran Dalmatia yang menghadap Laut Adriatic, merinding melihat kekuatan pasukan Utsmani. Kerajaan Rajuzah pun menandatangani kesepakatan damai dengan Dinasti Utsmani dan bersedia membayar upeti tahunan sebesar 500 Duke emas. Raja Serbia Lazar Hrebljanovic dan Raja Bulgaria Sisman sepakat menggempur Utsmani. Tapi, setelah beberapa kali pertempuran kecil, mereka baru menyadari betapa lemahnya kekuatan mereka di hadapan Utsmani. Sebab itu, mereka juga bersedia membayar upeti tahunan dan sultan Murad I diperkenankan menikahi putri raja Bulgaria. Akibat keterlambatan pembayaran upeti oleh Serbia dan Bulgaria, pasukan Utsmani menyerang kedua negara itu. Mereka dapat menaklukkan sejumlah kota Serbia di sebelah selatan Yugoslavia sekarang. Pada 784 H, setelah dikepung tiga tahun, Sofia dapat diduduki. Kota lain yang juga dapat diduduki adalah kota Salonica (Thessaloniki) yang sekarang terletak di Yunani. Kaisar Byzantium Yohanes V menghapus nama anaknya, Andronicus, dari daftar ahli waris takhta Byzantium karena membuat kesepakatan dengan Savci (putra Sultan Murad I) yang memberontak kepada ayahnya. Sultan Murad I mengirim pasukan hingga Savci dapat dibunuh, lalu menyurati Kaisar Byzantium yang—atas peran Sultan—juga berhasil membunuh Andronikus.
Pertempuran Maritsa
Perang kosovo
 Serbia ingin memanfaatkan kesibukan Dinasti Utsmani yang tengah memerangi Ala’uddin di Anatolia. Setelah pasukan Serbia berhasil mencatatkan sejumlah kemenangan di selatan Serbia, Raja Bulgaria Sisman mulai berani menyerang jantung Dinasti Utsmani. Tapi, pasukan Utsmani dapat memukul mundur musuh. Sisman lari ke utara, ke kota Nicopolis, sebelah utara Bulgaria, menghimpun sisa-sisa pasukan untuk kembali menyerang. Tapi, mereka dapat ditumpas habis oleh pasukan Utsmani. Sigismund ditawan. Sigismund diperlakukan baik oleh Sultan dan dibiarkan memimpin separuh negerinya, sementara separuh lainnya digabungkan ke wilayah Utsmani. Saat mengetahui apa yang terjadi pada Sisman, Raja Serbia dan pasukannya memutuskan bergerak ke arah barat. Mereka dicegat pasukan Utsmani. Perang pun meletus di dataran rendah Kosovo (provinsi yang sekarang memerdekakan diri dari Yugoslavia dan dihuni mayoritas muslim Albania). Perang berjalan seimbang hingga ipar Raja Lazar bersama 10.000 pasukan Serbia membelot dan masuk ke barisan muslim. Raja Lazar kalah dan dibunuh akibat kekejian dan kekejamannya terhadap para tawanan muslim.
pertempuran kosovo
pertempuran kosovo
Saat Sultan Murad I mengecek korban tewas pasukan Serbia, seorang prajurit Serbia tiba-tiba berdiri dari tumpukan mayat segera berlari menuju Sultan Namun pengawal Sultan segera menangkapnya. Si Serbia berkilah dan berpura-pura ingin berbicara dengan Sultan secara langsung dan akan menyatakan diri masuk Islam dihadapannya. Mendengar alasan demikian, Sultan mengisyaratkan agar pengawal itu melepasnya. Situasi ini dimanfaatkan si Serbia, dan langsung menombak Sultan hingga tewas. Seketika itu juga, prajurit Serbia ini dibunuh pasukan Sultan.Di antara peristiwa yang penting disebutkan dalam peperangan ini adalah doa Sultan Murad I pada malam sebelum peperangan meletus. “Tuhanku, sungguh, dengan kemuliaan dan keagungan-Mu, aku bersumpah bahwa dari jihadku ini aku tidak menginginkan kekayaan dunia yang fana, tapi aku hanya menginginkan rida-Mu. Tidak ada yang lain. Tuhanku, Engkau telah memuliakanku dengan menunjukkan jalan kepadaku menuju jihad di jalan-Mu. Jadi, tambahkanlah kemuliaan kepadaku dengan kematian di jalan-Mu.”
Murad I telah mewariskan sebuah kekuasaan yang demikian besar dari bapaknya. Luasnya mencapai 95.000 km persegi. Pada saat syahidnya anaknya, Bayazid, menerima kekuasaan darinya setelah luas wilayahnya mencapai 500.000 km persegi. Itu berarti bahwa selama kekuasaannya yang berlangsung selama dua puluh sembilan tahun, dia telah berhasil memperluas lima kali lipat peninggalan ayahnya, Orkhan.
penaklukan Sultan Murad I
penaklukan Sultan Murad I

Beyazid I ( 1360 -1403)
   Setelah syahidnya Sultan Murad I, Bayezid menggantikannya. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani, cerdas, murah hati, dan demikian ambisi untuk melakukan ekspansi memperluas wilayah Islam. Oleh karena itulah dia menaruh perhatian besar pada masalah kemiliteran dan berencana menaklukkan negara-negara Kristen di Anatolia. Hanya dalam jangka waktu setahun, negara-negara itu telah berada di bawah kekuasaan pemerintahan Utsmani. Dalam geraknya Bayezid I digambarkan laksana kilat di antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu, dia diberi gelar "Sang Kilat" (bahasa Turki: Yıldırım).
    Pertama kali yang ia lakukan sejak memangku jabatan sultan adalah segera melakukan hubungan bilateral dengan Kekaisaran Serbia. Padahal pihak Serbia dahulu merupakan sponsor utama terjadinya koalisi pasukan Salib Balkan melawan pemerintahan Utsmani. Bayezid bermaksud dengan dibangunnya hubungan bilateral ini, Serbia menjadi tameng antara kekuasaan Utsmani dengan Kerajaan Hongaria. Dia berkepentingan untuk membentuk aliansi militer yang bebas dan aktif. Tujuannya adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Seljuk-Turki di Asia Kecil. Oleh sebab itulah, dia sepakat Serbia diperintah oleh Stefan Lazarević, Anak dari Pangeran Lazar yang sebelumnya telah terbunuh dalam Pertempuran Kosovo. Dia mewajibkan Stefan untuk menjadi penguasa Serbia dan memerintah sesuai dengan hukum, tradisi, dan adat yang berlaku di Serbia. Bayezid juga mensyaratkan untuk menyatakan loyalitasnya dengan cara membayar upeti dan mengirimkan tentara yang ikut dalam satu kelompok khusus bagi mereka dalam setiap peperangan yang dipimpinnya. Bahkan Bayazid sendiri menikah dengan puteri  Pangeran Lazar yang bernama Olivera Lazarević.
     Pertempuran pertempuran sultan beyazid I,yaitu:
A. Penaklukan bulgaria (1393)
    Setelah terjadinya kesepakatan dengan Serbia, Sultan Bayezid I segera melakukan serangan dahsyat pada tahun 1393 ke Bulgaria. Dia mampu menguasai wilayah itu dan mampu menundukkan rakyatnya. Dengan demikian, maka Bulgaria kehilangan kedaulatan politiknya. Kejatuhan Bulgaria ke tangan pemerintahan Utsmani menimbulkan gaung keras di Eropa dan telah menebarkan kekhawatiran dan rasa takut di seluruh pelosok Eropa. Maka bergeraklah pasukan Salib Kristen untuk menumpas hegemoni pemerintahan Utsmani di Balkan.

B. Pertempuran Nikopolis
            sigismond, Raja Hongaria, bersama dengan Paus Bonifasius IX melakukan gerakan aliansi negara-negara Kristen Eropa-Salibis untuk melawan pemerintahan Utsmani. Ini merupakan gabungan kekuatan terbesar yang dihadapi pemerintahan Utsmani pada abad ke-14 dalam hal jumlah negara yang bergabung di dalamnya, lengkap dengan dukungan logistik senjata, dan bala tentara. Jumlah keseluruhan tentara Salib saat itu adalah 120.000 pasukan dari berbagai negara (Kekaisaran Romawi Suci, Perancis, Hongaria, Wallachia, Ksatria Hospitaller, Venesia, Genova, dan Bulgaria).Banyak pembesar Perancis yang tertawan dalam peperangan ini. Di antaranya adalah Graf Nevers. Sultan Bayazid menerima tebusannya dan dia dibebaskan dari tawanan. Sultan sendiri menegaskan agar dia bersumpah untuk tidak kembali berperang melawan dirinya. Sultan berkata padanya:Saya membolehkanmu tidak menaati sumpah ini; engkau boleh saja untuk kembali berperang melawan saya. Sebab tidak ada satu hal pun yang saya lebih senangi daripada memerangi semua orang Kristen Eropa dan saya menang atas mereka.”.Sedangkan Raja Hongaria yang telah kerasukan rasa bangga saat melihat jumlah pasukannya yang demikian banyak dan telah mengatakan, "Andaikan langit runtuh, maka akan kami tangkap dia dengan kekuatan pasukan kami." Dia sendiri lari lintang pukang bersama dengan komandan pasukan kavaleri Rhodesia. Tatkala sampai di Laut Hitam, keduanya bertemu dengan 1 armada Kristen, maka melompatlah keduanya pada salah satu kapal dan segera melarikan diri tanpa menoleh ke belakang. Kekalahan Hongaria dalam Pertempuran Nikopolis menjadikan posisi Hongaria terpuruk di mata masyarakat Eropa dan wibawanya langsung melorot.Kemenangan ini memiliki dampak yang sangat kuat bagi Beyazid dan masyarakat Islam. Maka Bayazid segera mengirimkan surat pada para penguasa Islam di wilayah Timur dan memberikan kabar gembira pada mereka tentang kemenangan yang demikian gemilang atas pasukan Salib Kristen. Bersama para utusan, dikirimkan pula beberapa tawanan perang laki-laki kepada para penguasa Islam sebagai hadiah dari seorang yang menang perang dan sebagai indikasi material atas kemenangan yang telah dicapainya. Sedangkan Bayezid sendiri mengangkat dirinya sebagai sultan Romawi, sebagai bukti bahwa dia telah mewarisi pemerintahan Seljuk dan telah menguasai Anatolia. Ia juga mengirimkan utusan pada Al-Mutawakkil I, khalifah Bani Abbasiyah yang saat itu berada di Kairo, untuk mengokohkan gelar ini hingga dia bisa menggunakan gelar ini dalam kesultanannya yang telah dia usahakan bersama para pendahulunya. Dengan adanya pengesahan ini maka dia memiliki legalitas dan akan semakin kuat wibawa dan posisinya di dunia Islam. Barquq ,Sultan Mamluk yang melindungi Khalifah Bani Abbasiyah menerima permintaan ini. Dia melihat bahwa Bayezid adalah sekutu satu-satunya dalam usaha mencegah kekuatan Timur Lenk yang sedang mengancam kekuasaan pemerintahan Mamluk (yang berpusat di Mesir) dan Utsmani.

C. Pengepungan konstantinopel
            Sebelum Pertempuran Nikopolis, Bayazid mampu menekan Kekaisaran Byzantium dan memerintahkan pada Kaisar Manuel II untuk memilih qadi di Konstantinopel yang bertugas memutuskan perkara yang terjadi antara kaum Muslim. Bayezid terus mengepung ibu kota Byzantium, hingga akhirnya kaisar menerima pembentukan mahkamah Islam, pembangunan masjid, pembangunan 700 rumah khusus untuk kaum Muslimin di dalam kota. Sebagaimana ia juga menyerahkan separuh desa Ghalthah yang menjadi tameng Utsmani karena di dalamnya ada 6.000 tentara. Upeti yang harus diserahkan oleh Byzantium juga dinaikkan. Kas negara pemerintahan Utsmani mewajibkan untuk menyetorkan kurma, dan sayur-sayuran yang berada di luar kota. Setelah mengalami kemenangan yang gemilang dalam Pertempuran Nikopolis, pemerintahan Utsmani mampu mengokohkan kakinya di Balkan di mana rasa takut dan khawatir telah merebak pada rakyat Balkan. Sedangkan Bulgaria tunduk di bawah pemerintahan Utsmani. Sementara itu tentara Utsmani terus melakukan pengawasan kemerosotan Kristen dan kemurtadan mereka. Sultan Bayezid menjatuhkan sanksi pada pembesar-pembesar Moreas, yang telah dengan sengaja memberikan bantuan militer pada aliansi Salibis sebagai sanksi terhadap kaisar Byzantium, atas sikapnya yang menyatakan permusuhan tatkala Bayezid memintanya menyerahkan Konstantinopel. Setelah itu, Kaisar Manuel II meminta bantuan pada beberapa pemerintahan di Eropa, namun tidak ada respon positif yang dia terima.  Penaklukkan Konstantinopel menjadi target utama dalam program jihad Sultan Bayezid I. Oleh sebab itulah, dia bergerak sendiri memimpin pasukan Utsmani dan melakukan pengepungan ibu kota Byzantium yang demikian rapi dan melakukan tekanan yang keras. Pengepungan ini berlangsung sedemikian rapi, hingga membuat kota itu hampir menemui keruntuhannya. Tatkala Eropa menunggu hari-hari kejatuhan ibukota Byzantium, tiba-tiba Sultan memalingkan perhatiannya dari penaklukkan kota Konstantinopel, karena munculnya bahaya baru yang mengancam pemerintahan Utsmani, yaitu serangan dari Tamerlane (Timur Lenk).
Serangan timurlenk
            Ada beberapa sebab yang menimbulkan bentrokan antara Timurlenk dan Bayezid I, yakni:
·         Para petinggi di Irak yang negerinya kini dikuasai Emir Timur meminta perlindungan pada Bayezid, sebagaimana para penguasa di Asia Kecil meminta perlindungan pada Tamerlane. Akibatnya, pada kedua sisi pihak yang meminta perlindungan ini selalu mendorong terjadinya perang melawan pihak yang lain.
·         Provokasi-provokasi Kristen terhadap Tamerlane untuk menumpas Bayezid.
·    Adanya surat-surat yang membakar dari kedua belah pihak. Dalam salah satu surat yang dikirim Tamerlane pada Bayazid, dia menyatakan penghinaan yang sangat pedas tatkala dia menyebutkan secara implisit tentang ketidakjelasan asal usul garis keturunannya. Dia menawarkan pengampunan atasnya, karena dia telah menganggap Utsmaniyah telah banyak membaktikan diri untuk kepentingan Islam. Dia mengakhiri suratnya – sebagai pimpinan Turki – dengan mengecilkan posisi Bayazid yang telah menerima tantangan dan yang dengan terang-terangan mengatakan bahwa dia akan melawan Tamerlane yang akan merampas kesultanannya.
·         Kedua pemimpin ini sama-sama berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaannya.
Tamerlane bersama-sama balatentaranya bergerak dan dia mampu menguasai Sivas dan menekuk lututkan bala tentara Utsmani di tempat itu yang dipimpin oleh Ertuğrul bin Bayezid. Kedua pasukan bertemu dekat Angora (kini Ankara) pada tahun 1402. Kekuatan tentara Bayezid mencapai 120.000 jiwa, sedangkan Tamerlane bergerak dengan kekuatan pasukan yang demikian banyak pada tanggal 20 Juli 1402. pada peperangan ini orang-orang Mongol berhasil mengalahkan tentara Utsmani dan Bayezid sendiri jatuh sebagai tawanan. Dia berada di dalam tahanan itu hingga meninggal setahun setelah itu.
timurlenk vs bayazid I
timurlenk vs bayazid I
Kekalahan ini disebabkan oleh ketergesa-gesaan Bayezid, sehingga dia tidak memilih tempat dengan cara yang sebaik-baiknya bersama-sama dengan tentaranya. Padahal jumlah tentaranya tidak kurang dari 120.000 orang, sedangkan tentara Tamerlane berjumlah tidak kurang dari 800.000 tentara. Banyak tentara Bayezid yang meninggal kehausan karena kekurangan air. Waktu itu adalah musim panas yang demikian gersang. Hampir saja kedua pasukan itu bertemu di Angora, hingga akhirnya tentara Tartar yang berada di barisan Bayezid dan tentara-tentara yang berasal dari negara-negara Asia yang berhasil ditaklukkan dalam masa beberapa waktu yang lalu juga melarikan diri dan bergabung dengan pasukan Tamerlane.

Perang saudara
            Pemerintahan Utsmani mengalami ancaman internal, setelah munculnya perang saudara antara anak-anak Bayazid dalam memperebutkan tahta kekuasaan. Peperangan ini berlangsung selama sepuluh tahun (1403-1413 M)
            Bayazid memiliki lima orang anak laki-laki, yang semuanya ikut dalam setiap pertempuran. Sedangkan anaknya yang bernama Musthafa, telah diperkirakan terbunuh dalam peperangan. Musa, anaknya yang lain, telah ditawan bersama ayahnya. Sedangkan tiga anaknya yang tersisa berhasil selamat dalam pelarian. Anak terbesarnya bernama Sulaiman, telah melarikan diri ke Adrianople. Disanalah dia mendeklarasikan dirinya sebagai sultan. Sedangkan Isa pergi ke Bursa dan mengumumkan pada rakyatnya bahwa dirinyalah pengganti ayahnya. Adapun Muhammad – anak bungsunya – dengan beberapa tentara, menarik diri ke Amasia di timur laut Asia Kecil. Meletuslah pertempuran antara tiga saudara, memperebutkan negeri yang tercabik sedangkan musuh sedang menunggu dan menonton mereka dari semua penjuru. Maka Timurlenk melepaskan pangeran Musa dari tawanannya, untuk menambah sumbu api fitnah, dan menambah bahaya yang muncul dalam keluarga itu. Kemudian dia memanas-manasi mereka untuk bertempur dan saling menyerang antara satu dengan yang lain.Setelah satu tahun, Timurlenk dan bala tentaranya meninggalkan negeri itu yang berada dalam kondisi hancur berantakan sarat anarki .
Fase ini merupakan uji coba dalam sejarah pemerintahan Utsmani, yang hasilnya akan dipetik tatkala penaklukkan Kota Konstantinople. Sunnah Allah selalu saja tidak akan memenangkan satu umat, kecuali setelah mereka melalui fase uji coba yang berat dan beragam atau setelah diuji dengan berbagai peristiwa, sehingga Allah akan membedakan mana yang baik dan mana yang jelek. Sunnah ini juga berlaku bagi kaum Islam tanpa kecuali. Allah telah berkehendak untuk menguji kaum Mukminin, agar bisa tersaring keimanan mereka, setelah itu, baru mereka bisa berjaya di muka bumi. Pemerintahan Utsmani tetap kokoh bertahan, walaupun dilanda konflik internal, hingga akhirnya Muhammad I berhasil baik kekuasaan secara tunggal pada tahun 1413 M. Ia mampu menghimpun kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya lepas dari kekuasaan pemerintahan Utsmani. Sesungguhnya kesadaran pemerintahan dari setelah terjadinya tragedi di Ankara, adalah karena kesadaran untuk kembali pada manhaj Rabbani, sehingga pemerintahan Utsmani kembali menjadi satu umat yang terpandang dari sisi akidah, agama, perilaku, dan jihad. Dengan karunia Allah, pemerintahan Utsmani mampu menjaga semangat religi mereka dan akhlak yang karimah.
5) . SULTAN  MUHAMMAD I (1379 - 1421)
     Sultan Muhammad I dilahirkan pada tahun 1379 M / 781 H.1 Dia menjadi penguasa sepeninggal ayahnya, Bayazid I. Dalam sejarah, dia dikenal sebagai Muhammad Jalabi. Dia bertubuh tinggi sedang, wajah bundar, kedua alisnya bersatu, berkulit putih, kedua pipinya merah, berdada bidang, memiliki tubuh yang kuat dan sangat dinamis. Muhammad adalah sosok sangat pemberani, dia seorang pegulat yang kuat dan mampu menarik busur anak panah yang kuat sekalipun. Pada saat memerintah, dia ikut terjun dalam 24 peperangan dan badannya terluka sebanyak 40 kali. 
Muhammad I mampu meredam perang saudara berkat kemampuannya dan kecerdikan yang Allah karuniakan padanya serta pandangannya yang sedemikian jauh. Dengan demikian, dia mampu mengalahkan saudara-saudaranya satu per satu hingga akhirnya kekuasaan berada ditangannya. Dalam masa pemerintahannya yang berlangsung selama delapan tahun, dia mampu membangun kembali pemerintahan Utsmani dan mengokohkan sendi-sendinya.3 Sebagian sejarawan menganggap, bahwa dia adalah “pendiri kedua” pemerintahan Utsmani.Yang sangat berkesan dari apa yang dilakukan Sultan Muhammad I adalah bahwa dia mampu menggabungkan antara tekad yang kuat dengan kesabaran dalam menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Utsmani. Tatkala melakukan penyerbuan ke negeri pemimpin Karman yang sebelumnya telah menyatakan merdeka, dia memberinya ampunan setelah bersumpah dengan menggunakan Al-Qur'an bahwa dirinya tidak akan melakukan pengkhianatan kembali pada pemerintahan Utsmani. Kemudian dia memberinya ampunan kedua kali tatkala dia mengingkari janji untuk kedua kalinya.Siasat demikian dia lakukan, dalam rangka mengembalikan pembangunan kembali pemerintahan Utsmani dan untuk konsolidasi internal. Oleh karenanya, dia melakukan kesepakatan dengan kaisar Byzantium dan mengajaknya bersekutu. Dia pun mengembalikan beberapa kota yang berada di tepi pantai Laut Hitam dan Thessalie padanya. Selain itu, dia melakukan perjanjian damai dengan pemerintahan Venezia setelah kekalahan pasukan lautnya dihadapan Clitopoli. Dia mampu meredam semua fitnah dan pemberontakan yang timbul di Asia dan di Eropa dan dia mampu menaklukkan beberapa negeri Asia yang dibangkitkan oleh Timurlenk dan negeri-negeri ini tunduk dibawah pemerintahannya.
            Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad I ini, muncul seorang ulama bernama Badruddin yang memiliki sifat seorang ulama Islam. Dia berada di barisan tentara Musa, saudaranya Sultan, dan menduduki jabatan sebagai hakim militer, satu kedudukan paling tinggi dimasa pemerintahan Utsmani waktu itu. Hakim ini telah berada dibawah pengaruh Musa bin Yazid. Pengarang buku Al-Syaqaiq Al-Nu'maniyah mengatakan, “Syaikh Badruddin Mahmud bin Israil yang lebih terkenal dengan Bin Qadhi Simawanah, dilahirkan di Simawanah salah satu desa yang berada di Adrianople Romawi yang berada di Eropa yang masuk wilayah Turki. Ayahnya adalah seorang hakim yang bertugas disana dan sekaligus sebagai komandan pasukan muslimin ditempat itu. Dia berhasil menaklukkan benteng pada masa pemerintahan Sultan Khudawandakar (Murad I), salah seorang sultan Bani Utsman. Dia seorang yang hafal Al-Qur'an dan belajar Al-Qur'an pada Al-Mawla yang lebih dikenal dengan Asy-Syahidi. Begitu pula, dia belajar ilmu Sharraf dan Nahwu pada Maula Yusuf. Kemudian dia melakukan perjalanan ke Mesir. Disana dia belajar pada Sayyid Asy-Syarif Al-Jurjani dan Mawlana Mubarak Syah Al-Manthiqi di Kairo. Kemudian dia menunaikan ibadah haji bersama-sama dengan Mubarak Syah. Di Mekkah dia belajar pada Syaikh Az-Zay'ali Kemudian dia kembali ke Mesir dan bersama-sama Sayyid Al-Jurjani kembali pada Syaikh Akmauluddin Al-Bayaburi. Sedangkan pada Syaikh Badruddin ini, turut belajar pula Sultan Faraj bin Sultan Barquq, raja Mamluk Mesir saat itu. Setelah itu dia mencapai satu tarikan ilahi yang demikian kuat. Kemudian dia tinggal bersama dengan Syaikh Said Al-Akhlathi yang saat itu tinggal di Mesir. Maka jadilah dia salah seorang muridnya. Syaikh Akhlathi mengirimnya ke Tibris untuk berguru ilmu Tasawuf. Dikisahkan bahwa tatkala Timurlenk datang ke Tibriz, Badruddin menerima uang dalam jumlah yang sangat besar dari Timurlenk. Kemudian dia melanjutkan perjalanannya ke Mesir, lalu ke Aleppo , kemudian Konya serta Tibrah salah satu kota di wilayah Romawi. Saat itu dia mendapat undangan dari kepala pemerintahan Pulau Saqaz yang beragama Kristen, yang kemudian masuk Islam dibawah pimpinan Syaikh. Tatkala Musa – salah satu anaknya Utsman – menjadi sultan, dia diangkat sebagai hakim militer. Kemudian saudara Musa yang bernama Muhammad, membunuh Musa dan memenjarakan Syaikh bersama keluarganya disebuah tempat bernama Azniq.Di Azniq – salah satu kota di Turki –, Syaikh Badruddin Mahmud Israil mulai mengajak orang pada mazhabnya yang menyimpang dan merusak. Dia menyerukan pada penyamarataan dalam harta, kebutuhan, dan penyamaan agama. Dia tidak membedakan antara kaum muslim dan non-muslim dalam masalah akidah. Dalam pandangannya, manusia itu adalsh bersaudara walaupun berbeda akidah dan agamanya. Dia mengajak pada ajaran Fremansory Yahudi. Banyak orang-orang bodoh dan orang-orang yang memiliki ambisi rendahan, bergabung dengan apa yang dia serukan. Kini Badruddin sang perusak itu memiliki murid-murid yang mengajak dan mempropagandakan ajaran yang ia serukan. Salah seorang muridnya yang sangat terkenal adalah Qalijah Musthafa, sedangkan satunya yang diduga sebagai keturunan Yahudi bernama Thurah Kamal. Orang-orang Yahudi sejak masa Rasulullah SAW hingga kini selalu berada di belakang konspirasi untuk menjatuhkan umat. Aliran sesat ini menyebar dan memiliki banyak pengikut. Maka Sultan Muhammad Jalabi segera menyatakan perang terhadap