Mengungkap Sejarah PKI di Aceh
(mengungkap Sejarah PKI di Aceh)
massa menuntut PKI dibubarkan setelah kejadian 30 september 1965 |
mayoritas beragama Islam dan menganut syariat Islam?
PKI pada awalnya masuk ke Aceh dibawa oleh para pendatang sejak zaman kolonial Belanda. hal tersebut di buktikan dengan melihat sensus pada tahun 1930 dimana sensus menunjukan bahwa hampir 10 persen dari 100.392 penduduk
Aceh waktu itu adalah pendatang dari luar. Penggunaan tenaga
pendatang dalam pengoprasian sektor modern itu tentulah terkait erat dengan
kondisi objektif tenaga kerja orang Aceh yang belum memiliki ketrampilan untuk
masuk kedalam sektor tersebut. Lagi pula pada waktu itu sikap anti kafir dan
keengganan bekerja sebagai buruh merupakan faktor penarik tenaga kerja asing untuk
masuk ke aceh pada waktu itu. Dan juga saat itu orang Aceh masih hidup di kampung-kampung dengan pertanian sebagai basis kehidupannya. Selain itu masyarakat agraris Aceh pada waktu itu berada dibawah kekuasaan kaum bangsawan sebagai puncak hierarki kekuasaan lokal yang telah mendapat persetujuan pemerintah kolonial
saat itu.
Dalam situasi demikian ideologi komunis mulai masuk ke Aceh, melalui para pekerja asing tersebut. Meskipun pada mulanya sasaran propaganda komunis adalah para pendatang yang merupakan pekerja kebun, tambang, pelabuhan, buruh kereta api dan pegawai pemerintahan namun lambat laun gerakan ini menjalar pula dilkalangan orang Aceh yang telah mendapat pengaruh budaya kota yang tidak puas dengan struktur sosial masyarakat feodalistik.
Dalam situasi demikian ideologi komunis mulai masuk ke Aceh, melalui para pekerja asing tersebut. Meskipun pada mulanya sasaran propaganda komunis adalah para pendatang yang merupakan pekerja kebun, tambang, pelabuhan, buruh kereta api dan pegawai pemerintahan namun lambat laun gerakan ini menjalar pula dilkalangan orang Aceh yang telah mendapat pengaruh budaya kota yang tidak puas dengan struktur sosial masyarakat feodalistik.
Pada tahun 1926 Seperti rekan-rekannya dipulau
jawa, para aktivis komunis melakukan sebuah gerakan bawah tanah yang mengganggu
kepentingan Belanda. Namun hal tersebut mampu di ketahui dan digagalkan oleh
Belanda dimana seluruh aktivis komunis ini ditangkap dan dijatuhi hukuman untuk
meninggalkan daerah Aceh. Akibat tindakan Belanda tersebut menyebabkan gerakanKomunis menghilang dari Aceh hingga akhir masa kolonial.
setelah berakhirnya
periode Kolonialisme Belanda partai komunis kembali masuk ke Aceh pada November
1945, sebulan setelah pembentukan Keresidenan Aceh.
Seirama dengan anggaran
dasar PKI yang di sah kan oleh kongres VI tanggal 11-13 Januari 1947 di Solo
dalam pasal 3 disebutkan PKI berusaha
mencapai tujuannya dengan perjuangan kelas Revolusioner yaitu perjuangan buruh
tani dan perjuangan kelas-kelas tertindas terhadap kelas Borjuis. Hal ini
menyebabkan kelompok Komunis kerap kali saling berhadapan dengan kelompok
berkuasa di Aceh. Sehingga pada tahun
1946 Tentara Perjuangan Rakyat dari partai Komunis melakukan aksi menurunkan
kaum bangsawan dari tahta kekuasaanya di Aceh. yang terkenal dengan
“Peristiwa Cumbok “ atau “Revolusi Sosial”. Setelah itu kaum komunis pun kembali menggerakan massa mereka untuk
menentang penguasa lewat agitasi politik dan masalah demokrasi. Konflik antara
PKI dan kelompok penguas di Kutaraja terjadi pada akhir revolusi ketika
masing-masing pihak ingin memperkokoh kekuasaannya. pada pemilikan ladang
minyak dan kebun. Terutama di Aceh Timur. Yang mana salah satu letupannya
dikenal dengan “Langsa Affair” pada bulan Mei 1949.
