-->

Yuk! Menyusuri Museum Tsunami dan Mencermati Filosofi yang di Goreskan Sang Arsitek dalam Pembangunannya

Potret Museum Tsunami Aceh dari Dalam

Bangunan Peninggalan Tsunami di Banda Aceh

Museum Tsunami
Museum tsunami adalah salah satu bangunan yang dibangun untuk memperingati bencana tsunami yang terjadi pada 26 desember 2004. Selain di bangun sebagai tempat peringatan, Bangunan ini juga didesain sebagai tempat berlindung apabila suatu saat bencana Tsunami kembali terjadi. Museum ini terletak di seberang lapangan Blang Padang, yang kira-kira menempuh jarak 500 meter dari Mesjid Raya Baiturrahman.
lokasi museum tsunami
Salah satu hal fenomenal dari bangunan ini adalah bangunan ini dirancang sendiri oleh arsitek asal bandung, yang kini menjabat sebagai walikota kota tersebut yang kita ketahui bernama Ridwan kamil. Dimana saat itu ia memenangkan Sayembara Merancang Museum Tsunami Aceh' yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias pada 17 Agustus 2007. Adapun bangunan ini kemudian diresmikan oleh presiden republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 februari 2009.

Dalam pembangunan museum tsunami ini , Ridwan Kamil mengangkat beberapa konsep untuk eksterior seperti:
Baca Juga :
Bukit penyelamatan (escape hill)
pada bangunan dapat kita lihat pada atap bangunan yang berbentuk seperti bukit , fungsi nya tidak lain sebagai tempat berlindung apabila Tsunami kembali terjadi sehingga orang-orang dapat naik keatasnya.
konsep escape hill pada museum Tsunami
konsep escape hill pada museum Tsunami 
Rumoh Aceh (rumah khas Aceh)
konsep ini dapat dilihat pada bagian bawah gedung. Dimana pada bagian bawah terdapat ruang kosong yang didesain seperti rumah tradisional Aceh. Hal ini bertujuan sebagai respon akan kearifan kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat Aceh.
konsep rumah tradisional aceh pada museum tsunami
Gelombang Laut
Bentuk seperti gelombang laut dapat kita lihat pada bagian atap museum yang berbentuk spiral. Hal ini bertujuan sebagai pengingat betapa dahsyatnya gelombang Tsunami yang telah menyapu pesisir Aceh.
bagian atas museum tsunami yang menyerupai pusaran ombak
Tari Saman 
Tari Saman adalah salah satu tarian khas Aceh yang terkenal yang mengandung banyak unsur filosopis didalamnya. tak heran jika sang arsitek Ridwan Kamil mencoba untuk mengaplikasikan tari saman tersebut kedalam kulit bangunan eksterior museum Tsunami. 
pola tari saman pada desain kulit  bangunan museum tsunami
Cahaya/ Rahmat Tuhan (the light of God), 
Bentuk dari konsep ini dapat kita lihat pada tabung silinder yang berada di atap bangunan. Dimana pada bangunan tersebut menyorotkan cahaya dari atas ke bawah yang melambangkan hubungan antara manusia dengan tuhan.

gambaran cahaya tuhan pada sumur doa
Untuk membangkitkan kenangan mengenai betapa dahsyatnya Tsunami kala itu, , Ridwan Kamil selaku arsitek juga mengangkat konsep desain interior berupa:

Space of fear (Lorong ketakutan)
Pada bagian ini ini direalisasikan dalam bentuk memorial hall dan Tsunami passage. Di bagian Tsunami Passage terdapat koridor sempit berdinding tinggi dengan air terjun disepanjang dinding tersebut serta suara yang bergemuruh. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali situasi menakutkan ketika tsunami terjadi. Sedangkan pada bagian memorial hall terdapat ruang yang berisikan monitor yang memutar video ketika tsunami terjadi.
Lorong Ketakutan

lorong kenangan
Space of Sorrow (lorong kesedihan)
Pada bagian ini terdapat ruangan berupa sumur yang tinggi dengan ribuan nama korban tsunami yang terpatri di dinding sumur tersebut. Adapun pada bagian atas sumur tersebut terdapat skylight dengan ukiran kaligrafi Allah diatasnya. Hal ini melambangkan hubungan manusia dengan tuhannya.

Space of hope (lorong harapan)
Pada bagian ini terdapat sebuah jembatan yang diberi nama jembatan harapan. Hal yang menarik dari jembatan harapan ini adalah terdapat 54 bendera dari 54 negara yang turut membantu aceh pasca Tsunami terjadi. Disetiap bendera tersebut juga terdapat tulisan yang berarti “damai” dalam setiap negara tersebut. Makna nya adalah diharapkan setelah bencana tsunami ini Aceh dapat memperoleh kedamaian karena pada saat tsunami terjadi aceh masih berada dalam kondisi konflik.
lorong harapan
Konsep PLTD Apung Yang Terdampar

Memang dengan kekuasaan tuhan segala yang terlihat tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Buktinya kapal dengan berat 2600 ton yang berada di tengah lautan bisa terdampar di tengah kota Banda Aceh pada saat ini. Pada awalnya kapal ini merupakan salah satu sumber listrik bagi warga Ulelhee dan sekitarnya. Namun naas terjadi ketika gelombang tsunami menerpa aceh pada 2004 silam kapal tersebut ikut terseret juga bersama dengan 11 awak kapal didalamnya. Namun dari 11 awak kapal tersebut hanya 1 orang yang diketahui selamat.

PLTD apung
Berdasarkan program pemerintah untuk membangun kembali daerah-daerah yang terkena Tsunami. Kementerian energi dan Sumberdaya mineral bekerjasama dengan instansi terkait untuk melaksanakan pembangunan beberapa situs dan monumen peringatan. Salah satunya adalah PLTD Apung yang kemudian di jadikan sebagai monumen peringatan Tsunami dan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat. 
tugu peringatan Tsunami yang berada di PLTD Apung

Hal tersebut dapat kita lihat pada bagian dalam kapal tersebut yang tidak lagi berisi mesin atau alat-alat pembangkit listrik melainkan telah di desain ulang menyerupai museum.
PLTA Apung dari dalam
Kapal Diatas Rumah
Selain Museum Tsunami dan PLTD Apung ada salah satu bangunan lagi yang merupakan peninggalan setelah Tsunami. Bangunan tersebut berbentuk kapal yang berada diatas rumah di daerah Lampulo, Banda Aceh.

Kapal Nelayan yang nyangkut diatas reruntuhan Rumah Warga
Kapal ini sebelumnya berada di pelabuhan Lampulo sebelum Tsunami terjadi. Adapun berdasarkan cerita warga sekitar , saat para warga hendak mencari tempat untuk menghindari gelombang Tsunami pergi ke rumah salah satu warga yang bernama Ibu Abasiah, dikarenakan rumahnya yang yang berlantai dua menjadi alternatif bagi warga yang sudah tidak tahu mau kemana lagi. Namun rumah tersebut juga hampir tenggelam , disebabkan tingginya gelombang tsunami saat itu. Beruntung kemudian diatas rumah tersebut ada kapal yang tersangkut, sehingga puluhan warga dapat naik keatas kapal tersebut dan selamat.


Sebenarnya pada saat itu banyak kapal yang tersangkut diatas rumah warga, namun hanya satu yang dipugar sebagai bukti bahwa Tsunami pernah meluluhlantakan daerah tersebut. Adapun beberapa Puing-puing bekas tsunami masih ada di sana. Ketika kita masuk ke dalam, terlihat jelas sisa-sisa ruangan yang terdapat di rumah tersebut seperti kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, atau dapur. Pada bagian garasi kita akan menemukan sebuah spanduk yang berisi nama-nama korban tsunami yang meninggal dunia. Ada 982 nama di sana. Sebenarnya, korban yang meninggal lebih banyak dari yang tertera tetapi banyak keluarga korban yang tidak melapor dan tidak sedikit juga di antara mereka yang satu keluarga meninggal semua. Ya, Lampulo di akhir tahun 2014 memang rata akibat gelombang tsunami.

2 Responses to "Yuk! Menyusuri Museum Tsunami dan Mencermati Filosofi yang di Goreskan Sang Arsitek dalam Pembangunannya"

  1. Jadi ingat cerita temen yang pas peristiwa tsunami, dia lagi kerja di PLN Banda Aceh dan terus harus lari-lari ke atas bangunan tinggi untuk menyelamatkan diri. Semoga untuk selanjutnya kejadian seperti ini bisa dideteksi lebih dini dan jumlah korbannya diminimalisir.

    ReplyDelete
    Replies
    1. benar sekali, semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi kita semua tidak hanya untuk masyarakat Aceh, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Indonesia....karena kita tidak tahu yg namanya bencana, kapan atau dimana bisa terjadi :)

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel