Mengidentifikasi Kejenuhan Konsumen
Mengidentifikasi Kejenuhan Konsumen
(penyebab dan Solusinya)
- Penyebab Kejenuhan Konsumen
Perilaku konsumen dengan titik kejenuhan
sangat beragam disebabkan oleh perbedaan usia, kemampuan membayar atau
pendapatan, kepribadian, dan persepsi risiko. Selain itu Konsumen yang mengalami kejenuhan
merupakan kondisi biasa karena sebagai makhluk hidup merasakan kejenuhan
merupakan kondisi psikologis yang natural dalam kehidupan. kondisi jenuh tersebut disebabkan oleh adanya kondisi
fisiologis tubuh yang mengantisipasi adanya stimuli yang bersamaan dipersepsi
dan dirasakan sehingga ingin mencari sesuatu yang baru. Tentu saja, kita sebagai konsumen ketika makan
setiap hari dengan menu yang sama dari pagi, siang, sore dan malam, untuk
beberapa hari bisa saja mengalami bosan atau jenuh. Bosan menyantap menu yang sama merupakan
respons positif tubuh karena sinyal otak manusia memberikan signal bahwa
kenikmatan makan dengan menu yang sama semakin berkurang.
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh David Ricardo (1772-1823) dalam teorinya yang berjudul " The Law of Diminishing return". ia mengatakan bahwa jika kita menambahkan unit input dalam jumlah yang sama, sedangkan input yang lain tetap, maka mula-mula akan terjadi tambahan output yang lebih dari proporsional (increasing return), tapi pada titik tertentu hasil lebih yang kita peroleh akan semakin berkurang (diminshing return).
Begitu juga, ketika menghadapi kegiatan
yang merupakan rutinitas setiap harinya. Kegiatan rutin ini pada titik tertentu
juga akan mengantar individu pada titik kebosanan, karena pada titik tertentu
sinyal otak juga memberikan respons adanya titik stimulasi yang sudah optimal,
sehingga perlu penyegaran atau stimulus yang berbeda dari stimulus rutin yang
diterima oleh individu sebelumnya. Individu yang merasakan bosan sebenarnya
disebabkan oleh adanya dorongan atau motivasi yang ada dalam diri. Secara
teoretis, kondisi bosan dipicu adanya paparan atau exposure stimulus
yang terus-menerus diterima oleh individu dalam jangka waktu tertentu; dan pada
titik tertentu persepsi ketertarikan terhadap stimulus akan menurun.
Individu sebagai konsumen yang mudah
mengalami kejenuhan biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut.
Pertama, umur muda atau bisa dikategorikan pada generasi Y atau generasi millenial. Umur muda ini bisa menjelaskan karakteristik individu yang cenderung memiliki persepsi risiko yang rendah dan berusaha untuk mencari tantangan baru. Mereka dengan senangnya untuk mencari hal-hal baru, menantang, dan coba-coba.
Kedua, kepribadian yang terbuka dan mau menerima pengalaman baru memudahkan untuk menerima stimuli baru dan memiliki keinginan yang kuat untuk mencari hal-hal baru dan berbeda sebelumnya.
Ketiga, individu yang mudah bosan merupakan individu dengan tingkat disposisi produk juga tinggi, artinya menyudahi kepemilikan produk atau barang tertentu akan lebih cepat dengan cara mengganti produk baru.
Keempat, adanya kemampuan membayar atau meningkatnya pendapatan dapat mendorong munculnya keinginan baru dengan mudah. Hal ini tentu saja memunculkan keinginan untuk mencoba hal baru.
Pertama, umur muda atau bisa dikategorikan pada generasi Y atau generasi millenial. Umur muda ini bisa menjelaskan karakteristik individu yang cenderung memiliki persepsi risiko yang rendah dan berusaha untuk mencari tantangan baru. Mereka dengan senangnya untuk mencari hal-hal baru, menantang, dan coba-coba.
Kedua, kepribadian yang terbuka dan mau menerima pengalaman baru memudahkan untuk menerima stimuli baru dan memiliki keinginan yang kuat untuk mencari hal-hal baru dan berbeda sebelumnya.
Ketiga, individu yang mudah bosan merupakan individu dengan tingkat disposisi produk juga tinggi, artinya menyudahi kepemilikan produk atau barang tertentu akan lebih cepat dengan cara mengganti produk baru.
Keempat, adanya kemampuan membayar atau meningkatnya pendapatan dapat mendorong munculnya keinginan baru dengan mudah. Hal ini tentu saja memunculkan keinginan untuk mencoba hal baru.
Untuk menghilangkan kebosanan atau
kejenuhan pada stimulus sebelumnya, perlu diberikan variasi stimulus baru agar
individu merasakan sesuatu yang baru atau berbeda sehingga individu termotivasi
untuk mempersepsikan, merasakan, dan bahkan mencoba stimulus baru tersebut.
Para pemasar atau pelaku bisnis
diharapkan memahami perilaku konsumen yang mengalami titik kejenuhan. Perilaku
konsumen dengan titik kejenuhan sangat beragam. Ada konsumen yang memiliki
kecenderungan untuk mudah mengalami jenuh dan ada konsumen yang memiliki
kecenderungan tidak mudah jenuh.
Perilaku yang berbeda terhadap titik
kejenuhan disebabkan oleh perbedaan usia, kemampuan membayar atau pendapatan,
kepribadian, dan persepsi risiko. Perbedaan faktor ini dipahami dengan baik
oleh pemasar karena merupakan dasar untuk mengembangkan strategi pemasaran
lebih lanjut.
Berkaitan dengan individu yang memiliki
tingkat kejenuhan yang rendah, tentu saja bagi pemasar membutuhkan ekstra usaha
dalam mengembangkan strategi untuk memudahkan individu memiliki ketertarikan
menerima produk dengan atribut baru.
Namun, di sisi lain, pemasar juga
diuntungkan oleh konsumen dengan tingkat kejenuhan rendah, karena cenderung
akan loyal pada satu produk atau merek tertentu. Tingkat kejenuhan bukan suatu
harga mati, asalkan bisa dikelola baik oleh individu itu sendiri maupun
perusahaan yang memahami target marketnya. Strategi pemasaran yang
tepat akan menetralisasi tingkat kejenuhan dengan baik. Namun, tidak berarti
bahwa memahami tingkat kejenuhan secara baik menjadikan perusahaan untuk
membombardir konsumen dengan beragam produk. Konsekuensinya, pada titik
tertentu, penawaran produk yang berlebihan, akan menyebabkan konsumen
menghindari diri dari serbuan penawaran produk karena ketidakmampuan mengolah
informasi dan memutuskan untuk melakukan pembelian serta keterbatasan diri.
Adapun untuk Implikasi individu dengan tingkat
kejenuhan yang tinggi memberikan implikasi positif dan negatif. Implikasi
positif terjadi bila perusahaan yang inovatif meluncurkan produk-produk dengan
atribut baru akan cenderung mudah diterima oleh konsumen dengan tingkat
kejenuhan tinggi.
Sehingga tingkat adopsi produk menjadi lebih
tinggi karena mudahnya individu untuk melakukan pembelian.Namun Implikasi negatif
adalah individu dengan tingkat kejenuhan tinggi agak sulit diharapkan menjadi
konsumen yang memiliki loyalitas tunggal karena mereka akan cenderung mudah
bosan dan mencari produk atau merek lain yang dianggap memiliki variasi atribut
yang baru.
Sumber : *Dosen Program Studi Manajemen
Universitas Paramadina Jakarta
Baik, nice info... Kiat-kiatnya begitu penting untuk pemasaran produk saya biar mereka tidak jenuh lagi. :)
ReplyDeletecocok nih buat businessman tipsnya , thx gan
ReplyDeleteMengidentifikasi Kejenuhan Konsumen sangat pas menurut saya karena penting buat mempertahankan pelanggan benar ngak mas
ReplyDeleteoh jadi ituh solusinya jadi tau ane :0 thanks min
ReplyDeleteartikel tepat kalau mau belajar tentang pemasaran ...
ReplyDeletebagus juga untuk re ferensi belajar
nice info min XD thanks
ReplyDeleteNice info gan...
ReplyDeletekeren identifikasinya gan
ReplyDeletetips yang keren, emng sih skrang ini terkadang bnyak konsumen yang jenuh dikarenakan produk yang dipasarkan tidak sesuai dengan kenyataan. salam dari hujan-tips.blogspot.com
ReplyDeletejadi bisa belajar ni gan
ReplyDeletebagus gan, lanjutkan gan. kta tunggu artikel2 lainya
ReplyDeleteArtikel nya bermanfaat sekali gan
ReplyDeleteBermanfaat nih, benar-benar bisnis
ReplyDeleteLanjutkan gan
ReplyDeleteMantap kang, jadi tau nih para pengusaha muda
ReplyDelete