-->

Sejarah Berdirinya Kesultanan Peurlak di Aceh Timur

Sejarah Berdirinya Kesultanan perlak di Aceh Timur
Dalam naskah tua Izhar al-Haqq yang dirujuk oleh A.Hasjmy, diinformasikan bahwa pada 173 H (789 M), terdapat sebuah kapal asing yang datang dari Teluk Kambay (Gujarat) India singgah berlabuh di Bandar Perlak. Kapal ini di antaranya membawa para saudagar muslim dari Arab, Persia dan India di bawah pimpinan seorang nahkoda utusan khalifah Bani Abbas, sehingga ia disebut Nahkoda Khalifah. Pada masa itu, dunia Islam berada dalam kekuasaan Khalifah Harun ar-Rasyid (785-809 M) yang berpusat di Baghdad. kemungkinan besar khalifah memberi perintah untuk menyebarkan Islam ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke wilayah Nusantara. Kehadiran rombongan Nahkoda Khalifah di Perlak menyebabkan terjalinnya hubungan dan kontak budaya antar bangsa di wilayah itu. Di samping menjalankan misi dagang, rombongan Nahkoda Khalifah ini juga membawa misi dakwah syiar Islam. Meraka mengajarkan persaudaraan, persamaan, kasih sayang, tolong menolong, bagaimana berniaga, bertani, bermasyarakat dan cara beribadat kepada Allah, sehingga raja dan rakyat Perlak tertarik dan memeluk Islam.
Baca juga :
Pada mulanya kedatangan satu delegasi dagang dari Persia tepat di daerah Blang Seupeung, pusat Kerajaan Jeumpa yang ketika itu masih menganut Hindu Purba. Salah seorang anggota rombongan tersebut bernama Maharaj Syahriar Salman, Pangeran dari Kerajaan Persia yang ditaklukkan pada zaman Khalifahtur Rasyidin Umar bin Khattab. Setelah penaklukkan, sebagian dari keluarga kerajaan Persia ada yang pergi ke Asia Tenggara.
Kerajaan Jeumpa, ketika itu dikuasai Meurah Jeumpa. Maharaj Syahriar Salman kemudian menikah dengan putri istana Jeumpa bernama Mayang Seludang. Akibat dari perkawinan itu, Maharaja Syahriar Salman tidak lagi ikut rombongan niaga Persia yang melanjutkan pelayaran ke Selat Malaka. Pasangan ini memilih “hijrah” ke Perlak sebuah kawasan kerajaan yang dipimpin Meurah Perlak.

Meurah Perlak tak punya keturunan dan memperlakukan “pengantin baru” ini sebagai anak. Ketika Meurah Perlak meninggal, kerajaan Perlak diserahkan kepada Maharaj Syahriar Salman, sebagai Meurah Perlak yang baru. Perkawinan Maharaj Syahriar Salman dan Putri Mayang Sekudang dianugerahi empat putra dan seroang putri; Syahir Nuwi, Syahir Dauli, Syahir Pauli, SyahirTanwi, dan Putri Tansyir Dewi.

Syahir Nuwi di kemudian hari menjadi Raja Perlak yang baru menggantikan ayahandanya. Dia bergelar Meurah Syahir Nuwi. Syahir Dauli diangkat menjadi Meurah di Negeri Indra Purba. Syahir Pauli menjadi Meurah di Negeri Samaindera (sekarang Pidie), dan si bungsu Syahir Tanwi kembali ke Jeumpa dan menjadi Meurah Jeumpa menggantikan kakeknya. Merekalah yang kelak dikenal sebagai “Kaom Imeum Tuha Peut” (penguasa yang empat). Dengan demikian, kawasan-kawasan sepanjang Selat Malaka dikuasai oleh keturunan Maharaj Syahriar Salman dari Dinasti Sassanid Persia dan Dinasti Meurah Jeumpa (sekarang Bireuen).

Sementara itu, Putri Tansyir Dewi, menikah dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar, anggota rombongan pendakwah yang tiba di Bandar Perlak dengan sebuah kapal di bawah Nakhoda Khalifah. Kapal itu memuat sekitar 100 pendakwah yang menyamar sebagai pedagang. Rombongan ini terdiri dari orang-orang Quraish, Palestina, Persia dan India. Rombongan pendakwah ini tiba pada tahun 173 H (800 M). Sebelum merapat di Perlak, rombongan ini terlebih dahulu singgah di India.


Syahir Nuwi yang menjadi penguasa Perlak menyatakan diri masuk Islam, dan menjadi Raja Perlak pertama yang memeluk Islam. Sejak itu, Islam berkembang di Perlak. Perkawinan Putri Tansyir Dewi dengan Sayid Maulana Ali al-Muktabar membuahkan seorang putra bernama Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, yang kelak setelah dewasa dinobatkan sebagai Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah, sultan pertama Kerajaan Islam Perlak, bertepatan dengan 1 Muharram 225 Hijriah. Ia kemudian mengubah nama ibukota kerajaan dari Bandar Perlak menjadi Bandar Khalifah. Hal ini menjadikan kerajaan perlak sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara.

Adapun garis keturunan dari Sayid Maulana Ali al-Muktabar merupakan putra dari Sayid Muhammad Diba‘i anak Imam Ja'far Asshadiq (Imam Syiah ke-6). yang masih keturunan dari Nabi Muhammad S.A.W
silsilah dinasti syarif Aceh
silsilah dinasti syarif Aceh
Keikutsertaan Sayid Maulana Ali al-Muktabar dalam rombongan pendakwah merupakan penugasan dari Khalifah AlMakmun bin Harun Al Rasyid (167-219 H/813-833 M) untuk menyebarkan Islam di India, Asia Tenggara dan kawasan-kawasan lainnya.
peta wilayah kerajaan peurlak di aceh timur
peta wilayah kerajaan peurlak di aceh timur
   Pada masa pemerintahan sultan ketiga, Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Shah, aliran Sunni mulai masuk ke Perlak. Setelah wafatnya sultan pada tahun 363 H (913 M), terjadi perang saudara antara kaum Syiah dan Sunni sehingga selama dua tahun berikutnya tak ada sultan. pada tahun 302 H (915 M), Kaum Syiah memenangkan perang dan Sultan Alaiddin Syed Maulana Ali Mughat Shah dari aliran Syiah naik tahta. Pada akhir pemerintahannya terjadi lagi pergolakan antara kaum Syiah dan Sunni yang kali ini dimenangkan oleh kaum Sunni sehingga sultan-sultan berikutnya diambil dari golongan Sunni.
  
  Pada tahun 362 H (956 M), setelah meninggalnya sultan ketujuh, Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Shah Johan Berdaulat, terjadi lagi pergolakan selama kurang lebih empat tahun antara Syiah dan Sunni yang diakhiri dengan perdamaian dan pembagian kerajaan menjadi dua bagian:
       a. Perlak Pesisir (Syiah) dipimpin oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah (986 – 988)
     b. Perlak Pedalaman (Sunni) dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat (986 – 1023)

    Sultan Alaiddin Syed Maulana Shah meninggal sewaktu Kerajaan Sriwijaya menyerang Perlak dan seluruh Perlak kembali bersatu di bawah pimpinan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Shah Johan Berdaulat yang melanjutkan perjuangan melawan Sriwijaya hingga tahun 1006.

peta wilayah kerajaan peurlak dan sriwijaya
peta wilayah kerajaan peurlak dan sriwijaya
Sultan ke-17 Perlak, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Shah II Johan Berdaulat memerintah 1230 – 1267) menjalankan politik persahabatan dengan menikahkan dua orang putrinya dengan penguasa negeri tetangga Peureulak:
a, Putri Ratna Kamala, dinikahkan dengan Raja Kerajaan Malaka, Sultan Muhammad Shah (Parameswara).
b, Putri Ganggang, dikawinkan dengan Raja Kerajaan Samudera Pasai, Al Malik Al-Saleh. 

Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (memerintah 1267 – 1292). Setelah ia meninggal, Perlak disatukan dengan Kerajaan Samudera Pasai di bawah pemerintahan sultan Samudera Pasai, Sultan Muhammad Malik Al Zahir, putra Al Malik Al-Saleh.



Sumber referensi :
http://seurayung.blogspot.co.id/2008/12/menguak-pertalian-raja-raja-aceh-sejak.html








9 Responses to "Sejarah Berdirinya Kesultanan Peurlak di Aceh Timur"

  1. Wuih lumayan buat nambah ilmu sejarah :D, terimakasih gan infonya hehehe

    ReplyDelete
  2. ah artikelnya penuh dengan pengetahuan

    ReplyDelete
  3. Nyimak gan....
    Nambah wawasan tentang sejarah2 yang ada di Indonesia kita ini

    ReplyDelete
  4. Sekaligus nyatat gan,pelajaran sejarah juga ini,baru tau ada kerajaan ini :)

    ReplyDelete
  5. Baru tahu ane, kira cuma samudra pasai aja, terimakasih infonya

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel