INFO MENARIK SEPUTAR SUKU GAYO DARI ACEH
INFO MENARIK SEPUTAR SUKU GAYO DARI ACEH
Suku Gayo adalah salah satu suku di Aceh yang mendiami daerah pegunungan Bukit Barisan. Dalam beberapa hal suku Gayo sendiri terbagi menjadi beberapa sub-etnis yaitu : gayo Lut, Gayo Deret, Gayo Blang dan GayoSerbejadi. Letak geografis mereka di pisah kan oleh batas alam menyebabkan mereka sulit berhubungan dengan yang lainnya. Secara Administratif kelompok-kelompok tersebut mendiami beberapa kabupaten di provinsi Aceh, diantaranya : Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan Aceh Tenggara.
Adapun asal usul Kata Gayo berasal dari kata “pegayon” artinya tempat mata air yang jernih dimana
tempat beradanya ikan-ikan dan kepiting yang bersih.
Kebudayaan Gayo telah
ada semenjak orang gayo mendiami wilayah dataran tinggi gayo abad ke -4 dan kemudian mulai berkembang pada masa kerajaan Linge pertama abad ke-10.
Kerajaan Linge ini
dibangun pada tahun 416 H / 1025 M. di Buntul Linge dengan raja pertamanya Adi
Genali atau dinamakan juga Kik Betul. Dia mempunyai empat orang putra, yaitu :
Sibayak Linge, Empu Beru, Merah Johan dan Merah Linge. Dimana raja Linge I
mewariskan sebuah pedang dan cincin permata kepada keturunannya. Cincin
tersebut diperoleh dari Sultan Peurlak Mahmud Syah (1012-1038). Ketika Adi
Genali membangun kerajaan Linge bersama seorang perdana menteri Syekh
Sirajuddin yang bergelar Cik Serule.
Menurut Cerita awal berdirinya kerajaan linge “pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya
sultan ketujuh, kerajaan peurlak Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat,
pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri
dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
a. – Perlak Pesisir
(Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)
b. – Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan
Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023).
mata uang peninggalan kerajaan linge gayo |
Di bawah kepemimpinan Sultan Makhdum Alaiddin
Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat, kaum sunni membuka kawasan baru sebagai
basis kerajannya di sekitar daerah Lokop Serba Jadi. Inilah cikal bakal kerjaan
Linge. Pada saat terbentuknya wilayah Suni ini, Kerajaan Perlak diserang oleh
kerjaan Sriwijaya. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan kembali ke
Perlak untuk merebut kerajaan Perlak
yang telah dikuasai oleh kerajaan Sriwijaya. Beliau memimpin perjuangan
melawan Sriwijaya hingga tahun 1006. Selama 20 tahun lamanya pertempuran
melawan kerajaan Sriwijaya, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan
memerintahkan sebagian kaum suni yang masih tingal di kawasan Lokop Serbe Jadi
untuk bertahan di pegunungan. Kaum Sunni ini bergerak sekitar 34 km masuk
kepedalaman untuk membuka kawasan baru. Adapun Seterusnya wilayah gayo tetap menjadi bagian kerajaan Samudra Pasai kemudian Kerajaan Aceh sampai kedatangan Belanda pada tahun 1904 hal tersebut
diorong hasrat Belanda dalam menaklukan seluruh daerah Aceh dan potensi
perkebunan Kopi Arabika , tembakau dan Damar sangat cocok ditanam didaerah
tersebut.
Adapun dari segi Kebudayaan Suku
Gayo adalah salah satu suku minoritas yang memiliki kebudayaan yang berbeda
dengan Suku Aceh . Adapan menurut ahli
Antropologi Budaya suku bangsa gayo lebih dekat dengan Budaya suku Batak. Hal
tersebut terbukti dengan kemiripan budaya diantara keduanya. Adapun bila
dibandingkan dengan kebudayaan Suku Aceh kebudayaan Gayo seperti kesenian
Didong, pepongoten, sebuku, melengkan, munenes, saman berbeda dengan kebudayaan
suku Aceh.
Sumber referensi :
T. Lestari. “ Sumang Dalam Budaya Gayo”. 2012. Banda
Aceh . PT.Badan Pelestarian Sejarah dan Nilai Kebudayaan Banda Aceh.
nice info gan!
ReplyDeletenambah wawasan sejarah2 yang ada di indonesia
ReplyDeletelanjutkan bikin artikelnya gan :))
Mantap. Artikelx ada referensi x
ReplyDeleteWih artikel yang sangat menambah wawasan,,nice post gan
ReplyDeletenice info gan
ReplyDeleteyah keren, akhirnya ada blog yang membahas jauh tentang suku gayo. Salam kenal kembali mas
ReplyDelete