Pada saat Aceh menjadi provinsi sendiri,
tidak lagi berada di bawah Provinsi Sumatera Utara. PKI merupakan salah satu
partai yang menentangnya. Dimana PKI menginginkan Aceh tetap sebagai Keresidenan dibawah Provinsi Sumetera Utara.
Mengingat situasi
tersebut sewaktu status otonomi daerah Aceh di perdebatkan pada tahun 1950-1953
aktivis komunis bergabung dengan kelompok unitaris lain supaya Aceh tetap
tunduk sebagai bagian dari Provinsi Sumatera Utara.
Tatkala gerakan DarulIslam (DI/TII) di Aceh meletus partai Komunis merupakan salah satu unsur yang mendukung aksi
garis keras dalam memadamkan gerakan itu. Keberanian Aktivis PKI dalam
memperjuangkan ide-idenya di Aceh semakin meningkat pada masa demokrasi
terpimpin.
Adapun pada waktu itu
gerakan PKI di Aceh sebelum 30 September 1965 memang legal, meskipun
kekuasaannya tidak terlalu besar di elit pemerintahan. Berdasarkan surat
keputusan Menteri Dalam Negeri NO.2/211/50-129 tanggal 9 september 1961 anggota
DPR-GR Daerah Istimewa Aceh jumlah nya 30 orang. PKI hanya mewakilkan 2 anggota
yaitu Thaib Adamy dan Nyak Ismail. Meskipun di DPR-GR PKI diwakili oleh 2 orang
, namun mereka mempunyai kader dilapisan bawah, mereka dibujuk untuk
menerjemahkan PKI sebagai Partai Kejayaan Islam, sedangkan BTI sebagai Barisan Tani Islam., sehingga orang-orang awam menganggap organisasi tersebut sebagai
organisasinya orang islam.
Propaganda dan sistem
pengkaderan PKI dilakukan begitu gencar di Aceh seperti melibatkan para petani
miskin, burh-buruh perkebunan, buruh disektor kota, pegawai pemerintahan
golongan bawah bahkan para buruh kereta Api Aceh. PKI dengan para pemimpinnya
memberikan alat-alat pertanian dan bibit tanaman kepada petani. Dan menjanjikan
kredit kepada pengusaha Gurem dan kepada mahasiswa underbownya PKI yaitu CGMI
dijanjikan kuliah di Moskow dan RRC.
Walaupun begitu
kenyataan nya PKI tidak dapat menguasai penduduk disekitar pesisir pantai
(nelayan) seperti Pidie dan Aceh Utara. Ketika bulan oktober 1965 bukti PKI
yang terlihat hebat dan besar itu
ternayata tidak berarti apa-apa ketika diamuk oleh pemuda Aceh. Namun yang
disayangkan banyak rakyat jelata yang tidak tahu apa-apa ikut menjadi korban
pada tahun itu.
Adapun bagi masyarakat
Aceh PKI memang tidak sesuai dengan ideologi masyarakat Aceh yang beragama karena
pada konsepnya PKI adalah sebuah ideologi yang tidak bertuhan. yang
membahayakan negara dan mengancam UUD 45 dan Pancasila.
Sumber referensi :
Taufik Abdullah, Sukri
Abdurahman dan Restu Gunawan. “Malam
Bencana 1965 dalam Belitan Krisis Nasional .2011. Jakarta. yayasan Obor
Indonesia
0 Response to "Mengungkap Sejarah PKI di Aceh"
Post a Comment