-->

Islam Versus Teori Benturan Peradaban (Clash of civilization)


Ilustrasi Perang Salib
Setelah Perang dingin usai di era tahun 90-an. Samuel Huntington menulis tesis Fenomenalnya yang berjudul Clash of civilization (Benturan Peradaban) di Jurnal foregn affairs. sebab-musababnya tidak lain adalah, setelah perang dingin tersebut usai, perang yang konon dimenangkan oleh Amerika mewakili paham sosial demokrasi mengalahkan rival beratnya Uni soviyet (mewakili Paham komunisme).

Sesuai dengan filsafat sosial demokrasi yang meraka anut, bahwa manusia akan terus berevolusi untuk mempertahankan kehidupan (Survival), dimana peradaban yang kuat akan terus mengalahkan peradaban yg lemah.

Barat perlu memetakan kembali siapa yang akan menjadi cikal bakal penghadang superioritas mereka di jagat raya ini. setelah pengkajian mendalam dari berbagai literatur, Samuel Huntington akhirnya memutuskan ada 7-8 peradaban (kebudayaan) yang tumbuh kuat pada abad ke-21. Antara lain, adalah Peradaban Islam, jepang, Budha, Konfuisme, Barat, Ortodok, benua afrika dll. dari peradaban-peradaban ini, beliau menyimpulkan bahwa Islam adalah tantangan utama barat dalam era Clash of civilization selanjutnya. Menurut pandangan beliau Islam bukan hanya di lihat sebagai kekuatan agama, melainkan Islam mulai tumbuh dalam tatanan sosial, ekonomi, pendidikan dan perpolitikan. dari semua tantangan yang di khawatirkan tersebut bisa jadi mempengaruhi kebijakan amerika yang berdampak negatif terhadap dunia Islam. mulai dari perang teluk, tragedi WTC, Teroris dan lain sebagainya. dampak buruk yang dialami ummat Islam dari Clash (Benturan) ini juga adalah timbulnya 3 penyakin yang mematikan dalam umat islam sendiri yaitu penyakit Kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan. penyakit ini perlu segera di sembuhkan dengan takaran obat yang mujarab yang bernama Pendidikan, Dialog dan Toleransi.

Pendidikan adalah landasan penting untuk mengangkat martabat Masyarakat (Islam khususnya) sehingga masyarakat memiliki wawasan luas dan mampu memhami setiap perbedaan fitrah ummat manusia. pendidikan yang baik dan mampu mengartikulasi perbedaan antara ummat manusia merupakan tangga kedua dalam meruntuhkan hegemoni semu filsafat manusia (ego-rasialisme) dan merupakan tahapan kedua dalam penyembuhan penyakit sosial masyarakat. Tahapan  kedua ini sering disebut sebagai "Dialog".

Dialog dalam artian sempit adalah komunikasi antara human to human (manusia antar manusia) DR. Ali Ünsal dalam pemaparannya mengatakan bahwa kata dialog adalah kalimat tayyibah (terbaik) abad ke-21 ini, yang mampu mendudukan sama rata antar suku, agama, status sosial, dan kedudukan-kedudukan duniawi lainnya. serta mampu menghancurkan ego-ananiyyah-superioritas antar ummat manusia. setelah terjalinnya dialog secara perlahan-lahan akan timbul rasa saling mengerti antar sesama yang sering kita sebut sebagai bernama harmonisasi dalam  toleransi. toleransi adalah batu loncatan dalam mengibarkan makna Islam sebagai rahmatan lil'alamiin. Hoca Efendi, Muhammad Fethullah Gulen juga menyampaikan bahwa dunia ini bukan merupakan ladang untuk terus berperang (diwani harb), melainkan dunia adalah diwani khidmah (ladang untuk memberikan pelayanan) yang memberikan pelayanan kepada umat manusia. ketika dunia dipenuhi cinta dan toleransi, maka pertikaian atas nama apapun dapat diminimalisir sedemikian rupa sampai pada batas yang terkecil.

ya! mungkin kata-kata pendidikan, dialog, dan toleransi saat ini adalah sebuah kata-kata utopia (khayalan), namun perlu kita sadari dan maknai bersama, kata-kata  ini sudah pernah terbukti dalam khazanah dunia Islam. Dari zaman Rasulullah Muhammad Saw, Khalifah Ar-rasyidin sampai pada zaman ke khalifahan terakhir yaitu Bani Usmaniyyah. zaman Ke-khalifahan Usmani, Islam sampai pada refresentasi tertinggi potret toleransi umat manusia. Dimana umat Islam mampu merangkul berbagai suku, bangsa dan agama dalam satu wadah yang bernama Milliyet. dan ini berlangsung selama 6 abad lebih.

sebagai lintasan pikiran akhir dari penulis, perlu kiranya kita sebagai manusia dan sebagai ummat islam mengkaji ulang dan mengqiyas kembali kehidupan luhur masa lalu kedalam kehidupan modern abad ke-21 ini, sehingga tidak ada lagi pertikaian atas nama Clash of civilization. bahwa tulisan Clash of the Civilization adalah bentuk egoisme sepihak yang mungkin disebabkan oleh kita yang belum menyentuh mereka (Samuel H. dan teman2 sejawat) dengan cahaya Islam Rahmatan lil'alamiin. cukuplah cuplikan makna nasyid booming saat ini menjadi penguat dari Pendidikan, Dialog dan toleransi.

Killa hadzil ard mataqfii masahah (Seluruh bumi ini akan terasa sempit)
Lau na'isibila samahah (Jika hidup tanpa toleransi)
Wanta'ayasna bihab (Namun jika hidup dengan perasaan cinta)
Lau tadiqil ardi naskan kalla kolb (Meski bumi sempit kita akan bahagia)

Abtahiyyat wabsalam (Melalui perilaku mulia dan damai)
Ansyuru ahlal kalam (Sebarkanlah ucapan yang manis)
Dzainuddin yahtirom (Hiasilah dunia dengan sikap yang hormat)
Abmahabbat wabtisam (Dengan cinta dan senyuman)
Ansyuru bainil anam (Sebarkanlah diantara insan)
Hadahu din assalam (Inilah islam agama perdamaian)
(13 Januari 2019, Emre )

1 Response to "Islam Versus Teori Benturan Peradaban (Clash of civilization)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel