Sebuah Cerita Tentang Atjeh Moorden
(Pembunuhan
Khas Aceh)
Menjelang akhir abad ke-19. tepatnya 12
April 1890, Belanda melancarkan sebuah tindakan kekerasan ke wilayah Aceh
melalui pasukan elit mereka yang dinamakan Het Corps Marechausse ( pasukan
marsose).
Pasukan Marsose |
Melalui
kekerasan tersebut belanda mengharapkan rakyat aceh akan takut dan menghentikan
perlawanan mereka. Akibat tindakan kekerasan tersebut menimbulkan rasa benci dan
dendam yang mendalam bagi pejuang Aceh. Untuk membalas tindakan kekerasan yang
dilakukan belanda tersebut. Pejuang Aceh melakukan suatu cara yang kemudian diistilah
kan oleh belanda dengan nama Atjeh Moorden atau Het een Typische Atjeh Moord
(suatu pembunuhan khas aceh). Orang Aceh sendiri menyebutnya dengan poh Kaphe
yang artinya membunuh orang kafir. Disini orang Aceh tidak lagi melakukan
peperangan secara berkelompok tapi dengan cara perorangan. Secara nekat
melakukan penyerangan terhadap orang belanda, baik ia serdadu atau bukan,
perempuan dan terkadang anak-anak pun menjadi sasaran.
Akibat adanya pembunuhan nekad yang
dilakukan oleh pejuang Aceh tersebut, menyebabkan pejabat belanda yang akan
ditugaskan ke Aceh berpikir berkali-kali. Bahkan diantara mereka ada yang tidak
mau mengikut sertakan keluarganya mereka apabila bertugas ke Aceh. Adapula yang
memulangkan keluarganya ke Belanda.
Adapun pembunuhan khas Aceh itui antara
tahun 1910-1921 terjadi sebanyak 79
kali. Dalam peristiwa ini korban jatuh dari pihak Belanda sebanyak 12 orang
mati dan 87 luka-luka. Puncak pembunuhan terjadi antara tahun 1913, 1917, dan
1928 yang mana sampai sepuluh kali kejadian dalam setahun. Pada tahun 1933
terjadi 6 kali penyerangan dan pada tahun 1937 terjadi 5 kali penyerangan.
Salah sau yang menjadi korban adalah perwira belanda yaitu kapten C.E. Schmid,
komandan Divisi 5 Korps Marsose ia tewa pada 10 juli 1933.
Dengan rencong yang diselipkan
dipinggang , dalam selimut atau baju, pejuang Aceh tersebut berani melakukan
penyerangan kepada orang belanda bahkan ke tangsi-tangsi Belanda sekalipun.
Oleh karena itu ada diantara orang-orang Belanda yang mengatakan bahwa
perbuatan itu gila yang tidak mungkin dilakukan oleh orang waras. Keadaan
seperti itu yang kemudian timbul istilah dikalangan orang Belanda yaitu, gekke
Atjehsche (orang Aceh gila).
Sehingga untuk mencegah hal tersebut
pemerintah Hindia Belanda melaksanakan kebijakan baru yang dinamakan politik
pasifikasi. yaitu kelanjutan dari gagasan yang dicetuskan oleh C. Snouck
Hurgronje. tentang politik yang menunjukan sifat damai dan sikap lunak kepada
rakyat Aceh, mereka tidak lagi bertindak dengan mengandalkan kekerasan, tetapi
juga dengan usaha-usaha lain yang menimbulkan simpati rakyat.
Sumber
Referensi :
Sudirman,
2012. “Peutjoet”. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai tradisional Banda Aceh
https://id.wikipedia.org/wiki/Ekspedisi_Tanah_Gayo,_Alas,_dan_Batak
0 Response to "Sebuah Cerita Tentang Atjeh Moorden"
Post a Comment