aliran sesat ini. Dia mengirim salah seorang komandan pasukannya dengan jumlah pasukan yang besar. Sayangnya komandan Sisman itu terbunuh oleh tangan pengkhianat Pir Qalijah. Tentaranya kalah. Mendengar kekalahan itu, Sultan segera mempersiapkan pasukan baru yang dipimpin oleh perdana menterinya, Bayazid Pasya. Bayazid Pasya segera menggempur Pir Qalijah dan berhasil memenangkan peperangan di Qarah Buruno. Setelah kemenangannya itu, maka diberlakukan hukuaman atas orang Pir Qalijah Mushtafa, Sedangkan Syaikh Badruddin, terus berada dalam kesesatannya dan menyangka bahwa dia akan menguasai negeri itu, mengingat kondisi negeri yang tidak stabil dan porak-poranda akibat serangan dari berbagai sisi. Syaikh Badruddin mengatakan, “Saya akan melakukan revolusi untuk menguasai seluruh bumi. Dalam keyakinan saya ada isyarat gaib, bahwa saya akan membagi dunia ini diantara murid-muridku dengan kekuatan ilmu dan rahasia tauhid. Saya akan menghancurkan semua hukum-hukum yang batil dan ahli taklid dan mazhab mereka. Dan saya akan menghalalkan – setelah perluasan kekuasaanku – sebagian hal yang diharamkan.” Amir Aflaq di Rumania, mem- back up penyeleweng ahli bid'ah dan zindiq ini secara materi dan militer. Sementara itu, Sultan Muhammad Jalibi selalu melakukan pengawasan ketat terhadap gerakan ini dan selalu menyempitkan gerakan mereka. Hingga akhirnya, Badruddin terpaksa melarikan diri dengan menyeberangi Dulai Orman yang kini merupakan wilayah Bulgaria.Syaikh Syafruddin mengatakan, tentang mengapa Syaikh Badruddin melarikan diri ke Dulai Orman, “Sesungguhnya wilayah ini dan wilayah-wilayah yang mengitarinya adalah sarang aliran kebatinan. Wilayah ini adalah wilayah pusat pemberontakan Papa Ishaq yang berusaha memberontak pada pemerintahan Utsmani di abad ke tujuh hijriah. Kepergian Syaikh ini ketempat tersebut dan bergabungnya demikian banyak pengikutnya, merupakan petunjuk yang nyata bahwa dia sengaja memilih tempat ini secara khusus.Di Dulai Orman ini, mulailah bantuan berdatangan pada Syaikh sehingga wilayah pemberontakan semakin meluas melawan sultan Utsmani, Muhammad I. Pasukan yang melawan Islam yang benar ini berjumlah sekitar tujuh hingga delapan ribu orangSultan Muhammad I mengawasi masalah ini dengan penuh cermat dan kesadaran yang demikian tinggi. Dia sama sekali tidak pernah lalai terhadap apa yang dilakukan pemberontak. Sultan sendiri terjun memimpin perang melawan Syaikh Badruddin. Tentara yang dipimpin sultan ini merupakan tentara paling besar yang datang ke Dulai Orman. Sultan Muhammad menjadikan Siruz salah satu wilayah yang kini masuk dalam kekuasaan Yunani, sebagai pusat kendalinya. Sultan mengirim pasukannya dan akhirnya pemberontak berhasil dihancurkan. Badruddin sang pemberontak sendiri mundur dari wilayah itu untuk menghindari sultanMata-mata Sultan Muhammad mampu mengacak-acak barisan kaum pemberontak dan melakukan tipu daya yang jitu, sehingga pada akhirnya dengan kecerdikan dan kelihaian mereka, Badruddin tertangkap sebagai tawanan perang.Tatkala Sultan Muhammad I bertemu muka dengan Badruddin, dia berkata, “Kenapa saya lihat wajahmu menguning”Badruddin menjawab, “Sesungguhnya matahari, tuanku, menguning saat akan tenggelam.”Beberapa ulama dari kalangan pemerintahan Utsmani melakukan debat terbuka dengan Badruddin, kemudian dijatuhkan padanya mahkamah syariah. Dan dikeluarkan putusan hukuman pancung
            Sultan Muhammad I sangat menyukai syair, adab, dan seni. Disebutkan bahwa dia adalah sultan Utsmani yang pertama yang mengirimkan hadiah tahunan pada penguasa Mekkah, yang lebih dikenal dengan sebutan pundi uang. Uang itu dia kirimkan untuk dibagikan pada orang-orang fakir di Mekkah dan Madinah.Rakyat sangat senang terhadap Sultan Muhammad I. Mereka menggelarinya dengan sebutan “Pahlawan”. Gelar itu diberikan berkat aktivitasnya yang demikian banyak dan keberaniannya. Sebagaimana tindakan-tindakan yang mulia, kejeniusannya yang demikian baik dalam memimpin pemerintahan Utsmani sehingga terciptanya keamanan, sebagaimana juga sikapnya yang baik dan lembut serta kecerdikannya dan rasa cintanya pada keadilan dan kebenaran telah membuat rakyat mencintainya. Rasa cinta dan kagum inilah yang membuat mereka memberinya gelar “jalabi”. Satu gelar yang memiliki makna kehormatan, dimana didalamnya terkandung makna keberanian dan ksatria. Memang banyak dari sultan Utsmani yang memiliki kemasyuran lebih darinya. Namun demikian, dia bisa dianggap sebagai sultan Utsmani yang paling baik. Para sejarawan Timur dan Yunani mengakui, jiwanya memiliki kemanusiaan yang tinggi. Sementara itu, para sejarawan Utsmani menganggapnya laksana seorang kapten cekatan yang mampu mengendalikan kapal pemerintahan Utsmani tatkala dia berada dalam ancaman topan serangan orang-orang Tartar dan perang internal.
 Setelah mengerahkan semua daya upaya dalam usaha melenyapkan bekas-bekas fitnah yang menimpa pemerintahan Utsmani, serta usaha untuk mulai mengkonsolidasi internal yang menjamin tidak munculnya kembali pertikaian dimasa depan, dan tatkala dia sibuk dalam usaha-usahanya ini dia merasa bahwa ajalnya telah menjelang. Dia pun memanggil Bayazid Pasya dan berkata padanya, “Saya telah menentukan anakku, Murad, sebagai penggantiku. Maka taatilah dia dan berlaku jujurlah dengannya, sebagaimana hal itu kau lakukan terhadapku. Saya inginkan kalian mendatangkan Murad padaku saat ini juga, sebab saya tidak bisa berdiri dari pembaringanku ini. Jika takdir Allah telah lebih awal menjemputku sebelum kedatangannya, maka janganlah kalian mengumumkan kematianku hingga dia datang.
 Dia meninggal pada tahun 1421 M (824 H) dikota Urnah pada saat berumur 43 tahun.Karena khawatir akan munculnya hal-hal yang tidak terpuji andaikata kematian Sultan Muhammad diketahui, maka perdana menterinya yang bernama Ibrahim dan Bayazid sepakat merahasiakan kematian sultan hingga anaknya, Murad II tiba. Dimana keduanya mengabarkan, bahwa sultan sedang sakit. Setelah anaknya tiba setelah 41 hari, dia pun mengambil pucuk pimpinan.Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat menyenangi ilmu kedamaian dan ilmu pengetahuan. Ia demikian mencintai para fukaha. Oleh sebab itulah, dia memerintahkan pusat pemerintahan dari Adrianople ke Bursa yang sering disebut sebagai “ kota para fukaha”. Dia dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak yang mulia, keinginan yang demikian kuat, kesabaran yang tiada tanding, dan kebijakan politis yang indah dalam memperlakukan musuh dan lawannya. 

6. SULTAN  MURAD II  (1421-1452)
    Murad II (Juni 1404, Amasya3 Februari 1451, Edirne) (bahasa Turki Utsmani: مراد ثانى Murād-ı sānī, bahasa Turki:II. Murat) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1421 hingga 1451 (kecuali dari masa antara 1444 hingga 1446).Pemerintahan Murad II ditandai dengan peperangan panjang melawan orang Kristen dari Balkan dan keemiran Turki di Anatolia, konflik yang berlangsung selama 25 tahun. Ia besar di Amasya, dan naik tahta setelah kematian ayahandanya.
                saat dipanggil dari kerajamudaannya di Asia Kecil untuk menjadi penguasa Kesultanan utsmani, baru berusia 18. Dengan sungguh-sungguh ia diakui sebagai sultan, bersiap dengan pedang Osman di Bursa serta pasukan dan perwira negara yang menghormatinya sebagai penguasa.Namun dengan cepat pemerintahannya berhadapan dengan rongrongan. Kaisar Byzantium, membebaskan sang penuntut kekuasaan Mustafa Çelebi (dikenal sebagai Düzmece Mustafa) dari penjara dan mengakuinya sebagai pewaris sah tahta Bayezid I (1389- 1402). Kaisar Byzantium, Manuel II, pertama kali menjamin ketentuan, bahwa Mustafa harus, membalas budinya kelak dengan memberikan sejumlah kota penting jika berhasil merebut tahta. Penuntut itu didaratkan oleh perahu Byzantium di dominion sultan yang ada di Eropa dan selama beberapa waktu membuat kemajuan pesat. Banyak pasukan Turki bergabung dengannya, ia mengalahkan dan membunuh veteran jenderal Beyazid Pasha yang telah dikirim Murad untuk memeranginya. Mustafa mengalahkan pasukan Murad dan menyatakan diri sebagai Sultan Adrianopel (Edirne modern). Lalu ia menyeberangi Dardanella ke Asia dengan banyak pasukan; namun sultan yang muda itu menunjukkan dalam keadaan darurat ia masih memiliki nilai kemampuan militer dan politik dari nenek moyangnya. Mustafa diakali di tengah medan dan pasukannya, yang percaya padanya dan menyebabkannya kalah karena kekerasan dan ketakmampuannya, jauh lebih banyak daripada pasukan Murad II. Mustafa mengungsi ke kota Gallipoli namun sang sultan, yang dibantu oleh komandan asal Genoa bernama Adorno, mengepungnya di sana dan menggempur tempat itu. Mustafa dibawa dan dihukum mati oleh sultan yang saat itu memalingkan wajahnya terhadap kaisar Yunani dan mendeklarasikan resolusinya untuk menghukum Palaiologos atas kebencian mereka dengan pencaplokan Konstantinopel.Kendati demikian, tak menyurutkan langkah Kaisar Manuel II yang terus melanjutkan rencananya dengan memberi perlindungan pada saudara kandung Murad II. Bukan hanya itu, saudara kandung Murad II diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan yang menguasai kota Nicaea di Anatolia. Murad II segera berangkat ke dua tempat tersebut, dan berhasil memaksa musuhnya untuk menyerah dan setelah itu dibunuh.Oleh karena tindakan kaisar Byzantium yang terus merongrong stabilitas wilayah Utsmani, Sultan Murad II dengan tekad bulat berusaha untuk memberikan pelajaran langsung padanya. Untuk itu dia menyerbu Slonika dengan kekuatan besar pada bulan Maret tahun 1431 M. Sejak itu, jadilah Slonika sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pemerintahan Utsmani.Murad II kemudian membentuk pasukan baru bernama Azeb pada 1421 dan berbaris melewati Kekaisaran Byzantium, mengepung ibukotanya Konstantinopel. Saat Murad mengepung kota itu, Byzantium, yang bersekutu dengan beberapa negara Anatolia Turki merdeka, membuat adinda sultan (Mustafa, yang baru berusia 13) untuk memberontak terhadap sultan dan mengepung Bursa. Murad harus meninggalkan pengepungan Konstantinopel untuk berurusan dengan pemberontakan adiknya. Ia menangkap Pangeran Mustafa dan menghukumnya mati. Negara-negara Anatolia yang telah berencana melawannya — Aydın, Germian, Menteshe dan Teke dianeksasi dan kemudian menjadi bagian Kesultanan Utsmani. .Sultan Murad II juga melakukan pukulan yang demikian hebat terhadap kaum pemberontak di wilayah Balkan. Dia berusaha untuk menguatkan cengkeraman kekuasaan pemerintahan Utsmani di wilayah itu. Tentara Utsmani kemudian beranjak menuju wilayah utara, untuk menaklukkan wallachia dan mewajibkan padanya untuk membaya upeti tahunan. Raja Serbia yang baru bernama Stephen Lazarevitch, terpaksa harus tunduk pada pemerintahan Utsmani dan rela dibawah pemerintahannya serta harus memperbaharui loyalitasnya kepada sultan. Setelah itu, pasukan Utsmani bergerak ke arah selatan dimana disana telah menanti bantuan yang menguatkan pemerintahan Utsmani di negeri Yunani.              
Tentara Utsmani mampu menaklukkan Albania pada tahun 1431 M. Mereka mengonsentrasikan serangannya pada bagian selatan negeri itu. Sedangkan di dua bagian utara Albania , tentara Utsmani harus mengalami peperangan yang demikian getir. Dimana orang-orang yang berada di wilayah utara Albania, mampu memukul mundur dua pasukan Utsmani di Pegunungan Albania. Sebagaimana halnya tentara Utsmani juga mengalami kekalahan dalam dua kali serangan beruntun yang dipimpin sultan sendiri. Tentara Utsmani mengalami kerugian yang demikian besar, saat mereka menarik pasukannya dari wilayah itu. Pada saat terjadi peperangan antara Turki Utsmani dengan Albania, negara-negara Kristen merupakan pendukung yang berada dibalik tentara Albania. Dukungan itu khususnya datang dari pemerintahan Venezia, yang menyadari akan bahaya penaklukkan yang dilakukan oleh Utsmani bagi wilayah-wilayah yang sangat penting dan strategis ini, yang berada di pantai dan pelabuhan lautnya yang menghubungkan antara Laut Tengah (Laut Mediterania) dengan dunia luar. Mereka sadar bahwa mereka akan sanggup untuk menghalangi kapal-kapal Venezia yang berada di lautan tertutup yakni Lautan Adriatik. Demikianlah Sultan Murad II tidak bisa menikmati kestabilan pemerintahan di Albania.
Sedangkan yang berhubungan dengan Hungaria, tentara Utsmani mampu mengalahkan pasukan Hungaria pada tahun 1438M. Tujuh puluh ribu diantaranya menjadi tawanan pasukan Utsmani. Mereka juga mampu menguasai tempat-tempat penting. Kemudian bergeral menaklukkan Belgrade (Beograd) ibu kota Serbia. Namun usaha ini gagal, karena secara tiba-tiba aliansi pasukan Salib dalam jumlah yang sangat besar yang diberkahi oleh Paus. Aliansi pasukan Salib ini bertujuan untuk mengusir orang-orang Utsmani dari Eropa secara keseluruhan. Pasukan ini terdiri dari beberapa negara seperti Hungaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venezia, Byzantium, Burgundi. Dalam pasukan ini, bergabung pula pasukan Jerman dan Cekoslovakia. Komando pasukan salib diberikan pada seorang jenderal dari Hungaria yang cerdik bernama Johannes Henyadi. Dia memimpin pasukan darat Salibis dan berangkat ke arah selatan. Dia berhasil mengalahkan pasukan Utsmani selama dua kali pada tahun 1442 M. Kekalahan ini memaksa tentara Utsmani menandatangani kesepakatan damai. Perjanjian yang ditandatangani di Sisjaden ini terjadi pada bulan Juli tahun 1444 M. Dengan kesepakatan gencatan senjata selama sepuluh tahun. Dalam perjanjian itu Turki Utsmani menyatakan, menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai penguasanya. Sebagaimana Sultan Murad II juga menyerahkan Valichie kepada Hungaria. Dia juga membayar tebusan suami puterinya yang bernama Mahmud Syalabi yang waktu itu menjadi panglima pasukan perang tentara Utsmani dengan harga 60.000 duqiyah. Perjanjian kesepakatan itu ditandatangani dalam dua bahasa, bahasa Turki dan bahasa Hungaria. Raja Ladislas dari Hungaria bersumpah dengan menggunakan Injil sebagaimana Sultan Murad II bersumpah dengan menggunakan Al-Qur'an untuk mematuhi kesepakatan ini dengan sebaik-baiknya dan dengan cara yang terhormat. 
Pertempuran Varna
Perjanjian damai itu lahir setelah sebelumnya dua pihak itu saling perang, sejak tahun 1938. Kala itu Hongaria takluk di tangan tentara Utsmani. 30 ribu tentara Hongaria menjadi tawanan tentara Utsmaniyah. Beberapa ribu diantaranya malah sempat masuk Islam. Karena kemenangan Utsmani itu, pasukan Islam itu pun kemudian merangsek merambah wilayah Balkan lainnya. Setelah Hongarian, sebuah kota di Serbia, Belgrade, jadi sasaran berikutnya.
Tapi tatkala memasuki Belgrade, perlawanan besar datang. Tentara Eropa kemudian bergabung menjadi satu dan mengatasnamakan sebagai Pasukan Salib. Paus Ogen IV, merestui langsung pembentukan Pasukan Salib ini. Pasukan itu koalisi dari Kerajaan Hongaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venesia, Romawi dan Burgundi. Mereka berkumpul menjadi satu melawan tentara Utsmani yang bakal merebut Belgrade tadi.Pasukan Salib di bawah komando seorang Jenderal Hongaria, John Hunyadi. Sementara Utsmaniyah dikomdani langsung oleh Murad II itu. Dalam pertempuran itu, pasukan Utsmani berhasil ditahan. Di Perjanjian itu, Utsmani diwajibkan menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai Raja Serbia. Murad II juga diperintahkan untuk mengembalikan wilayah Hongaria dan Walachia (kini Romania). Bagi Murad II, hal itu pilihan yang sulit. Pasalnya, dalam pertempuran itu, pasukan Salib berhasil menawan Mahmud Syalabi, menantunya sendiri. Mahmud inilah pemimpin pasukan Utsmani kala itu. Murad kemudian membayar uang tebusan sebanyak 60.000 duqiyah untuk membebaskan Mahmud.
Alhasil kesepakatan damai pun terjadi. Hongaria dan Utsmani sepakat berdamai, tak ada perang selama 10 tahuPerjanjian damai ini ternyata mengusik hati Paus Ogen IV. Dia pun mengirim Sizarini tadi untuk mengulas perjanjian itu dengan Legislas. Paus meminta orang-orang Kristen untuk membatalkan perjanjian. Sizarini kemudian menjelaskan pula pada kerajaan-kerajaan di Eropa untuk segera menyerang kaum Muslim dari tanah Eropa. Menurut Sizarini, perjanjian di Sisjaden itu sangat tidak sah, karena tanpa persetujuan Paus Ogen IV, sebagai perwakilan resmi umat Kristen. Ternyata upaya Sizarini berbuah. Raja-raja di Eropa pun sepakat untuk melanggar perjanjian itu. Termasuk Legislas juga.
Begitu selepas menandatangi perjanjian dengan Legislas, Murad II pun kembali ke Anatolia. Ini adalah ibukota Dinasti Utsmaniyah kala itu. Murad II ini adalah ayahnya Mehmed II atau lebih dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Penakluk). Di era Al Fatih itulah Konstantinopel ditaklukkan di tangan Islam.
Begitu kembali ke Anatolia, perasaan Murad II makin kecut. Setelah kalah perang, dia mesti mendengar berita duka cita lagi. Anaknya paling besar, Ahmed, meninggal secara mendadak. Berita kematian anaknya itu membuat Murad II terpukul.
Kejadian itu makin membuatnya sedih. Pasalnya dua tahun berikutnya, anaknya yang kedua, Ali bin Murad, juga gugur dibunuh oleh seorang Turki yang merupakan kaki tangan Romawi. Dua anaknya yang meninggal inilah yang membuat Murad II sedih bukan kepalang. Dia pun memutuskan pensiun dini sebagai Sultan Utsmani. Murad II kemudian mengasingkan diri ke sebuah kota kecil. Murad II menghabiskan waktunya untuk ber-taq’arub dengan Allah SWT. Dia meninggalkan kegiatan keduniawian.Tahta Kesultanan kemudian diserahkan kepada anak ketiganya, Mehmed. Di umur 12 tahun, Mehmed pun dilantik menjadi Sultan.
Upaya Sizarini berbuah. Raja-raja Eropa sepakat bersatu lagi. Mereka membentuk tentara Salib. Pasukan pun dikumpulkan. 30 ribu tentara gabungan dari kerajaan Hongaria, Serbia, Ceko, Polandia, Bohemia langsung disiapkan. Wallachia (kini Romania) menyumbang 8000 pasukan. Kerajaan Lithuania, Knight of Rhodes (Pasukan Kepausan), Kesatria Teutonik, Kekaisaran Romawi Suci Germana, Kroasia, Burlagia, masing-masing menyumbang 1000 tentara.Di pihak pasukan Salib ini, komandannya ditunjuk 3 orang. John Hunyadi dari Hongaria, Władysław III dari Polandia, dan Mircea II dari Wallachia. Ketiganya menyusun strategi perang untuk mengusir pasukan Islam dari tanah Eropa. Paus Ogen IV sendiri sudah memberkati pasukan yang bakal diberangkatkan.Koalisi pasukan ini kemudian bergerak. Danau Varna, sebuah wilayah di Bulgaria, disepakati sebagai titik pertemuan antara seluruh pasukan Salib.Kapal Pasukan Kepausan, Venesia dan Genoa kemudian memblokade Darnadella. Ini memudahkan tentara darat untuk maju menuju Varna. Kapal Kepausan, Venesia dan Genoa telah memblokade Dardanella. Tujuannya agar tentara Hongaria mudah melaju menuju Varna. Disitulah mereka akan bertemu dengan armada Kepausan dan berlayar menuju Konstantinopel, ibukota Romawi. Rencananya, Konstantinopel itulah yang dijadikan pusat bagi pasukan Salib untuk menyerbu pasukan Islam dan mengusirnya dari bumi Eropa.Pergerakan pasukan Salib pun berlangsung cepat. Mereka menuju titik kumpul di Varna tadi. Pasukan dari Bulgaria bergabung di tengah jalan. Tentara Nikopolis juga sama. Dikomandani Fruzhin, putra Ivan Shisman, sang Raja Bulgaria. Mereka membawa 7000 pasukan yang berkumpul di dekat Nikopolis. Daerah ini, pada tahun 1393, menjadi pusat Perang Salib. Kala itu pasukan Kristen kalah total. Di pihak Utsmaniyah, dipimpin Beyazid I. Semangat kaum Salib makin membara untuk membalas kekalahan seabad yang lalu itu.
            Ketika pasukan Salib tengah sibuk menyiapkan pasukan, di Adrianopole, sebuah kota di Turki yang menjadi pusat Utsmani, berita itu terdengar juga. Mehmed II yang kala itu menjadi Sultan, kebingungan. Karena dirinya baru berusia 15 tahun. Umur segitu dia belum siap menghadapi pertempuran melawan Pasukan Salib. Alhasil Mehmed II pun mengirim surat kepada ayahnya Murad II, yang asyik melakukan taqarub.Di surat itu Mehmed II meminta ayahnya untuk turun lagi ke Anatolia dan memimpin pasukan Utsmani untuk menghadapi serbuan Pasukan salib. Tapi di surat itu Murad II tak bergeming. Sang ayah menjawab bahwa tampuk Kesultanan sudah diserahkan kepada Mehmed I.Mehmed I tak menyerah. Dia mengirim surat lagi dan disampaikan kepada utusan. Isinya serupa. Tapi Murad II tetap tak  bergeming. Dia tak mau sibuk dengan urusan Kesultanan. Dia tegas menyatakan bahwa anaknya itulah yang menjadi Sultannya kini.Tapi Mehmed II tak kehilangan akal. Dia mengirim surat lagi kepada ayahnya untuk ketiga kalinya. Di surat ini, Mehmed II bersikap tegas kepada ayahnya. "Siapakah yang saat ini menjadi Sultan, saya atau ayahanda? Bila ayahanda yang menjadi Sultan, datanglah kemari dan pimpin pasukanmu. Tapi bila Engkau menganggap saya yang menjadi Sultan, maka dengan ini saya memerintahkan ayahanda segera datang kemari dan memimpin pasukan saya!"Begitu membaca surat Mehmed I yang ketiga, Murad II tak berkutik. Dia langsung turun gunung dan menuju Anatolia. Murad II kemudian memimpin pasukan Utsmani lagi. Dia kaget tatkala mendengar Hongaria melanggar perjanjian yang telah disepakati.Murad II dan pasukan Utsmani pun siap meladeni tantangan Tentara Salib itu. Murad II sempat membacakan ayat Al Quran di depan pasukannya. Murad II mengutip surat At Taubah ayat 12 yang berisikan:"Jika mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka sepakati, dan mereka mencerca agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka berhenti."Alhasil, 9 November 1444, sekitar 50 ribu pasukan Utsmani telah berkumpul di Varna. Kala itu untuk mengumpulkan pasukan perang, Utsmani tak terlalu kerepotan. Situasinya hampir serupa dengan mengajak orang pergi ke kondangan di era kini. Karena beranjak berperang, adalah kewajiban setiap muslim. Hal inilah yang membuat Lord Kinross, seorang sejarahwan Inggris terkagum. Dalam bukunya The utsmani Centuris: The Rise and The Falla of Turkish Empire, dia mengutip pernyataan seorang pengembara kala itu, Bertrand de Broquire. Dia mengatakan: "Pasukan Utsmani sangat cepat gerakannya. 100 pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dari 10 ribu pasukan Utsmani. Tatkala genderang perang telah ditabuh, maka dengan segera mereka bergerak, mereka tidak akan pernah berhenti melangkah hingga komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan terlatih, dalam semalam mereka mampu melakukan tiga kali lipat perjalanan yang dilakukan oleh musuh-musuhnya orang-orang Kristen".
            10 November 1444, kedua pasukan antara Utsmani dan Pasukan salib sudah berhadap-hadapan. Keduanya berada dalam posisi siap tempur. Munculnya pasukan Utsmani di Varna dengan begitu cepat, tak diduga-duga pasukan Salib. Murad II, memimpin di depan barisan pasukan Utsmani. Di atas kudanya, ujung tombaknya ditusukkan sebuah kertas yang berisikan perjanjian antara dirinya dan Ladislas, raja Hongaria. Murad II memampangkan perjanjian yang dilanggar sendiri oleh pihak Kristen. Tindakan Murad II mengusung perjanjian yang dilanggar itu langsung menyulut semangat tentara Islam. Malam sebelumnya, petinggi Pasukan Salib mengadakan rapat. Hunyadi, Kardinal Sizarini mengusulkan agar mereka menggunakan taktik penarikan cepat. Tapi pasukan Salib sudah terjebak di antara Laut Hitam, Danau Varna, lereng curam berhutan dataran tinggi Frangga dan dikeliling pasukan Utsmani.Sizarini mengusulkan taktik bertahan menghadapi Utsmani. Mereka berniat bertahan sampai datang bala bantuan dari pasukan Kristen lainnya. Usulan Sizarini itu didukung komandan dari Kroasia, Ceko dan lainnya. Tapi John Huyadi menolak. Dia berniat melawan Utsmani secara langsung, tanpa harus bertahan.
Alhasil di 10 November 1444 pagi hari, seluruh pasukan salib sudah berbaris di Varna. Pasukan Salib membelah menjadi tiga posisi. Di tengah, sayap kanan dan sayap kiri.Sementara di pihak Utmani, pasukan Yanisari, sebuah pasukan khusus yang sangat ditakuti karena begitu terlatih, sudah siap berada di baris depan. Murad II memimpin pasukan Utsmani dalam perang itu. Di sayap kanan, pasukan Kapikulu dan Sipahi dari Rumelia siap menghadapi Pasukan Salib. Sementara pasukan Yanisari lainnya, kavileri Akinci dikerahkan juga di dataran tinggi Frangga. Mereka mengepung pasukan Salib dari berbagai sisi.
Pertempuran pun meletus di pagi itu. Perang berlangsung selama 3 hari berturut-turut. Di sayap kanan, pasukan Salib ternyata berantakan. Tentara Islam berhasil menang.Dalam perang hari kedua, Murad II sempat bertemu langsung dengan Ladislas, raja Hongaria. Keduanya berduel satu lawan satu. Sultan dan Raja bertarung sendiri. Dalam duel itu Murad II berhasil melumpuhkan Ladislas. Ladislas tersungkur akibat pukulan telak ujung tombak Murad II. Itulah yang membuatnya jatuh dari kudanya. Murad II tak memberi ampun. Melihat Ladislas tersungkur, dari atas kudanya Murad II menyatakan hukuman atas Ladislas karena berkhianat atas perjanjian yang telah dibuat. Murad II menegaskan hukuman yang akan diterima buat seorang pengkhianat.Murad II kemudian memerintahkan pasukan Yanisari yang ada disekitar untuk memenggal kepala Ladislas. Hukuman itu sebagai bentuk pengkhianatan yang telah dilakukan. Kepala Ladislas pun di ekesekusi dalam pertempuran itu. Begitu terpenggal, pasukan Islam kemudian mengangkatnya di ujung tombak dengan mengucapkan takbir berkali-kali. Serempak takbir yang berkumandang, disertai ujung tombak berisikan kepala Ladislas, makin menyiutkan pasukan Salib yang masih tersisa.Setelah itu, pasukan Utsmani melakukan serangan besar-besaran mengarah ke pasukan Salib. Barisan pasukan Salib sudah kocar-kacir. Tentara Kristen dikejar pasukan Utsmaniyah dengan cara yang teratur.Sayap kanan pasukan Salib, berusaha melarikan diri ke benteng kecil Galata di sisi lain Danau Varna. Tapi dalam pelarian itu, banyak yang tewas di rawa sekitar Danau Varna. Disitulah Kardinal Sizarini juga ditemukan tewas, karena melarikan diri.Hanya pasukan Talotsi yang berhasil menarik balik Wagenburg.Pasukan sayap Utsmaniyah lainnya menyerang pasukan Hongaria dan Bulgaria yang dipimpin Michael Szilagyi. Prajurit Sipahi, milik tentara Utsmani berhasil memukul mundur tentara salib ini. Kepanikan melanda bala tentara Salib. John Hunyadi menerapkan strategi menghindari pasukan Utsmaniyah.Tapi sikap lain diperankan Wladyslaw, jenderal perang Polandia. Dia sempat maju ke barisan utama pasukan Utsmani dengan membawa dua kavileri pasukannya. 500 pasukan Salib dibawanya menuju perkemahan Utsmaniyah. Wladyslaw sudah dilarang Hunyadi melakukan aksi itu. Karena Hunyadi paham aksi itu merupakan tindakan bunuh diri.Namun Wladyslaw nekad. Dia berusaha menyerbu prajurit elit Utsmani, Yanisari, dan mengambil tawanan. Tapi dia terperangkap.  jatuh dan dibunuh oleh prajurit Yanisari. Kepalanya dipenggal. Kavileri Salib yang tersisa dihancurkan pasukan Utsmani.
Hunyadi kemudian menarik mundur pasukan salib yang tersisa. Sejak itulah pasukan Salib kalah telak. Sejak kekalahan ini, pasukan Salib tak memiliki daya kekuatan melawan Utsmani, setidaknya untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.Kekalahan telak pasukan salib ini membawa berita buruk bagi seluruh belantara Eropa. Mereka begitu takut dengan kekuatan pasukan Utsmani kala itu.
pertempuran varna
pertempuran varna
pasukan Islam. Di Adrianapole, Mehmed II menerima kabar kemenangan itu dengan mengucap syukur kepada Allah SWT. Kemenangan melawan pasukan Salib ini, menjadi point penting bagi Mehmed II untuk menaklukkan Konstantinopel, ibukota Romawi.Pertempuran ini terjadi di Lembah Pantellaria pada tanggal 17 Oktober 1448. Peperangan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan berakhir dengan kemenangan pasukan Muslimin. Kemenangan ini telah membuat Hungaria sebuah negeri – minimal dalam jangka waktu sepuluh tahun – yang tidak mampu bangkit melawan perlawanan militer terhadap pasukan Utsmani.12 Sultan Murad II sendiri masih konsisten dengan kezuhudannya pada dunia dan kekuasaan, sehingga untuk kedua kalinya dia mengundurkan diri dari tahta kesultanan dan menyerahkan kembali pada anaknya Muhammad. Sedang ia sendiri kembali mengasingkan diri di Magnesia, sebagaimana kembalinya singa yang menang bertarung ke sarangnya. Sejarah telah menyebutkan pada kita, ada beberapa raja dan penguasa yang mengundurkan diri dari tahtanya dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk kekuasaan. Ada sebagian diantara mereka yang kembali naik tahta. Namun tidak ada satu sejarah pun yang menyebutkan pada kita semua, bahwa disana ada seorang raja yang turun tahta dua kali, kecuali Murad II. Sesungguhnya pada saat dia berangkat menuju pengasingannya di Asia Kecil, tiba-tiba sekelompok tentara yang disebut Inkisyariyah di Adrianople melakukan pemberontakan, pembangkangan, dan pengrusakan. Sedangkan Sultan Muhammad waktu itu masih sangat muda. Sebagian pembesar Utsmani khawatir persoalan ini akan membesar, bahayanya akan mengembang dan kejahatannya akan semakin memuncak serta mendatangkan akibat yang jelek. Maka mereka kembali mengutus utusan pada Sultan Murad II untuk kembali ke ibu kota mengendalikan kekuasaan ditangannya.Maka dia pun segera mengambil kendali kekuasaan dan mampu menaklukkan para pemberontak itu. Kemudian dia mengirim anaknya, Muhammad, ke Magnesia dan dia memerintah disana, di Anatolia. Sedangkan Sultan Murad II sendiri tetap memgang tampuk kekuasaan hingga akhir hayatnya yang semuanya dia pergunakan untuk perang dan penaklukan. Pada tahun pertama ia berkuasa, Mehmed II langsung diserang kekaisaran Hungaria yang melanggar perjanjian gencatan senjata. Dengan segera Mehmed II meminta ayahnya untuk kembali menjadi Sultan dan memimpin pasukan. Namun ayahnya menolak karena telah memutuskan untuk menjalani hidup tenang di Barat Daya Anatolia. Mehmed II yang marah kemudian mengirimkan surat kepada ayahnya: "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad II tergugah, datang membantu, dan memenangkan Pertempuran Varna pada tahun 1449
Usaha Sultan dalam menaklukkan Konstantinopel Sultan meninggal di istana Adrianople pada saat umurnya menjelang 47 tahun. Sesuai wasiatnya, dia dikebumikan disamping Masjid Jami Muradiyah di Bursa. Selain itu, ia berwasiat agar diatas kuburannya tidak dibangun apa-apa. Dia juga mewasiatkan agar disamping kuburannya dibikin tempat-tempat untuk duduk pada penghafal Al-Qur'an. Dia meminta agar dirinya dikubur pada hari jum'at. Semua wasiat yang diminta dilaksanakan.Dalam wasiatnya, dia juga meninggalkan satu syair, setelah dia merasa khawatir dikuburkan disebuah kuburan yang besar padahal dia sendiri menginginkan agar diatas kuburannya tidak dibangun bangunan apapun. Syair tersebut berbunyi. 
“Maka datanglah haru,
dimana setiap orang hanya melihat tanah kuburanku.”

Sultan Murad II telah melakukan pembangunan masjid, madrasah-madrasah, beberapa istana, dan beberapa jembatan. Diantaranya adalah Masjid Jami Adrianople yang memiliki tiga beranda.Disamping masjid itu, dia membangun madrasah Watakiyah yang memberikan makanan pada orang-orang fakir dan miskin.


7). Mehmed II (30 Maret 14323 Mei 1481)
    Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih (bahasa Turki utsmani: محمد ثانى Meḥmed-i sānī, bahasa Turki: II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani, atau, Fatih Sultan Mehmet dalam bahasa Turki; 30 Maret 14323 Mei 1481) merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
            Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tentaranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambolg (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
l  Masa awal kekuasaan
            Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, yang saat itu merupakan Ibu Kota Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari Sultan Murad II (1404-51) dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II memberikan fasilitas pendidikan yang sangat tinggi dan mengirimkan banyak guru untuk mengajar Mehmed II secara langsung.Sesuai kebiasaan dalam Kekhalifahan Utsmaniyah kala itu, Mehmed II dikirim untuk memimpin dan mencari pengalaman di sebuah kota bernama Amasya saat ia berusia sebelas tahun. Tidak lama kemudian, tepatnya saat Mehmed II berusia 12 tahun, ayahnya mengundurkan diri dari posisi Sultan, dan mengangkat Mehmed II sebagai penggantinya. Pemikiran Sultan Murad II sangat terpengaruh oleh pemikiran ulama-ulama Islam kala itu, khususnya oleh pemikiran penasihat terdekatnya, Molla Gurani, serta Ak Semseddin, yang di kemudian hari mendorongnya untuk menaklukkan kota Konstantinopel.
            Pada tahun pertama ia berkuasa, Mehmed II langsung diserang kekaisaran Hungaria yang melanggar perjanjian gencatan senjata. Dengan segera Mehmed II meminta ayahnya untuk kembali menjadi Sultan dan memimpin pasukan. Namun ayahnya menolak karena telah memutuskan untuk menjalani hidup tenang di Barat Daya Anatolia. Mehmed II yang marah kemudian mengirimkan surat kepada ayahnya: "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad II tergugah, datang membantu, dan memenangkan Pertempuran Varna pada tahun 1449
l  Usaha Sultan dalam menaklukkan Konstantinopel
            Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Kota ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Byzantium yakni Constantine I.Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Byzantium. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Khandaq. Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H pada zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk
            Semenjak kecil, Sultan Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota tersebut. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para 'ulama terulung pada zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). SultanMurad II telah mengirim beberapa orang 'ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia mengirim Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan izin kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini sangat berkesan pada diri Amir Muhammad, lantas setelah itu dia terus menghapal Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits,fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.Syeikh Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Konstantinopel. Ketika naik tahta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sultan berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur'an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentara dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan besar-besaran ke benteng Byzantium di sana. Takbir "Allahu Akbar,Allahu Akbar!" terus membahana di angkasa Konstantinopel seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal 857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan. Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Tentara Utsmani akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui Pintu Edirne dan mereka mengibarkan bendera Kesultanan Utsmani di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita umat muslim.
l  Penaklukan di Asia
            Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed II mengalihkan perhatiannya kepada Anatolia. Mehmed II berusaha untuk membuat suatu kekuatan politik di Anatolia dengan menaklukkan negara Turki bernama Beyliks dan Kekaisaran Trebizond yang berbudaya Yunani. Untuk itu, ia telah beraliansi dengan Kerajaan Krimea. Sebelumnya Anatolia sudah disatukan oleh Bayezid I 50 tahun sebelum apa yang dilakukan oleh Mehmed II. Akan tetapi, pada pertempuran Ankara, Anatolia kembali terpecah belah. Penaklukan Anatolia atas Kesultanan Utsmani membuat kesultanan ini menjadi semakin menekan Eropa.


8.Bayezid II(1481-1512 )
Bayezid II (lahir, 3 Desember 1447, wafat, 26 Mei 1512) adalah Sultan utsmani yang memerintah tahun 1481-1512. Dia adalah anak tertua dari Mehmed II , memerintah sebagai Sultan dari Kekaisaran utsmani 1481-1512 Selama pemerintahannya, Bayezid II menguatkan Kekaisaran utsmani dan menggagalkan Pemberontakan Safawi. Setelah kematian Mehmed II, Bayezid II bertengkar dengan saudaranya Cem yang juga anak Mehmed II, yang mengklaim tahta dan mencari dukungan militer dari Mamluk di Mesir. Setelah Cem dikalahkan oleh pasukan Bayezid II, Cem lari dan mencari perlindungan ke Knights St John di Rhodes . Akhirnya, Ksatria Cem diserahkan kepada Paus Innocent VIII (1484-1492). Paus pikir menggunakan Cem sebagai alat untuk mengusir Turki keluar dari Eropa, tapi, seperti Perang Salib upaya Paus tersebut gagal, Cem dibiarkan merana dan mati di penjara Neapolitan.
l  Pemerintahan
    Bayezid II naik tahta sebagai Sultan utsmani pada tahun 1481. Seperti ayahnya Mehmed II, Bayezid II adalah pelindung budaya barat dan timur dan tidak seperti sultan lainnya, bekerja keras untuk memastikan kelancaran politik domestik, yang membuatnya mendapatkan julukan "Yang Adil".Sepanjang pemerintahannya, Bayezid II terlibat dalam berbagai kampanye untuk menaklukkan Venesia despotate , yang mendefinisikan daerah ini sebagai kunci untuk masa depan kekuatan angkatan laut utsmani di Timur Mediterania apabila berhasil ditaklukkan . Yang terakhir dari perang-perang ini berakhir pada 1501 dengan Bayezid II di kontrol dari benteng utama Mistra dan Monemvasia . Bayezid juga bertanggung jawab untuk diri tertentu menimbulkan luka intelektual dalam peradaban Islam, seperti melarang semua percetakan di Arab dan Turki, larangan abadi dalam dunia Islam ini sampai tahun 1729. Pada akhir pemerintahannya sekali lagi terjadi perebutan kekuasaan di antara anaknya sendiri yaitu antara Selim I dan Ahmet.
wilayah kekuasaan Sultan Bayazid II
wilayah kekuasaan Sultan Bayazid II

9.Selim I ( 1456 M - 1520 M )
Selim I (146522 September 1520; juga dikenal sebagai "Si Murung" atau "Si Pemberani ", Yavuz dalam bahasa Turki) (bahasa Arab: سليم الأول) adalah sultan dari Turki Utsmani dari 1512 hingga 1520.
Salim I dilahirkan di Amasya tahun 1465. Ayahnya adalah Sultan Bayazid II (1481-1512). Ibunya bernama Ayşe Hatun dari Dulkadir. Pada tanggal 25 April 1512, Sultan Bayezid II menyerahkan kekuasaan padanya yang didukung oleh militer yang melihat bahwa dia adalah orang yang ideal untuk membangkitkan gerakan ekspansi wilayah. Bayazid II sendiri, tak lama kemudian meninggal dunia.
Sejak awal pemerintahannya, Sultan Salim cenderung menyingkirkan lawan-lawan politiknya walaupun berasal dari saudara-saudaranya atau anak-anak mereka. Meski keras hati, namun dia masih senang berteman dengan orang-orang alim dan sangat menyukai sastra Persia dan Sejarah. Di jamannya, Ia menghentikan gerakan Jihad ke Eropa, dan mengalih-kannya ke Timur, untuk menyelamatkan wilayah-wilayah suci umat Islam dari rongrongan Portugis dan Spanyol dan juga membendung arus penyebaran aliran Syiah di Anatolia dan Irak yang disponsori oleh Dinasti Safawiyah dari Persia.
Oleh karena itu ia menyerang Kerajaan Safawiyah dan berhasil menduduki Tabriz, Mesopotamia, dan sebagian wilayah Armenia(1515).
Pertempuran Chaldiran ( Persia : جنگ چالدران; Turki : Çaldıran Muharebesi) terjadi pada 23 Agustus 1514 dan berakhir dengan kemenangan menentukan bagi Kesultanan Utsmani atas Kekaisaran Safawi . Akibatnya, Utsmani mencaplok Anatolia timur dan utara Irak untuk pertama kalinya dari Safawi Iran. Meskipun singkat penaklukan kembali Iran selama berabad-abad oleh Safawi juga oleh negara-negara Iran secara berturut-turut, Utsmani akan menetapkan pertempuran selanjutnya pada perang 1532-1555 untuk sepenuhnya menaklukkan sebagian wilayah yang sama dianeksasi dalam pertempuran Chaldiran. pada perang Chaldiran, Utsmani sementara menguasai  barat laut Iran . Pertempuran, bagaimanapun, hanyalah awal dari 41 tahun perang destruktif dan hanya salah satu dari banyak fase dari perang Utsmani -Persia , yang hanya berakhir pada tahun 1555 dengan Perjanjian Amasya . Utsmani umumnya berada di atas angin, namun Persia untuk sebagian besar posisi mereka. kerugian Syiah Safawi  yang didominasi daerah metropolitan Persia, seperti Luristan dan Kermanshah , terbukti secara cepat dapat pulih dari perang dengan Utsmani, tetapi kota Persia penting seperti Tabriz sering menjadi sasaran serangan destruktif Utsmani . Pengecualian adalah Mesopotamia dan Timur Anatolia ( Western Armenia ) yang meskipun akhirnya diambil kembali, mereka akan hilang secara permanen ke Utsmani oleh Perjanjian Zuhab 1639 .
Pada perang Chaldiran , Utsmani memiliki kekuatan yang lebih besar, dengan dilengkapi tentara yang lebih baik berjumlah 60.000 menjadi 200.000, sedangkan Qizilbash (Turki nomaden) berjumlah 40.000 sampai 80.000. Shah Ismail I , yang terluka dan hampir ditangkap dalam pertempuran, pensiun ke istananya dan menarik diri dari pemerintahan setelah istrinya ditangkap oleh Selim I , yang kemudian menikah dengan salah satu negarawan Selim.pertempuran ini adalah salah satu sejarah besar karena tidak hanya menegaskan gagasan bahwa Murshid dari Syiah -Qizilbash itu sempurna .tetapi juga sepenuhnyamenetapkan perbatasan Ottoman-Safawi untuk waktu yang singkat dengan Utsmani mendapatkan barat laut Iran, dan menyebabkan Kurdi  untuk menegaskan otoritas mereka dan beralih kesetiaan mereka dari Safawi ke Ottoman.
l  Latar belakang pertempuran
            Setelah perjuangan Selim I sukses melawan saudara-saudaranya untuk  mendapatkan tahta Kekaisaran Utsmani, ia bebas untuk mengalihkan perhatiannya ke kerusuhan internal ia percaya hal tersebut disebabkan oleh hasutan Syiah Qizilbash , yang telah berpihak dengan anggota lain dari Dinasti terhadap dirinya dan telah secara semi-resmi didukung oleh Bayezid II . Selim sekarang takut bahwa mereka akan menghasut penduduk terhadap pemerintahannya mendukung Shah Isma'il pemimpin Syiah Safawi , dan oleh beberapa pendukungnya diyakini sebagai keluarga Nabi . Berdasarkan pendapat ulama yang menjelaskan Isma'il dan Qizilbash sebagai "kafir dan sesat" yang memungkinkan dia untuk melakukan langkah-langkah ekstrim dalam perjalanan ke arah timur untuk menenangkan negara. Sebagai tanggapan, Shah Ismail dituduh Sultan Selim agresi terhadap sesama muslim, melanggar aturan seksual agama dan menumpahkan darah tak berdosa.
Ketika Selim memulai kampanyenya di timur, Safawi saat itu diserang dari arah timur oleh Uzbek negara yang baru menonjol dengan Abu 'I-Fath Muhammad sebagai pemimpinnya, yang kemudian kalah dalam pertempuran melawan Ismail hanya beberapa tahun sebelumnya. Untuk menghindari kemungkinan berperang di dua front, Ismail menggunakan taktik bumi hangus  terhadap Selim di barat.
Medan Anatolia timur dan kaukasus sangat kasar dan dikombinasikan dengan kesulitan dalam memasok tentara dalam kampanye bumi hangus Isma'il sambil berbaris melawan sesama Muslim, tentara Selim itu merasa tak puas. Jenissari bahkan melepas tembakan senapan mereka di tenda Sultan sebagai protes pada satu titik. Ketika Selim belajar formasi tentara Safawi di Chaldiran, ia dengan cepat bergerak untuk melibatkan Ismail dalam bagian untuk menahan ketidakpuasan dari pasukannya.
l  Pertempuran
   Kesultanan Utsmani mengerahkan artileri berat dan ribuan Janissari yang dilengkapi dengan senjata mesiu di balik penghalang dari gerobak. Safawi menggunakan kavaleri untuk melibatkan pasukan Utsmani. Safawi menyerang sayap Utsamni dalam upaya untuk menghindari artileri Utsmani yang ditempatkan di pusat. Namun, artileri Utsmani itu  bermanuver tinggi sehingga Safawi menderita bencana kerugian . persenjataan Ottoman yang maju adalah faktor penentu dari pertempuran dengan pasukan Safawi, yang hanya memiliki persenjataan tradisional, yang hancur. Safawi juga menderita perencanaan yang buruk dan pasukan yang tidak disiplin tidak seperti Ottoman.

l  Setelah pertempuran
   Menyusul kemenangan  Utsmani merebut ibu kota Safawi Tabriz , yang pertama mereka jarah dan kemudian dicaplok. Kekaisaran utsmani berhasil mencaplok bagian timur Anatolia (meliputi Barat Armenia ) dan juga Irak utara dari Safawi dalam waktu singkat serta mendapatkan kembali daerah tersebut dalam perang berikutnya dan pertempuran melawan tetangga yang menyaingi Safawi, serta negara-negara Iran berturut lainnya. Namun,  utsmani terus mendapatkan wilayah sepanjang Anatolia Timur dan petak Mesopotamia (Irak) yang tidak akan ditetapkan sampai 1555 dalam Perjanjian Amasya diikuti oleh Perang Ottoman-Safawi (1532-1555) , dan aturan pemerintah yang efektif dan tidak akan didirikan lebih dari wilayah ini sampai keluar hasil dari Perjanjian Zuhab 1639 . Dengan pertempuran Chaldiran, Utsmani juga menguasai secara singkat atas barat laut Iran. Kekalahan Syiah di Chaldiran mengakhiri pemberontakan Syiah di Kekaisaran Utsmani . Setelah dua istrinya ditangkap oleh Selim, Ismail patah hati dan terpaksa minum alkohol . Ismail tidak berpartisipasi dalam urusan pemerintahan, karena moralnya sudah hancur.
Setelah kekalahan di Chaldiran, Safawi membuat perubahan dalam negeri secara drastis. Dimana Sejak saat itu, senjata api dibuat menjadi bagian integral dari tentara Persia dan anak Ismail, Tahmasp I mengerahkan meriam dalam pertempuran berikutnya
Setelah pertempuran menang dari Chaldiran, Selim I kemudian akan melemparkan pasukannya ke selatan untuk melawan Kesultanan Mamluk di Perang Utsamani-Mamluk (1516-1517)
Perang Utsmani-Mamluk 1516-1517 adalah konflik besar kedua antara Mesir berbasis Kesultanan Mamluk dan Kesultanan Utsmani , yang menyebabkan jatuhnya Kesultanan Mamluk dan penggabungan dari Levant , Mesir dan Jazirah Arab sebagai provinsi Kesultanan Utsmani. perang merubah peran kesultanan Utsmani di dunia Islam, terutama yang terletak di Anatolia dan Balkan , sebuah kerajaan besar yang meliputi tanah adat dari Islam , termasuk kota-kota Mekkah , Kairo , Damaskus dan Aleppo . Ia terus memerintah namun dari Konstantinopel
l  Latar belakang
   Hubungan antara Utsmani dan Mamluk telah memburuk sejak Kejatuhan Konstantinopel ke Utsmani pada tahun 1453: dimana kedua negara bersaing dalam kontrol dari perdagangan rempah-rempah , dan Utsmani bercita-cita untuk mengambil kendali atas Kota suci Islam . konflik sebelumnya, yang berlangsung 1485-1491 , telah menyebabkan jalan buntu. pada 1516, Utsmani terbebas dari kekhawatiran tersebut dimana  Selim I baru saja mengalahkan Safawi Persia pada Pertempuran Chaldiran di 1514 dan menghadapkan kekuatan penuh mereka terhadap Mamluk, yang memerintah di Suriah dan Mesir , untuk menyelesaikan penaklukan utsmani dari Timur Tengah
Setelah itu Ia menyerang dan menghancurkan Kesultanan Mamluk dalam Pertempuran Marj Dabiq dan al-Raydaniyya, yang menyebabkan menyatunya Suriah, Palestina dan Mesir kedalam wilayah Kesultanan Usmani. Otomatis kota suci Mekkah dan Madinah masuk kedalam kekuasaannya. Ia lalu mengangkat dirinya sebagai Khadim ul Haremeyn, "Pelayan dari Kedua Kota Suci".
Setelah Salim menjadi penguasa kota-kota suci Islam dan merebut Mesir, maka Khalifah Al-Mutawakkil III dari Kairo dibawa ke Konstantinopel. Di sini Khalifah secara resmi menyerahkan kepada Salim gelar Khalifah serta lambang-lambangnya, yaitu pedang dan jubah nabi.
Selama pemerintahannya, Salim memperluas wilayah Usmani dari 2,5 juta km2 menjadi 6,5 juta km2. 
Ia membuat penuh perbendaharaan kerajaan, menguncinya dengan meterainya sendiri dan mengumumkan bahwa, "Barangsiapa membuat penuh perbendaharaan ini melebihi isinya sekarang, ia dapat menggunakan meterainya untuk mengunci perbendaharaan.” Perbendaharaan ini dikunci dengan meterainya hingga runtuhnya Khilafah Turki Utsmani 400 kemudian.
Selim juga seorang penyair dan ia menulis dengan menggunakan nama julukannya, mahlas Selimi Dalam salah satu puisinya, ia menulis: "Sebuah permadani cukup besar untuk diduduki oleh dua orang sufi, tetapi dunia tidak cukup besar untuk dua orang raja.”
10. Suleiman I(1494 M - 1566M)
   Suleiman I (Turki Utsmaniyah: سليمان Suleymān, Turki Modern: Süleyman; 6 November 1494  – 5/6/7 September 1566) adalah sultan Turki Utsmaniyah ke-10 yang berkuasa dari tahun 1520 hingga 1566. Ia dikenal sebagai Suleiman yang Luar Biasa di Barat, dan pemberi hukum (bahasa Turki: Kanuni;bahasa Arab: القانونى, al‐Qānūnī) di Timur karena pencapaiannya dalam menyusun kembali sistem undang-undang Utsmaniyah. Ia merupakan tokoh penting pada Eropa abad ke-16. Suleiman memimpin tentara Utsmaniyah menaklukkan Belgrade, Rhodes, dan sebagian besar Hongaria sebelum berhasil dipukul mundur dalam Pengepungan Wina tahun 1529. Ia menganeksasi sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara (hingga sejauh Aljazair di barat). Di bawah kekuasaannya, armada Utsmaniyah menguasai Laut Tengah, Merah, dan Teluk Persia.
Dalam upayanya untuk memperkuat Utsmani, Suleiman melancarkan reformasi legislatif yang berhubungan dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan hukum kriminal. Hukum kanoniknya (atau Kanun) memperbaiki bentuk kekaisaran selama berabad-abad setelah kematiannya. Selain merupakan penyair dan tukang emas, ia juga menjadi pelindung budaya yang besar, hingga Utsmaniyah mencapai masa keemasan dalam bidang artistik, sastra, dan arsitektur. Suleiman mampu menuturkan lima bahasa:Bahasa Turki Utsmani, Arab, Serbia, Chagatai (dialek bahasa Turki dan berhubungan dengan Uighur), dan Persia.
Suleiman menikahi seorang perempuan harem yang bernama Hürrem Sultan, meskipun tindakan ini melanggar tradisi Utsmani. Putra mereka, Selim II, menggantikan Suleiman setelah berkuasa selama 46 tahun.
Kehidupan awal
Suleiman lahir diperkirakan pada tanggal 6 November 1494 di Trabzon, di daerah pantai Laut Hitam. Ibunya adalah Valide Sultan Aishe Hafsa Sultan atau Hafsa Hatun Sultan, yang wafat pada tahun 1534. Pada usia tujuh tahun, ia dikirim untuk belajar sains, sejarah, sastra, teologi, dan taktik militer di sekolah Istana Topkapı di Konstantinopel. Sebagai seorang pemuda, ia berteman dengan Ibrahim, seorang budak yang di kemudian hari menjadi penasihatnya yang paling dipercaya. Pada usia 17 tahun, Suleiman ditunjuk sebagai Gubernur Kaffa (Theodosia), kemudian ia juga ditunjuk menjadi Gubernur Sarukhan (Manisa) setelah sebelumnya menjabat sebentar di Edirne. Saat ayahnya, Selim I (1465–1520), meninggal dunia, Suleiman kembali ke Konstatinopel dan mengambil kekuasaan sebagai Sultan Usmani ke-10 
Catatan yang dibuat oleh seorang utusan Republik Venesia, Bartolomeo Contarini, beberapa minggu setelah Suleiman naik takhta mendeskripsikan Suleiman sebagai berikut: "Ia berusia 25 tahun, tinggi, namun lincah, dan berkulit halus. Lehernya agak panjang, wajahnya pipih, dan hidungnya bengkok. Ia memiliki kumis dan janggut; pembawaannya menyenangkan meski kulitnya cenderung terlihat pucat. Konon ia adalah seorang tuan yang baik, suka belajar, dan menjadi harapan masyarakat untuk menciptakan kemakmuran dalam kekuasaannya. Beberapa sejarawan menyatakan bahwa pada masa mudanya Suleiman memiliki kekaguman yang besar terhadap Alexander Agung. Ia terpengaruh visi Alexander untuk membangun kekaisaran dunia yang menguasai daerah Timur dan Barat, dan konon hal ini yang mendorongnya melakukan kampanye militer ke wilayah Asia, Afrika, serta Eropa.
Kampanye militer
Penaklukan di Eropa
1.penaklukan belgrade ( 18 May 1521 –19 October 1521)
Setelah menggantikan ayahnya, Suleiman mengembangkan wilayah kekuasaan melalui serangkaian kampanye militer. Langkah awal yang dilakukannya adalah menekan pemberontakan yang dilakukan oleh Gubernur Damaskus pada tahun 1521. Setelah itu, Suleiman melakukan penyerangan ke wilayah Belgrade yang dikuasai oleh Kerajaan Hongaria. Penyerangan itu sangat vital untuk menaklukkan Kerajaan Hongaria yang—sejak kejatuhan Serbia, Bulgaria, Albania, danKekaisaran Romawi Timur—menjadi satu-satunya penghalang kampanye militer Utsmaniyah ke Eropa. Suleiman mengepung Belgrade dan mulai melakukan pengeboman besar-besaran dari kepulauan di wilayah Donau. Dengan pasukan yang hanya berjumlah sekitar 700 orang dan tanpa bantuan dari Hongaria, Belgrade jatuh ke tangan Suleiman pada bulan Agustus 1521.belgrade menjadi pangkalan militer penting untuk operasi lebih lanjut di eropa.selama Utsmaniyah memerintah belgrade menjadi salah satu kota terbesar di eropa
Berita jatuhnya salah satu benteng terkuat umat Kristen menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran di seluruh Eropa. Sebagaimana yang dicatat oleh seorang duta besar Kekaisaran Suci Romawi di Konstatinopel: "Penaklukan Belgrade adalah awal dari peristiwa-peristiwa dramatis yang menimpa Hongaria.
Penaklukan itu berlanjut dengan kematian Raja Lajos, penaklukan Buda, pendudukan Transilvania, dan hancurnya kerajaan yang pernah berkembang serta timbulnya ketakutan di negara-negara tetangga yang khawatir mereka akan mengalami nasib yang sama. Jalan untuk menyerang langsung Hongaria dan Austria sudah terbuka, namun Suleiman mengalihkan perhatiannya kepada kepulauan Rodos di Mediterania Timur, kota basis Ksatria Hospitaller.
2.pengepungan rhodos (16 Juni 1522 - 30 Januari 1523)
            Knights of St John, atau Knights Hospitaller, telah menaklukan Rhodes pada awal abad ke-14 setelah kehilangan Acre, yang merupakan benteng terakhir pasukan salib di palestina pada 1291. Dari Rhodes, mereka menjadi bagian aktif dalam perdagangan di Laut Aegea,  Upaya pertama yang dilakukan oleh utsmani untuk menaklukan rhodos, pada tahun 1480,di gagalkan oleh Orde, namun keberadaan terus-menerus dari ordo tersebut di lepas pantai selatan Anatolia adalah suatu hambatan yang besar untuk ekspansi utsmani.
Sejak pengepungan sebelumnya benteng telah menerima banyak pembaharuan  dari sekolah  jejak italienne, yang membuatnya jauh lebih tangguh dalam melawan artileri.  termasuk penebalan dinding utama, dua kali lipat dari lebar parit kering, ditambah dengan transformasi dari counterscarp  lama ke outworks besar (tenailles), pembangunan benteng di sekitar sebagian menara, dan parit. jembatan berkurang jumlahnya, dan dinding jembatan model lama digantikan dengan miring yang cocok untuk perkelahian artileri. Sebuah tim ahli bangunan, buruh dan budak melakukan pekerjaan konstruksi, para budak Muslim didakwa dengan pekerjaan yang paling sulit.
Ketika kekuatan invasi Turki yang berjumlah 400 kapal tiba di Rhodes pada tanggal 26 Juni 1522, mereka dipimpinn oleh Coban Mustafa Pasha.Sultan Suleiman sendiri tiba dengan 100.000 tentara laki-laki pada tanggal 28 Juli untuk kemudian mengambil alih komando.
Turki memblokade pelabuhan dan membombardir kota dengan bidang artileri dari sisi tanah, diikuti oleh serangan infanteri hampir setiap hari. Mereka juga berusaha untuk merusak benteng melalui terowongan dan tambang.  tembakan artileri lambat laun menimbulkan kerusakan serius pada dinding tapi setelah lima minggu, pada tanggal 4 September, dua tambang mesiu besar meledak di bawah benteng Inggris, menyebabkan 12 yard (11 m) bagian dari dinding jatuh dan mengisi parit. Para penyerang kemudian menerobos masuk dan segera menguasai, tapi serangan balik oleh orang Inggris di bawah Fra 'Nicholas Hussey dan Grand Master Villiers de L'Isle-Adam berhasil mengusir mereka kembali lagi.Dua kali lebih Turki menyerang pada  hari itu, tapi setiap kali penyerangan terjadi orang Inggris, dibantu oleh orang Jerman, dan  kemudian di adakan perjanjian
Pada tanggal 24 September, Mustafa Pasha memerintahkan serangan besar-besaran baru, terutama ditujukan pada benteng pertahanan Spanyol, Inggris, Provence dan Italia. Setelah pertempuran hebat tersebut, di mana benteng Spanyol berpindah tangan dua kali, Suleiman akhirnya membatalkan serangan. Dia dijatuhi hukuman ., kakak ipar mustafa pasha, mati karena gagal  dalam mengambil alih kota, tapi akhirnya mustafa pasha terhindar dari hukuman  setelah para pejabat senior lainnya meminta belas kasihan untuknya. Pengganti Mustafa, Ahmed Pasha, adalah seorang yang berpengalaman dalam hal pengepungan ,kemudian Turki sekarang memfokuskan pada upaya merusak benteng dan meledakan mereka . Keteraturan lokasi di mana ranjau diledakkan di bawah dinding (yang umumnya terletak di batu) telah mempengaruhi para penambang Turki  yang mungkin telah mengambil keuntungan dari gorong-gorong di bawah kota Helenistik yang terletak di bawah kota abad pertengahan Rhodes.
Serangan besar utsmani pada akhir November juga dipukul mundur, namun kedua belah pihak sekarang mulai kelelahan dengan pertempuran yang terus menerus karena mereka mencapai akhir kapasitas mereka untuk bertempur dan tidak ada pasukan bantuan bisa diharapkan tiba pada waktunya, Turki  juga mengalami kelelahan karena pasukan mereka yang semakin demoralisasi disebabkan oleh korban jiwa  dan penyakit yang menyebar melalui kamp mereka. Suleiman menawarkan kepada warga perdamaian, hidup mereka dan makanan jika mereka menyerah;alternatif akan kematian atau perbudakan jika Turki mengambil kota dengan paksa. Ditekan oleh warga kota, Villiers de L'Isle-Adam setuju untuk bernegosiasi. Sebuah gencatan senjata dinyatakan selama 11-13 Desember untuk memungkinkan negosiasi, tetapi ketika penduduk setempat menuntut jaminan lebih lanjut untuk keselamatan mereka, Suleiman marah dan memerintahkan pemboman dan serangan dilanjutkan. Benteng Spanyol jatuh pada 17 Desember. Dengan sebagian besar dinding yang sekarang hancur, tinggal masalah waktu sebelum kota harus menyerah, dan pada tanggal 20 Desember, setelah beberapa hari mendapat tekanan dari warga kota, Grand Master meminta gencatan senjata.
Pada tanggal 22 Desember, perwakilan dari penduduk Latin dan Yunani di kota, menerima syarat Suleiman, yang murah hati. Dimana Ksatria diberi dua belas hari untuk meninggalkan pulau dan akan diizinkan untuk mengambil senjata mereka dan barang berharga atau ikon agama  yang mereka inginkan. penduduk yang ingin meninggalkan pulau bisa melakukannya dalam jangka waktu tiga tahun. Tidak ada gereja yang akan dinodai atau berubah menjadi masjid. Mereka yang tersisa di pulau akan bebas dari pajak utsmani selama lima tahun.
Pada 1 Januari 1523,para ksatria yang tersisa dan tentara berbaris keluar dari kota, dengan spanduk terbang, drum dan perlengkapan perang. Mereka naik 50 kapal yang telah dibuat tersedia untuk mereka dan berlayar ke Kreta (milik Venetian), disertai dengan beberapa ribu warga sipil.
Pengepungan Rhodes berakhir dengan kemenangan utsmani, meskipun dengan biaya tinggi: dimana sebanyak setengah dari kekuatan invasi mungkin tewas atau terluka .Penaklukan Rhodes adalah langkah besar untuk kontrol utsmani atas Mediterania timur . Kemudian, pada tahun 1669, atas dasar ini Turki dapat menaklukan Venetian Crete.
Knights Hospitaller awalnya  pindah ke Sisilia, tetapi, pada tahun 1530, diperoleh pulau Malta dan Gozo dan kota pelabuhan Afrika Utara dari Tripoli yang merupakan vasal dari Kaisar Charles V.
3. Pertempuran Mohacs (23 April 1526 - 13 November 1526)
  Pertempuran Mohács (bahasa Hongaria: Mohácsi csata atau vész,bahasa Turki: Mohaç (meydan) savaşı, bahasa Kroasia: Bitka na Mohačkom polju) adalah suatu pertempuran yang terjadi pada tanggal 29 Agustus 1526 dekat Mohács, Kerajaan Hongaria. Dalam pertempuran ini, pasukan tentara dari Kerajaan Hongaria yang dipimpin oleh Raja Lajos II dikalahkan oleh tentara Turki Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Suleiman I.
Hongaria telah lama menentang ekspansi utsmani di Eropa Tenggara, namun jatuhnya Nándorfehérvár (sekarang Belgrade, Serbia) dan Szabács (sekarang Sabac, Serbia) pada tahun 1521 berarti bahwa sebagian besar Hungaria selatan yang tersisa dapat dipertahankan. Raja Louis II, Raja Hungaria dan Bohemia, mengadakan pernikahan dengan Maria dari Habsburg di 1522.  utsmani melihat bahwa tumbuhnya aliansi  ini sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka di Balkan dan bekerja untuk memecahkan aliansi ini. Setelah Suleiman I berkuasa, yang Tinggi Porte memberikan Hungaria setidaknya satu dan mungkin dua tawaran perdamaian. Tidak jelas mengapa Louis menolak tawaran itu. Ada kemungkinan bahwa Raja Louis sangat menyadari situasi Hungaria (terutama setelah Pertempuran Chaldiran dan perdamaian Polandia-utsmani dari 1525) dan ia percaya bahwa perang adalah pilihan yang lebih baik daripada perdamaian. tetapi pertempuran akhir masih menawarkan secercah harapan. Untuk tujuan tersebut, Raja Francis I dari Perancis dikalahkan dalam Pertempuran Pavia pada 24 Februari 1525 pasukan dari Habsburg Kaisar Romawi Suci, Charles V.
Setelah beberapa bulan di penjara, Francis berkata saya dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Madrid.
pada bulan Juni 1526, sebuah ekspedisi utsmani maju sampai Sungai Danube. Dengan memburuknya hubungan antara Hongaria dengan Kesultanan Utsmaniyah, Suleiman melanjutkan kampanyenya di Eropa Timur pada 29 Agustus 1526 dengan mengalahkan Louis II dari Hongaria (1506–26) dalam Pertempuran Mohács. Ketika menemukan mayat Raja Louis, Suleiman konon berkata: "Aku memang datang membawa senjata untuk menghadapinya; namun bukan keinginanku melihatnya tewas karena ia belum banyak menikmati indahnya kehidupan dan kebangsawanan.Sejak itu kerajaan Hongaria mengalami kemunduran dan Utsmaniyah bangkit menjadi kekuatan utama di Eropa Timur. 
Di bawah kepemimpinan Karl V dan saudaranya Ferdinand I, Kaisar Romawi Suci, Wangsa Habsburg menyerang dan menaklukkan kembali Buda serta menguasai Hongaria. Pada tahun 1529, Suleiman sekali lagi mengerahkan pasukan untuk menyerang Buda, dan berhasil merebutnya.
4.pengepungan wina(10 Mei 1529 - 16 Desember 1529)
Selain Buda, ia juga menyerang Wina. Namun dengan 16.000 tentara yang menjaga, Austria berhasil mempertahankan Wina. Usaha kedua untuk menaklukkan Wina pada tahun 1532 juga gagal, Suleiman terpaksa mundur sebelum mencapai kota. 
Kedua kekalahan ini terjadi akibat buruknya cuaca (yang memaksa mereka meninggalkan peralatan-peralatan penting) dan terlalu panjangnya rantai persediaan. Penyerangan ini merupakan salah satu ekspedisi paling ambisius Kesultanan Utsmaniyah.
Pada tahun 1540-an, terjadi konflik di Hongaria. Beberapa bangsawan Hongaria mengusulkan agar Ferdinand, Adipati Utama Austria (1519–64), yang pernah menjadi pemimpin Austria dan masih satu keluarga dengan Louis II, menjadi Raja Hongaria dengan mengutip sebuah perjanjian bahwa wangsa Habsburg akan mendapatkan takhta Hungaria apabila Louis tewas tanpa menunjuk putra mahkota, namun beberapa bangsawan lebih mendukung János Zápolya. Konflik ini memberikan peluang bagi Suleiman untuk membalas kekalahannya di Wina.
Pada tahun 1541, wangsa Habsburgs sekali lagi terlibat konflik dengan Utsmaniyah dengan menyerang Buda. Namun penyerangan itu gagal, bahkan beberapa benteng mereka balik direbut dalam serangan balasan Utsmaniyah.Ferdinand dan saudaranya Karl V kalah dan dipaksa menandatangani perjanjian yang memalukan di hadapan Suleiman. Ferdinand dipaksa melepas klaimnya atas takhta Hongaria dan diwajibkan membayar upeti dalam jumlah tetap setiap tahunnya kepada Sultan. 
Dengan hancurnya saingan-saingan utama, Kesultanan Utsmaniyah menjadi kekaisaran terkuat dan memegang peranan paling penting di Eropa ketika itu.
Perang Utsmaniyah-Safawiyah
Setelah Suleiman menstabilisasi pasukannya di front Eropa, ia mengalihkan perhatiannya untuk menyerang Dinasti Safawiyah dari Persia. Ada dua peristiwa yang menyebabkan Suleiman memandang Dinasti Safawiyah sebagai ancaman. Pertama, Gubernur Baghdad yang loyal kepada Suleiman dibunuh oleh Shah Tahmasp dan digantikan dengan orang yang setia kepada Shah. Kedua, Gubernur Bitlis yang dikuasai Suleiman berkhianat dan menyatakan kesetiaan pada Dinasti Safawiyah. Sebagai hasilnya, pada tahun 1533, Suleiman memerintahkan Wazir Agung Ibrahim Pasha untuk memimpin pasukan ke Asia. Ia kemudian berhasil merebut kembali Bitlis dan menguasai Tabriz tanpa perlawanan berarti. Suleiman menyusul dan bergabung dengan pasukan Ibrahim pada 1534 dan melakukan penyerangan langsung ke Persia. Shah lebih memilih mengorbankan teritorinya daripada menghadapi Suleiman. Pada tahun berikutnya Suleiman dan Ibrahim berhasil memasuki Baghdad, komandannya menyerahkan kota dan mengakui Suleiman sebagai pemimpin dunia Muslim dan pengganti sah kekhalifahan Abbasiyah.
perang Utsmani-Safawi

Bermaksud menghancurkan Shah untuk selamanya, Suleiman berangkat dalam kampanye kedua pada tahun 1548–1549. Seperti sebelumnya, Tahmasp menghindari konfrontasi dengan pasukan Utsmaniyah dan memilih untuk mundur sambil melancarkan taktik bumi hangus. Setelah menguasai Tabriz, Armenia, dan beberapa benteng di Georgia, Suleiman memilih untuk menghentikan kampanyenya karena kerasnya musim dingin di Kaukasus
Pada tahun 1553 Suleiman memulai kampanye ketiga dan terakhirnya melawan Shah. Sebelumnya pasukan Utsmaniyah mengalami kekalahan di Erzurum dan kehilangan kekuasaan atas kota tersebut di tangan anak Shah. Suleiman berniat kembali menguasai Erzurum dengan menyeberangi Sungai Efrat. Pasukan Shah kembali menggunakan taktiknya menghindari pasukan Utsmaniyah, yang berakibat terjadinya kebuntuan (stalemate). Pada tahun 1554, sebuah perjanjian ditandatangani yang mengakhiri kampanye militer Suleiman di Asia. Termasuk dalam perjanjian itu adalah Suleiman mengembalikan Tabriz, namun sebagai gantinya mendapatkan Baghdad, sebagian Mesopotamia, mulut Sungai Efrat dan Tigris, serta sebagian Teluk Persia. Shah juga berjanji untuk tidak melakukan serangan apa pun ke wilayah Utsmaniyah.

Kampanye di Samudra Hindia dan India
Di Samudra Hindia, Suleiman memimpin beberapa kampanye laut terhadap Portugal dengan tujuan mengusir mereka dan mengamankan jalur perdagangan dengan India. Aden di Yemen direbut oleh Utsmaniyah pada tahun 1538 untuk dijadikan basis serangan terhadap jajahan Portugal di pantai Barat India. Pada bulan September 1538, Utsmaniyah gagal mengalahkan Portugal dalam Pengepungan Diu dan terpaksa kembali ke Aden. Dari Aden, tentara Utsmaniyah dipimpin Sulayman Pasha dapat mengambil alih seluruh wilayah Yemen serta Sa'na. Akan tetapi, Aden memberontak dan meminta bantuan Portugal, sehingga Portugal menguasai kembali kota tersebut, hingga direbut lagi oleh pasukan Utsmaniyah di bawah pimpinan Piri Reis pada tahun 1548.
Dengan kendali yang kuat atas Laut Merah, Suleiman berhasil mengamankan jalur perdagangan India yang dahulu dikuasai Portugal, dan menjaga perdagangan dengan India selama abad ke-16 Pada tahun 1564, Suleiman menerima utusan dari Kesultanan Aceh, yang meminta bantuan melawan Portugis. Maka ekspedisi Utsmaniyah ke Aceh diluncurkan dan berhasil memberikan dukungan militer terhadap Aceh.
Mediterania dan Afrika Utara
Setelah berhasil melakukan konsolidasi pada pasukan daratnya, Suleiman mendapatkan kabar bahwa benteng Koroni di Morea telah direbut salah satu admiral Karl V, Andrea Doria. Kehadiran pasukan Spanyol di Mediterania Timur menimbulkan kekhawatiran Suleiman, yang melihat itu sebagai indikasi bahwa Karl V mencoba mengganggu dominasi Utsmaniyah di kawasan. Suleiman merasa perlu mempertegas kekuatannya di Mediterania sehingga ia mengerahkan salah satu komandan laut terbaiknya Khair ad Din, yang oleh orang Eropa dikenal dengan nama Barbarossa. Barbarossa ditugaskan untuk membangun kembali angkatan Utsmaniyah hingga Utsmaniyah memiliki jumlah armada yang sama dengan total seluruh armada negara-negara lain di Mediterania digabungkan. Pada tahun 1535 Karl V mendapatkan kemenangan atas Utsmaniyah di Tunis. Di saat yang sama, Suleiman sedang berperang dengan Venesia. Hal ini memaksa Suleiman untuk menyetujui proposal pembentukan aliansi dari François I dari Perancis untuk melawan Karl. Pada tahun 1538, armada Spanyol dikalahkan oleh Barbarossa dalam Pertempuran Preveza, sehingga Utsmaniyah berkuasa di wilayah itu selama 33 tahun hingga kekalahan mereka dalam Pertempuran Lepanto pada tahun 1571.
Bagian timur Maroko berhasil dikuasai. Wilayah Berberia seperti TripolitaniaTunisia, dan Algeria dikuasai dan diberi status provinsi otonom serta dijadikan ujung tombak Suleiman dalam menghadapi Karl V. Dalam periode pendek ekspansi itu mampu mengamankan dominasi laut Utsmaniyah di Mediterania. Angkatan laut Utsmaniyah juga mengontrol Laut Merah, dan menguasai Teluk Persia hingga 1554, ketika kapal-kapal mereka dihancurkan oleh angkatan laut Kekaisaran Portugis. Portugis juga menguasai Ormus pada tahun 1515 dan bertempur dengan tentara Suleiman untuk merebut Aden.
Karena sedang menghadapi musuh yang sama, François I dan Suleiman memperbaharui perjanjian aliansi mereka. Sebagai hasilnya, Suleiman mengirimkan 100 kapal di bawah pimpinan Barbarossa untuk membantu pasukan Perancis di Mediterania Barat. Barbarossa berhasil menguasai pantai Naples dan Sisilia sebelum sampai ke Perancis. Perancis kemudian menjadikan Toulon sebagai markas besar angkatan laut Utsmaniyah. Dari sana Barbarossa menyerang Nice pada tahun 1543. Pada tahun 1544, François I dan Karl V mengadakan perjanjian perdamaian sehingga aliansi antara Perancis dan Utsmaniyah berakhir sementara.
Di tempat lain, Ksatria Hospitaller yang pernah diusir Utsmaniyah membangun kekuatan baru di Malta, membentuk ordo Ksatria Malta pada 1530. Mereka melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal musim sehingga memancing perhatian Utsmaniyah. Suleiman akhirnya mengirimkan tentara dalam jumlah yang sangat besar untuk mengusir mereka. Pertempuran dimulai pada 18 Mei dan berakhir pada 8 September. Awalnya pasukan Utsmaniyah berhasil membantai Ksatria Malta dan menghancurkan beberapa kota, namun tentara bantuan dari Spanyol datang dan membalikkan keadaan, menyebabkan tewasnya 30.000 tentara Utsmaniyah


0 Response to "Sejarah Kesultanan Utsmani Bagian Pertama"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel