Sejarah Singkat Kesultanan Usmaniyyah (bagian ke-2)
Ilustrasi Masyarakat Usmani |
Saat Suleiman wafat, Kesultanan Utsmaniyah
telah menjadi salah satu kekuatan yang disegani di dunia. Penaklukan yang dilakukan Suleiman menyebabkan kesultanan menguasai kota-kota
besar Islam seperti Mekah,
Madinah, Yerusalem,Damaskus, dan Baghdad; sebagian besar
provinsi di Balkan
(hingga mencapai wilayah Kroasia
dan Austria saat ini); serta
sebagian besar
Afrika Utara.
Tak pelak, Kesultanan Utsmaniyah dipandang sebagai ancaman bagi negara-negara
Eropa, Busbecq
menuliskan: "Di sisi bangsa Turki ada seseorang yang menjadi sumber
kejayaan kekaisaran, dengan kekuatan tak terkalahkan, kemenangan yang terus
berulang, tekun dalam bekerja keras, memiliki semangat kesatuan, disiplin,
kecermatan, dan ketelitian... Bisakah kita meragukan hasilnya?...Ketika Turki
selesai berurusan dengan Persia, mereka akan terbang ke tenggorokan kita dengan
dukungan seluruh dunia Timur; dan lihatlah betapa tidak siapnya kita.
11. Selim II (28 Mei 1524 – 12 Desember 1574)
Selim II (bahasa Turki
utsmani: سليم ثانى Selīm-i
sānī, bahasa Turki:
II. Selim) (28 Mei 1524 – 12 Desember 1574) adalah Sultan Turki utsmani dari 1566 hingga kematiannya.
Ia adalah putra Suleiman yang
Agung (1520–66) dan isteri kesayangannya Roxelana (juga Hurrem atau
Anastasia Lisovska)
Pangeran
Selim sendiri memiliki seorang permaisuri yang amat dia cintai, Nurbanu Sultan.
Nurbanu
merupakan seorang gadis yang berasal dari Pulau Paros, Republik Venesia. Saat
itu, wilayahnya masih menjadi bagian dari Yunani. Nurbanu menjelma menjadi
permaisuri yang paling disukai Sultan Selim II dari Kerajaan utsmani Turki.
Nurbanu
naik menjadi permaisuri saat anak laki-lakinya dari Sultan Selim II diangkat
menjadi putra mahkota. Anak laki-laki tersebut kelak akan menggantikan sang
ayah menjadi Sultan utsmani dengan gelar Sultan Murad III. Saat itu, Nurbanu
diangkat menjadi ibu suri kerajaan yang lebih dikenal dengan Valide Sultan pada
1566 M.
Nurbanu
lahir pada 1525 M. Menurut catatan Venesia, Nurbanu memiliki nama kecil Cecilia
Venier Baffo Olivia. Ia merupakan anak dari Nicolo Venier, seorang Lord of
Paros bernama Violante Baffo.
Nurbanu merupakan keponakan dari Duke of Venesia, Sebastiano Venier. Saat kerajaan utsmani Turki menaklukan Paros, Nurbanu diambil menjadi selir Sultan Selim II. Ia pun resmi menjadi Harem Kerajaan utsmani. Cecilia yang tadinya beragama Katolik menjadi Islam dan berganti nama menjadi Afifah Nurbanu.
Kisah lain tentang Nurbanu didapat dari surat Sultana Safi yang dikirim untuk The Most Serene Republik Venesia. Di surat itu terdapat tanda tangan Baffo, ibu dari Mehmed III yang menceritakan Nurbanu bernama asli Rachel dan ayahnya bernama Joseph Nasi yang berasal dari Spanyol.Menjadi selir pada usia 12 tahun pada 1537 M, Nurbanu dipilih menjadi permaisuri kesayangan Sultan Selim II dan melahirkan tiga anak perempuan dan satu laki-laki. Setelah menjadi permaisuri, dia pun menjadi kepala harem kesultanan.Meskipun Sultan Selim II mengambil selir lain, Nurbanu tetap menjadi istri yang paling disayang karena kecantikan dan kecerdasannya. Selama menjadi permaisuri, Nurbanu juga mendampingi suaminya sebagai penasihat.
Bahkan, saat Sultan Selim II wafat pada 1574, Nurbanu setia mendampingi jasadnya dan memasukkannya ke dalam lemari pendingin sembari menunggu anaknya kembali. Sepeninggal suaminya, Nurbanu bersama Wazir Agung Sokollu Mehmet Pasha menjabat sebagai kepala penasehat Murad III.
Nurbanu merupakan keponakan dari Duke of Venesia, Sebastiano Venier. Saat kerajaan utsmani Turki menaklukan Paros, Nurbanu diambil menjadi selir Sultan Selim II. Ia pun resmi menjadi Harem Kerajaan utsmani. Cecilia yang tadinya beragama Katolik menjadi Islam dan berganti nama menjadi Afifah Nurbanu.
Kisah lain tentang Nurbanu didapat dari surat Sultana Safi yang dikirim untuk The Most Serene Republik Venesia. Di surat itu terdapat tanda tangan Baffo, ibu dari Mehmed III yang menceritakan Nurbanu bernama asli Rachel dan ayahnya bernama Joseph Nasi yang berasal dari Spanyol.Menjadi selir pada usia 12 tahun pada 1537 M, Nurbanu dipilih menjadi permaisuri kesayangan Sultan Selim II dan melahirkan tiga anak perempuan dan satu laki-laki. Setelah menjadi permaisuri, dia pun menjadi kepala harem kesultanan.Meskipun Sultan Selim II mengambil selir lain, Nurbanu tetap menjadi istri yang paling disayang karena kecantikan dan kecerdasannya. Selama menjadi permaisuri, Nurbanu juga mendampingi suaminya sebagai penasihat.
Bahkan, saat Sultan Selim II wafat pada 1574, Nurbanu setia mendampingi jasadnya dan memasukkannya ke dalam lemari pendingin sembari menunggu anaknya kembali. Sepeninggal suaminya, Nurbanu bersama Wazir Agung Sokollu Mehmet Pasha menjabat sebagai kepala penasehat Murad III.
Setelah naik tahta sesudah intrik istana dan
pertentangan saudara, Selim II menjadi sultan pertama yang sama sekali tidak
tertarik dengan militer dan mencoba meninggalkan kekuasaan ke tangan para
menterinya. Wazir
Agungnya Mehmed
Sokollu, seorang mualaf Serbia
dari daerah yang kini bernama Bosnia dan Herzegovina,
mengendalikan sebagian besar urusan negeri, dan 2 tahun setelah naik tahtanya
Selim ia berhasil mengadakan perjanjian (17 Februari 1568) dengan Kaisar Romawi Suci
Habsburg Maximilian II
(1564–76) di Istambul,
di mana sang Kaisar bersedia membayar "hadiah" tahunan 30.000 dukat
dan yang terpenting menganugerahi Khilafah utsmani otoritas di Moldavia dan Walachia
Pada bulan September 1567 Sultan Selim II
mengeluarkan perintah untuk melakukan ekspedisi
militer besar-besaran ke Aceh, setelah adanya petisi dari Sultan Aceh kepada Suleiman II yang telah
meninggal setahun sebelumnya. Petisi tersebut meminta bantuan kepada Turki
untuk menyelamatkan kaum Muslimin yang terus dibantai Portugis karena
meningkatnya aktivitas militer Portugis yang menimbulkan masalah besar terhadap
para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam perjalanan ke Makkah. Pasukan tersebut
dipimpin oleh laksamana
Kurdoğlu
Hızır Reis dari Suez
bersama dengan sejumlah ahli senapan api, tentara, dan artileri. Pasukan ini
diperintahkan berada di Aceh selama diperlukan, namun dalam perjalanannya
armada besar ini hanya sebagian (500 orang, termasuk para ahli senjata api,
penembak, dan ahli-ahli teknik) yang sampai ke Aceh karena dialihkan untuk
memadamkan pemberontakan di Yaman yang berakhir tahun 1571.Dengan
bantuan ini, Aceh menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1568.
“ada sebuah kisah
menarik dalam hubungan antara kesultanan Utsmaniyah dan aceh yaitu kisah si
cupak lada cerita ini bermula ketika Raja Peureulak,
Ali Mughayatsyah, pada saat itu memerintahkan pasukannya untuk membeli sejumlah
alat perang karena menurut Raja, kolonial Belanda akan melakukan penyerangan
terhadap Aceh. Sejarah mencatat, puluhan para armada kapal langsung melakukan
pelayaran dari Peureulak menuju Turki, namun mereka kesasar, perjalanan yang
hanya ditempuh tiga minggu menjadi tiga bulan.Lada yang dibawa dari Peureulak,
Aceh, berkarung-karung yang diperkirakan cukup membeli ratusan senjata dan
puluhan meriam, Saat utusan Aceh tiba di Konstantinopel pada 1565, Sultan Turki
Usmani pada saat itu, Sulaiman, sedang memimpin pasukan dalam peperangan
melawan Hungaria di medan perang Szigetwar di Eropa Timur.Menanti masa
berlangsungnya peperangan tersebut serta mangkatnya Sultan Sulaiman menyebabkan
utusan Aceh itu menghabiskan waktu lebih lama di Konstantinopel.Dengan usaha
sendiri, mereka menyewa tempat dan menafkahi diri mereka sendiri dengan menjual
komoditas yang mereka bawa bersama dengan hadiah yang akan dipersembahkan
kepada sultan.
“Setelah
Selim II, putra Sultan Sulaiman, selesai dilantik, barulah utusan Aceh
memperoleh kesempatan untuk melakukan kunjungan resmi ke Istana, yakni dua
tahun setelah kedatangan mereka di Turki,”
Untuk
menafkahi diri mereka selama berada di Turki, mereka terpaksa menjual semua
komoditas lada yang mereka miliki, termasuk bagian yang sebenarnya telah mereka
niatkan untuk dihadiahkan kepada sultan.Yang tersisa di tangan mereka hanyalah
secupak (segenggam) dan itulah yang dapat mereka tawarkan kepada sultan yang
baru saja naik takhta. Dalam pertemuan resmi tersebut, sultan Turki Usmani
memutuskan untuk mengupayakan bantuan militer ke Aceh yang di antaranya
termasuk sebuah meriam yang secara simbolis dinamakan lada sicupak.
Peristiwa
lada sicupak ini meningkatkan hubungan politik-militer antara kekuatan Timur Tengah
dan mitranya di Asia Tenggara. Upaya sultan Aceh tersebut sangat berpengaruh
hingga mengalihkan perhatian Konstantinopel dari Samudera Hindia wilayah barat
ke Sumatra, Asia Tenggara.Sultan Turki utsmani tidak meminta Aceh supaya
mengirim upeti tahunan yang biasanya diminta dari masing-masing negara pengikut
sebagaimana lazimnya tradisi pada masa itu.
Setelah
menerima kedatangan rombongan dari Aceh walau hanya menyerahkan sedikit lada
saja, mereka mendapatkan kepercayaan dari Sultan Turki Usmani saat itu, yakni
Selim II.Dia setuju untuk mengirimkan bantuan berupa tentara dengan rombongan
beberapa kapal ke Aceh. Dalam penyerahan secara simbolisnya, peneliti sosiologi
Muslim dari Turki, Dr Mehmet Ozay, menulis bahwa Sultan Turki menyerahkan
sebuah meriam sebagai simbolis pengiriman bantuan. “Meriam tersebut dikenal
sebagai meriam Lada Sicupak,” tulisnya.Rombongan yang dikirimkan oleh Sultan
Turki tersebut tidak sepenuhnya bekerja untuk melakukan peperangan langsung
melawan Portugis, seperti yang dibutuhkan Aceh.Namun, mereka juga membuat
lembaga pendidikan militer dan melatih rakyat serta pasukan Aceh agar bisa
menguasai taktik dan strategi peperangan yang andal. Mereka juga mengajarkan
rakyat Aceh untuk membuat meriam dan membuat kapal yang bisa menampung meriam
di dalamnya.
Terhadap Rusia Selim kurang
beruntung, dan pertempuran pertama antara Turki Usmani dengan saingannya dari
utara itu menandai tibanya bencana. Sebuah rencana diuraikan di Istambul untuk
menghubungkan Volga dan Don dengan terusan, dan pada musim panas 1569 sepasukan besar Yanisari dan kavaleri
dikirim untuk mengepung Astrakhan
dan memulai kerja terusan, sementara itu sebuah pasukan Turki mengepung Azov. Namun serangan
mendadak dari garnisun Astrakhan memukul mundur para pengepung itu; pasukan
bantuan Rusia sebanyak 15.000 menyerang dan menceraiberaikan para pekerja dan
angkatan Tatar
dikirim untuk melindungi mereka, dan akhirnya pasukan Turki dibinasakan oleh
badai. Pada awal 1570
Duta Besar Ivan IV dari
Rusia menandatangani perjanjian di Istanbul yang memperbaiki
hubungan baik antara Sultan dan Tsar.
Ekspedisi ke Hijaz dan Yaman lebih berhasil,
namun penaklukan Siprus
pada tahun 1571
menimbulkan kekalahan terhadap negara Spanyol dan Italia di pertempuran laut
Lepanto
pada tahun yang sama, kepentingan moral yang sering diremehkan, yang akhirnya
membebaskan Laut Tengah
dari bajak laut di
sana.
Angkatan
khilafah yang saat itu berantakan segera dipulihkan (hanya 6 bulan) dan Turki
Usmani mengendalikan Laut Tengah (1573).
Pada bulan Agustus 1574,
beberapa bulan sebelum kematian Selim, Turki Usmani mendapatkan kembali kendali
Tunisia dari Spanyol yang
telah mengendalikannya sejak 1572 .kematiannya.
Selim meninggal setelah sakit akibat tergelincir di lantai ruang mandi yang
belum selesai..
peta wilayah kekuasaan Utsmani pada masa Sultan Selim II |
12. Murad III (4 Juli 1546 – 15 Januari 1595)
Murad III (bahasa Turki
utsmani: مراد ثالث Murād-i
sālis, bahasa Turki:III.Murat) (4 Juli 1546 – 15 Januari 1595) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1574 hingga kematiannya. Murad III
adalah putera sulung sultan Selim II
(1566–74) dan valide sultan Nur-Banu
(lahir Cecilia Venier-Baffo) dan
menggantikan ayahandanya pada 1574.Murad naik tahta setelah ayahnya wafat.
Otoritasnya dipengaruhi oleh kalangan harem, terutama ibunya dan kemudian istri
tercintanya Safiye Sultan. Sedangkan pemerintahan Usmaniyah dikendalikan oleh
wazirnya yang jenius Mehmed Sokollu yang memerintah sejak masa Salim II hingga
terbunuhnya pada Oktober 1579. Dia
memberikan pensiunan tentara sebanyak 110.000 uang mas lira. Kebija-kannya ini
mampu membendung gejolak yang sering terjadi apabila uang itu terlam-bat
dibagikan. Tak lama setelah itu, Perdana Menteri Muhammad Pasya As-Shuqli
dibunuh akibat kecerobohan sultan yang terpengaruh oleh rumor-rumor yang
dihembuskan diplomat-diplomat asing. Mereka merasa tidak nyaman dengan adanya
seorang pembantu sultan yang memiliki kemampuan luar biasa, istiqamah dan
berada di jalan yang lurus. dia juga
memerintahkan pelarangan miras. Namun hal ini ditentang pasukan Jenisari sehingga
memaksa agar larangan tersebut dicabut. Ini adalah awal kemunduran Usmaniyah
karena Sultan tidak mampu memberlakukan Syariat Islam dan terjadinya
penyimpangan pada rakyatnya.tak ayal kematian Pasya menjadi pukulan yang sangat
hebat dan mengguncangkan pemerintahan Utsmani. Muncullah pembangkangan dari
beberapa kelompok tentara dan pemerintah
tidak berhasil meredam pemberontakan tersebut. Akibat krisis dan pemberontakan
dalam negeri, Polandia melepaskan diri dari pemerintahan Utsmani dan memaksa
Utsmani terlibat perang dengan mereka.
Di awal pemerintahannya (1574), Raja Polska,
Henry De Palo melarikan diri ke Perancis. Maka Sultan mengarahkan tokoh-tokoh
Polska agar memilih Raja dari Transylvania, sehingga Polska berada dibawah
pemerintahan Usmani pada tahun 1575. Dan hal ini diakui Austria pada tahun
1576. Ketika pasukan Tartar pada tahun 1576 menyerang Polska, Sultan Usmaniyah
menyatakan perlindungannya. Sultan juga memperbaharui hak-hak Perancis dan
Hungaria. Duta perancis mendapatkan posisi yang penting. Banyak Dubes menemui
sultan untuk melakukan kesepakatan bisnis yang kelak menjadi sarana ampuh pihak
asing melakukan intervensi atas masalah dalam negeri. Tahun 1577 akibat krisis
pada di Persia karena wafatnya Shah Tahmasab, Pemerintah Usmaniyah mengirimkan
ekspedisi ke Kaukasia dan berhasil menaklukkan Taples dan Karjistan. Setelah
itu tahun 1585 memasuki Kota Tabriz. Lalu menguasai Azerbaijan, Georgia,
Syairawan dan Luzastan. Tatkala Syah Abbas men-jadi penguasa Persia, ia
berusaha melakukan negoisisasi damai dengan Usmaniyah. Dalam perjanjian itu, ia
akan menyerahkan semua wilayah yang kini berada ditangan Usmaniyah menjadi
wilayah kekuasaan mereka. Ia juga berjanji tidak akan mencela Abu bakar, Umar
dan Usman diwilayah yang menjadi kekuasaannya.
Sementara
itu pasukan Jenisari melakukan pembangkangan setelah peperangan terhenti
sehingga ketika Sultan Murad III menugasi mereka memerangi Hungaria, mereka
kalah di depan pasukan Austria yang membantu Hungaria. Mereka mampu menduduki
beberapa benteng yang setelah itu berhasil direbut kembali oleh Sinan Pasya.
Namun penguasa Valechie, Baghdan dan Transylvania memberontak dan bergabung
dengan Austria. Usaha Sinan Pasya pada tahun 1594 untuk menaklukannya gagal dan
harus kehilangan beberapa kota. Sementara Migrasi orang Yahudi yang dipimpin
oleh Abraham dan keluarganya yang bermukim di Thur terpaksa diusir keluar
karena mereka bersikap kasar terhadap pendeta Dirsan Caterin dan juga bersikap
kejam yang menyebabkan orang-orang kristen mengadu kepada Sultan. Tercatat Ratu
Elizabeth I dari Inggris dan Sultan Murad III saling berkirim surat dan utusan.
Dalam satu korespodensi, Murad tertarik dengan gagasan bahwa Islam dan
Protestan memiliki "jauh lebih banyak kesamaan daripada dengan Gereja
Katolik Roma, karena keduanya menolak penyembahan berhala", dan ini
dijadikan alasan persekutuan antara Inggris dan Kesultanan Usmaniyah. Oleh
karena itu Inggris mengekspor timah dan peluru meriam dan amunisi untuk
Kesultanan Usmaniyah, dan Elizabeth serius membahas operasi militer bersama
dengan Murad III selama pecahnya perang dengan Spanyol pada 1585, ketika
Francis Walsingham melobi sultan agar melibatkan militer Utsmani untuk melawan
Spanyol sebagai musuh bersama.Sultan Murad wafat pada tanggal 16 Januari 1595.
13. Mehmed III( 1566-1603)
Mehmed III (bahasa Turki
utsmani: محمد ثالث Meḥmed-i
sālis, bahasa Turki:III.Mehmet) (26 Mei 1566 – 22 Desember 1603) adalah sultan Kekhalifahan
Turki Utsmani dari 1595
hingga kematiannya. Mehmed
III terkenal di sejarah utsmani karena memerintahkan pencekikan 16 saudaranya
saat naik tahta. Mehmed III adalah penguasa pemalas, meninggalkan pemerintahkan
ke tangan ibundanya Safiye Sultan,
valide sultan.
Peristiwa utama masa pemerintahannya adalah Perang
Austria-utsmani di Hongaria
(1596–1605).Pasukan Mehmed III
menaklukkan Erlau
(1596) dan mengalahkan angkatan Habsburg
dan Transylvania
pada Pertempuran
Mezőkeresztes. Peristiwa besar lain pada pemerintahannya adalah pemberontakan
Jelali di Anatolia. Karayazıcı
Abdülhalim , mantan pejabat Utsmaniyah, merebut kota Urfa
dan menyatakan dirinya sebagai sultan pada 1600. Yang menyebabkan rumor
tersebut menyebar ke Konstantinopel dan Mehmed III memerintahkan para
pemberontak ditumpas untuk menghilangkan rumor tersebut dan pelaksanaan
eksekusi terhadap Hüseyin Pasha, saat itu bergaya sebagai Wazir Agung
abdulhallim. Pada 1601, Abdülhalim melarikan diri ke sekitar Samsun
setelah dikalahkan oleh pasukan di bawah Sokulluzade Hasan
Pasha , gubernur Baghdad.
Namun, saudaranya, Deli Hasan, dibunuh oleh Sokulluzade Hasan Pasha dan
mengalahkan pasukannya di bawah komando Hadim Husrev Pasha
. Dia kemudian berbaris ke kutahya menaklukan dan membakar kota tersebut. Masa
pemerintahan Mehmed III tak menyaksikan kemunduran utama Kekholifahan Turki
Utsmani.
14. Ahmed I ( 1590 M- 1617 M )
Ahmed I (bahasa Turki Utsmani: احمد اول Aḥmed-i evvel, bahasa Turki:I.Ahmet) (18 April 1590 – 22 November 1617) adalah Sultan Turki Usmani dari 1603 hingga kematiannya. Ahmed I
menggantikan ayahandanya Mehmed III
(1595–1603) pada 1603
dan menjadi sultan pertama utsmani yang naik tahta sebelum dewasa. Ia penyayang
dan peramah, yang ditunjukkannya dengan menolak menghukum mati saudaranya
Mustafa (kemudian Mustafa I),
yang akhirnya menggantikannya pada 1617. Ia dikenal karena kecakapannya main
anggar, balap kuda, dan kefasihan dalam sejumlah bahasa.
Ahmed I (bahasa Turki Utsmani: احمد اول Aḥmed-i evvel, bahasa Turki:I.Ahmet) (18 April 1590 – 22 November 1617) adalah Sultan Turki Usmani dari 1603 hingga kematiannya.
Ahmed I berhenti bersenang-senang selama
akhir masa pemerintahannya, yang berakhir pada 1617, demoralisasi dan
korupsi menjadi umum di seluruh administrasi pemerintahan dan indisipliner di
tingkat pasukan. Ia melanjutkan perang melawan Habsburg,yang
berakhir dengan gencatan senjata di Zsitvatorok
(1606) dan dikonfirmasi oleh perjanjian Wina (1615, 1616);di bawah gencatan
senjata ini utsmani dapat mempertahankan kekuasaan atas benteng Hungaria dari Eger,
Gran dan Kaniżą,
tetapi upeti tahunan yang dibayar oleh Austria
dihapuskan. Menyusul kekalahan dalam Perang
utsmani-Safawi (1603-1618) terhadap
tetangga mereka kerajaan safawi yang
dipimpin oleh Shah Abbas Agung, dimana Georgia, Azerbaijan dan wilayah yang luas di Kaukasus kemudian
diserahkan kembali ke Persia pada Perjanjian
Nasuh Pasha di 1612,selanjutnya Perbatasan di
perbaharui kembali sesuai dengan isi perjanjian yang sama persis seperti
ditegaskan dalam Perdamaian
Amasya dari 1555.
Utsmani-Safawi |
Konon pemakaian tembakau telah
diperkenalkan di negara itu selama masa pemerintahannya. Ahmed I mangkat akibat
tifus pada 1617.
Kini Ahmed I terutama diingat untuk
pembangunan Masjid Sultan
Ahmed (juga dikenal sebagai Masjid Biru),
salah satu karya besar arsitektur
Islam. Daerah di Istanbul
sekeliling mesjid itu kini disebut Sultan ahmet. Ia dimakamkan di sebuah
masoleum di kanan luar dinding mesjid terkenal itu.
mesjid Sultan Ahmet |
15.Mustafa I( 1592 M- 1639 M )
Mustafa I (1592 – 20 Januari 1639) (bahasa Arab: مصطفى الأول)
adalah Sultan Turki Utsmani
dari 1617 hingga 1618 dan dari 1622 hingga 1623. Ia lahir
di istana manisa, sebagai adik dari dari Ahmed I
(1603-1617). Ibunya adalah seorang selir kerajaan Abkhazia yang namanya
masih belum diketahui.Sebelumnya pada tahun 1603 bahwa dalam adat
untuk para sultan utsmani dimana yang memiliki saudara-saudara akan dieksekusi
segera setelah ia mendapatkan tahta (ayah Mustafa Mehmed IIItelah
mengeksekusi 19 saudara sendiri). Tapi
ketika umur tiga belas tahun Ahmed I
dinobatkan pada tahun 1603, ia terhindar
dari eksekusi dimana saat itu umur mustafa I dua belas tahun.
Mustafa
mungkin telah di eksekusi tapi karena Ahmed belum mempunyai anak, sehingga pada
saat itu hanya mustafa seorang lah ahli warisnya. Meskipun Ahmed telah memiliki
beberapa anak, ia tetap tidak mengeksekusi Mustafa, mungkin karena masalah
retardasi mental atau setidaknya mengidap penyakit saraf . Faktor lain dalam
hidup Mustafa yang menyebabkannya tidak
di eksekusi adalah pengaruh Kosem Sultan(selir
favorit Ahmed), yang mungkin berharap untuk mendahului suksesi Osman, anak
Ahmed pertama yang lahir dari selir lain. Jika Osman menjadi Sultan, ia
kemungkinan akan mencoba mengeksekusi setengah-saudara-saudaranya,yaitu
anak-anak Ahmed dan Kosem. Skenario ini kemudian menjadi kenyataan
ketika Osman II
dilaksanakan saudaranya Mehmed pada tahun 1621.
Sampai
kematian Ahmed di tahun 1617, Mustafa jarang ke istana, dimana ia di tempatkan
di penjara virtual yang disebut Kafes
("kandang"). Kemungkinan Empat belas tahun dalam kondisi ini telah merusak lebih lanjut kesehatan mental
dan membuatnya takut akan eksekusi.
Pemerintahan pertama (1617-1618)
Kematian
Ahmed menciptakan dilema yang pernah dialami oleh Kekaisaran utsmani. Dimana Beberapa
pangeran yang sekarang memenuhi syarat untuk Kesultanan, dan sekarang mereka semua tinggal di Istana
Topkapi. Sebuah faksi pengadilan yang dipimpin oleh Şeyhülislam
Esad Efendi dan Sofu Mehmed Pasha (yang mewakili Wazir Agung ketika ia jauh
dari Istanbul) memutuskan untuk menobatkan Mustafa bukan anak Ahmed Osman. Sofu
Mehmed berpendapat bahwa Osman masih terlalu muda untuk bertakhta tanpa
menyebabkan komentar negatif di kalangan rakyat.The Kepala Kasim Mustafa Agha keberatan
,mengutip masalah mental Mustafa, tapi pendapatnya ditolak. kenaikan Mustafa menciptakan prinsip
suksesi baru senioritas yang akan berlangsung hingga akhir Kekaisaran. Ini
adalah pertama kalinya di kerajaan utsmani Sultan digantikan oleh saudaranya
pengganti anaknya.
Diharapkan
bahwa kontak sosial biasa akan meningkatkan kesehatan mental Mustafa, tapi
perilakunya tetap eksentrik. Dia melepas sorban dari wazir dan mencabut jenggot
mereka. Lainnya dia melempar koin untuk burung dan ikan.sejarawan
utsmani İbrahim
Peçevi menulis "situasi ini dilihat oleh semua orang dari
negara negara dan orang-orang, dan mereka mengerti bahwa ia secara psikologis
terganggu.Posisi Mustafa tidak
lebih dari alat faksi-faksi pengadilan di Istana
Topkapi. Pada tahun 1618, setelah aturan singkat, faksi istana lain
memecatnya mendukung keponakannya Osman II
(1618-1622), dan Mustafa dikirim kembali ke Kafes.Konflik antara Janissari
dan Osman II disajikan pada kesempatan kedua. Setelah
pemberontakan Janissary menyebabkan pengendapan dan pembunuhan Osman II di
1622, Mustafa dikembalikan ke takhta dan memegangnya selama satu tahun lagi.
Pemerintahan kedua (1622-1623)
Kondisi
mentalnya yang tidak digarap, dimana Mustafa adalah boneka yang dikendalikan
oleh ibunya dan saudara iparnya, patih Kara Davud
Pasha. Dia percaya bahwa Osman II masih hidup dan terlihat
mencari dia sepanjang istana, mengetuk pintu dan berseru kepada keponakannya
untuk membebaskannya dari beban kedaulatan. "Kaisar hadir menjadi
bodoh" (menurut English Duta Sir Thomas Roe), ia lebih tak menguntungkan
dibandingkan dengan pendahulunya.
Ketidakstabilan
politik yang dihasilkan oleh konflik antara Yenicheri dan sipahis
(utsmani kavaleri), diikuti oleh pemberontakan
Abaza, yang terjadi ketika gubernur jenderal Erzurum,
Abaza Mehmed
Pasha, memutuskan untuk berbaris ke Istanbul untuk membalas
pembunuhan Osman II. Rezim ini mencoba untuk mengakhiri konflik dengan
menggulingkan Kara Davud Pasha, tapi Abaza Mehmed terus menang. Ulama dan Wazir
Agung baru (Kemankes
Kara Ali Pasha) menang atas ibu Mustafa untuk memungkinkan
penangkapan anaknya. Dia setuju, dengan syarat bahwa kehidupan Mustafa akan
terhindar.Ia dijatuhkan dan dipenjara oleh saudara Osman II, Murad IV(1623–40). Mustafa
I meninggal 16 tahun kemudian.
15. Osman II ( 1604 M - 1622 M
)
Osman II (juga Genç Osman – arti Osman Muda – bahasa Turki) (bahasa Turki
Usmani عثمان ثانى ‘Osmān-i
sānī) (3 November
1604 – 20 Mei 1622) adalah Sultan Turki Usmani dari 1618 hingga kematiannya
pada tanggal 20 Mei
1622.
Osman
II adalah putra Sultan Ahmet I
(1603–17) dan permaisurinya Sultan
Mâhfirûze yang berdarah Yunani Di usia muda,
ibundanya memperhatikan pendidikannya, sebagai akibatnya Osman II menjadi
penyair terkenal dan menguasai banyak bahasa, termasuk bahasa Arab, Persia, Yunani, Latin dan Italia. Ia naik tahta pada
usia 14 sebagai akibat kudeta
terhadap pamandanya Mustafa I (1617–18,
1622–23). Walaupun muda, Osman II segera mencoba menampakkan diri sebagai
penguasa, dan setelah mengamankan perbatasan timur khilafah dengan
menandatangani perjanjian damai dengan safawi, secara pribadi ia memimpin
serangan atas Polandia
selama Peperangan
Jago-jago Moldova. Dipaksa menandatangani perjanjian damai dengan Polandia setelah Pertempuran
Chotin (Chocim) (yang nyatanya, pengepungan Chotin
yang dipertahankan oleh Jan
Chodkiewicz) antara September-Oktober 1621,Pertempuran Khotyn atau Pertempuran Chocim atau
Perang Hotin (dalam bahasa Turki: Hotin Muharebesi)
adalah pengepungan gabungan dan serangkaian pertempuran
yang berlangsung antara 2 September dan 9 Oktober 1621 antara tentara Persemakmuran
Polandia-Lithuania melawan tentara penyerang dari turki utsmani.
komandan, persemakmuran Grand Hetman dari
Lithuania Jan Karol
Chodkiewicz , menghadang pasukan Sultan Osman II
di teluk sampai salju musim gugur pertama, dan pada akhirnya meninggal selama
pertempuran. Pada tanggal 9 Oktober, karena keterlambatan musim dan telah
menderita kerugian besar dalam beberapa serangan di garis pertempuran , utsmani
meninggalkan pengepungan dan terjadilah perjanjian antara pihak persemakmuran
dan kesultanan Utsmaniyah dimana dalam perjanjian bahwa di beberapa bagian ada
bagian yang menguntungkan utsmani dan bagian lain menguntungkan bagi tentara
Persemakmuran.yang menyebabkan pertempuran berakhir.
l Pemicu
Pada
akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, tokoh terkemuka
dari Persemakmuran
Polandia-Lithuania ikut campur tangan dalam urusan Moldavia
, yang-sudah ditaklukan oleh Mehmed II
pada abad ke 15 dan menjadi vassal dari Kekaisaran utsmani
. Selain itu, utsmani diperburuk oleh serangan bangsa cossack
secara terus menerus ,Dan mereka mulai menyebrang ke wilayah
utsmani. Sementara itu, saat Perang Tiga Puluh
Tahun berkecamuk di seluruh Eropa. Tentara persemakmuran relatif
tidak terlibat dalam perang ini, tetapi Raja Polandia Sigismund III Vasa
mengirim tentara bayaran
unit ,Lisowczycy
yang elit dan kejam , untuk membantu sekutu nya Habsburg
di Wina, sejak iparnya menjadi kaisar.
Mereka dikalahkan George Rákóczi
dari Transylvania
pada Pertempuran
Humenné tahun 1619. Gabriel Bethlen
, memerintah Pangeran Transylvania, untuk meminta bantuan Sultan Osman II
. Sultan setuju. Kemudian Sebuah tentara besar utsmani dikumpulkan untuk
menghukum Persemakmuran.
perang khotin |
Pada 20 September 1620, tentara utsmani di bawah komando gubernur
Oczakov (Ozi) Iskender Pasha
bertemu tentara Polandia-persemakmuran pada Pertempuran Cecora
, lalu menangkap dan memenggal Stanisław
Koniecpolski , dan mengirim Tatar untuk merampok selatan Polandia.
kampanye ditangguhkan .pada musim dingin. Lalu Kedua belah pihak kembali
permusuhan pada tahun 1621.
Pada April 1621 ,120.000-150.000 tentara (sumber beragam), yang dipimpin oleh Osman II
, maju dari Konstantinopel
dan Edirne
menuju perbatasan Polandia. menyusul kemenangan mereka di Pertempuran Cecora
(1620) ,mereka memiliki harapan tinggi untuk menaklukkan Ukraina
(kemudian bagian dari Polandia), dan bahkan mungkin menjatuhkan persemakmuran
seluruhnya dan mencapai Laut Baltik
. Khan Temir
dari Budjak Horde
dan Khan Crimea
, Canibek Giray
bergabung dalam pertempuran di pihak utsmani. Sekitar 25% dari kekuatan utsmani
yang terdiri dari kontingen dari negara bawahan mereka: Tatar ,
Moldavia
dan Wallachians
, total sekitar 13.000 tentara. dan memiliki sekitar 66 senjata berat.
Sementara Di Polandia, Sejm ,
terguncang oleh kekalahan pada tahun sebelumnya, sehingga dia setuju untuk
menaikkan pajak dan mendanai tentara yang lebih besar, serta merekrut sejumlah
besar Cossack
sebagai sekutu. Komandan Polandia Grand Lithuania
Hetman Jan Karol
Chodkiewicz menyeberangi Sungai Dniester
pada September 1621 dengan sekitar 20.000 sampai 35.000 tentara,kemudian
bergabung dengan 10.000 lebih tentara yang dipimpin oleh raja masa depan
Polandia, Pangeran Władysław
Vasa .Tentara Polandia-Lithuania berjumlah 30.000 (18.000 kavaleri,
12.000 infanteri) dan pasukan sekutu Cossack mereka terdiri dari 25,000-40,000
pasukan-sebagian besar infanteri yang dipimpin oleh ataman Petro
Konashevych-Sahaidachny .dimana orang Kozak memiliki sekitar 22
senjata.
Tentara Polandia-Lithuania tiba dekat Khotyn
sekitar bulan September dan mulai berkumpul di dekat Benteng Khotyn
, memblokir jalur pawai utsmani. Tentara mengikuti strategi pertahanan umum
persemakmuran ketika menghadapi pasukan besar utsmani . Ini menggunakan
pertahanan mendalam dengan cara membangun terpisah medan tempur di depan
pertahanan kamp. Medan tempur ini dirancang untuk memungkinkan penggunaan
serangan balik oleh pasukan kavaleri. Serangan balik kavaleri sangat penting
karena persemakmuran sangat bergantung pada pasukan elit Hussars Polandia
dan Cossack Ukraina
. Sebuah setengah lingkaran pada benteng bidang diciptakan. Dimana Benteng
berada di balik benteng dan Sungai Dniester
berbatasan benteng. Lingkaran dibagi menjadi tiga bagian:kanan, diperintahkan
oleh Hetman
Chodkiewicz; tengah, diperintahkan oleh Pangeran Władysław; dan kiri, bawah
Regimentarz Lubomirski. Selain itu, dua kubu benteng didirikan di depan garis
pertahanan utama: yang dijaga oleh Cossack 'dan tentara bayaran' (Lisowczycy
Unit yang terkenal ).
Pada tanggal 27 Agustus, sebuah detasemen kavaleri Cossack Ukraina
melakukan serangan bunuh diri, untuk menunda pasukan utsmani mendekat. Hal ini
juga menimbulkan korban besar pada pihak Cossack, tapi para penyerang hampir
dimusnahkan. Pada tanggal 31 Agustus, kavaleri utsmani , pada gilirannya,
menyerang pasukan Cossack Ukraina di
luar perkemahan. utsmani mencoba untuk memcah barisan Cossack Ukraina dan
memotong mereka dari pasukan utama
Polandia-Lithuania , tetapi tidak berhasil. pada 2 September tentara utama
utsmani telah tiba, dan pengepungan dimulai setelah Cossack bergabung dengan
kamp Polandia.
Pada tanggal 2 September utsmani mencoba menyerang kamp Cossack yang
belum selesai. Cossack Ukraina telah menerima bala bantuan dari tentara
Polandia-Lithuania dan memegang posisi mereka. Pada tanggal 3 September,
serangan lain utsmani diarahkan pada sayap Lubomirski ke benteng utama.
Serangan ini dapat dihentikan. Pada sore hari pasukan besar utsmani menyerang kamp Cossack.
Serangan ini memulai pertarungan yang sangat sengit. utsmani dapat dipukul
mundur. Cossack bergegas menyerang balik utsmani ke kamp mereka dan kembali
pada sore hari dengan jarahan yang besar.Keesokan harinya, tanggal 4 September
utsmani berusaha menyerbu kamp Cossack
Ukraina tapi gagal lagi. Sebuah serangan balik persemakmuran berhasil
menghancurkan beberapa senjata utsmani .pasukan Persemakmuran ini mampu menahan
serangan utsmani karena kekuatan utsmani berisi terlalu banyak kavaleri dan
terlalu banyak Pasukan meriam yang tidak berpengalaman
Pada tanggal 7 September, tentara utsmani empat kali menyerang kamp
Cossack , tapi dapat dipukul mundur. Kemudian Pada tengah hari, tentara utsmani
menyerbu kamp Polandia, yang belum diserang
kurangnya 'kewaspadaan (Polandia sedang tidur) Polandia di sayap kanan
Angkatan Darat Polandia. Mereka menyerbu ke dalam entrenchments Polandia dan
memotong sekitar seratus infanteri. Para tentara elite dipukul mundur, tapi
serangan baru diharapkan. Sekitar 10.000
tetntara utsmani bergerak untuk menyerang, tapi kemudian Chodkiewicz
melakukan serangan balasan dengan tiga skuadron Hussars
dan satu skuadron Reiters
, total antara 600 dan 650 orang. Dia memimpin serangan pribadi. Sipahi
tidak bisa menahan muatan dan mereka lari kocar kacir. Tentara Polandia
mengejar mereka samapi ke kamp.kerugian utsmani sebesar 500 orang tewas dan
kerugian Polandia sebanyak 30 orang tewas. Hal
ini menimbulkan korban besar dan memiliki dampak besar pada moral tentara
utsmani..
Pada tanggal 10 September Chodkiewicz mengusulkan serangan malam.
Serangan disiapkan pada malam 12 sampai 13 September, tetapi hanya sebelum
serangan, ada hujan deras dan tindakan harus dibatalkan. Cossack kemudian dipenggal sebagai ganjarannya
Setelah beberapa serangan mahal (dan gagal) di minggu pertama
pengepungan, utsmani mencoba untuk menyerang pasukan Polandia dengan memotong
persediaan dan bala bantuan mereka dan menunggu mereka untuk menyerah pada
kelaparan dan penyakit.Sebuah jembatan sementara dilebarkan pada 14 September
di atas sungai Dniester yang memungkinkan utsmani untuk menghentikan benteng
persemakmuran menggunakan sungai untuk berkomunikasi dengan benteng lain di
dekat Kamianets-Podilskyi
, Ukraina. Hal ini juga memungkinkan utsmani menggeser beberapa meriam mereka
ke tepi lain dari sungai dan perhatian pasukan Persemakmuran dari belakang. serangan utsmani lain pada 15 September itu dapat dipukul mundur
Pada tanggal 18 September, di malam hari, Cossack menyerbu ke kamp
utsmani di Dniester. Serangan itu berhasil dan utsmani mengalami kerugian
besar. Serangan serupa terjadi pada malam 21-22 September. Kali ini tujuannya
adalah penginapan dari Ohrili Hüseyin
Pasha yang hampir ditawan. Tindakan tersebut
mengangkat moral pasukan Persemakmuran
Meskipun pembela Polandia melemah, utsmani gagal mematahkan semangat
mereka. Juga, sementara pembela yang kehabisan makanan dan persediaan, utsmani
memiliki masalah yang sama. Pada tanggal 24 September, beberapa hari sebelum
pengepungan itu berakhir, Grand Hetman meninggal karena kelelahan dan penyakit
di kamp. Chodkiewicz kedua-, Regimentarz
Stanisław
Lubomirski , mengambil komando pasukan Polandia pada tanggal 23
September, ketika Hetman sakit memberi komando kepadanya. Pada tanggal 25
September Lubomirski memerintahkan pasukan yang lemah untuk menarik diri dan
manusia yang lebih kecil,ke garis pertahanan yang lebih pendek; utsmani
melancarkan serangan lain berharap ,pembela tercerai berai tapi sekali lagi,
serangan itu gagal.Sebuah serangan terakhir dihentikan pada 28 September.
Keterlambatan musim, hilangnya 40.000 anak buahnya dalam pertempuran,
kelelahan tentara utsmani, dan fakta bahwa kekuatan besar nya juga kehabisan
persediaan memaksa Osman II untuk menerima permintaan dari pembela untuk
memulai negosiasi,meskipun pasukan Polandia-Lithuania hampir kehabisan
persediaan (legenda mengatakan bahwa pada akhir pengepungan, tentara
Persemakmuran turun ke barel terakhirnya
Osman II
kembali ke Istanbul
dengan rasa malu, menyalahkan pasukan Yeniceri
dan ketidakcakapan para negarawannya atas penghinaannya.
Barangkali sultan pertama yang mengenali Yenisari
sebagai lembaga yang lebih banyak membahayakan, Osman II menutup toko kopi
mereka (tempat bertemu untuk merencanakan konspirasi terhadap pemerintahan) dan
mulai merencanakan pasukan etnis
Turki yang baru dan setia,
terdiri atas orang Turki
Anatolia, Suriah, dan Mesir beserta orang Turkmen.
Hal ini mengakibatkan pemberontakan
Yenissari, yang mencoba memenjarakan sultan yang masih muda itu. Saat
seorang algojo dikirim untuk mencekiknya, Osman II menolak menyerah dan mulai
bergulat dengan lelaki itu dan bisa diatasi saat ia dihantam di punggung dengan
kapak oleh salah satu tahanan. Setelah itu ia dicekik. Kemungkinan lain,
pelancong Turki Evliya Çelebi
mencatat bahwa setelah putting up a desperate struggle, Osman II dihukum mati
dengan tali atas perintah Wazir Agung Kara Davut
Pasha setelah dibuat tidak berdaya oleh prajurit kavaleri dengan
'mengompres zakarnya'.
Osman II adalah sultan yang amat progresif,
namun kurangnya calon profesional dan berkemauan keras menyebabkan reformasi
yang dilaksanakannya menyebabkan kejatuhannya. Sebagai penguasa ia cerdik dan
energik. Tak seperti kebanyakan pendahulunya ia tampil lebih baik. Kekurangan
terburuknya sebagai politikus kemungkinan ia terlalu banyak mencoba terlalu awal.
15. Murad IV ( 1612 M- 1640 M)
Murad
oğlu Ahmed atau Murad IV (16 Juni 1612 – 9 Februari 1640) adalah Sultan Turki
Utsmani antara 10 September
1623-9 Februari 1640, terkenal karena
perbaikan otoritas negara dan kebrutalan metodenya. Ia adalah anak dari Sultan Ahmed I dan Sultan Kosem
yang berdarah Yunani.
Naik
tahta melalui sebuah konspirasi pada tanggal 10 September 1623, ia menggantikan
pamandanya Mustafa I
pada usia 11. Pada masa yang panjang Murad IV berada dalam kendali
kerabat-kerabatnya, dan selama tahun-tahun pertama pemerintahannya sebagai sultan,
ibundanya (Valide Sultane), Kösem, memegang kekuasaan. Negaranya jatuh dalam
keadaan anarki : serangan safawi
terhadap khilafah yang begitu cepat, pergolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniçeri
ke istana pada tahun 1631
yang membunuh wazir agung. Murad IV takut akan nasib kakandanya Osman II, memutuskan untuk
menuntut kekuasaanya. Ia mengeluarkan perintah untuk membunuh saudaranya
Beyazid pada tahun 1635,
diikuti oleh eksekusi terhadap 2 saudaranya setahun kemudian.
Ia
mencoba memberantas korupsi yang telah berkembang semasa pemerintahan sultan
terdahulu. Terhadap hal ini ia mengubah sejumlah kebijakan, seperti membatasi
pengeluaran tak berguna. Ia juga melarang alkohol, kopi, dan tembakau. Ia memerintahkan
hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan ini. Ia akan meronda di jalanan
dan kedai seluruh Istanbul
dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari, menyaksikan penegakan
hukum ini. Jika saat meronda di dalam ia menyaksikan prajurit merokoq atau
mabuk-mabukan, ia akan membunuhnya di tempat.
Secara
militer, pemerintahan Murad IV terkenal akan perang terhadap Persia di mana pasukan
Turki menaklukkan Azerbaijan
dan Tabriz. Bagdad takluk pada tahun 1638, setelah
mengepungnya. Perjanjian perdamaian ditandatangani pada tahun 1639 (perjanjian Kasr-i
Shirin) sebelum kematiannya.
Murad IV
sendiri memerintahkan serbuan terhadap Mesopotamia dan terbukti
menjadi panglima tertinggi handal. Selama gerakannya ke sana, ia meredam semua
pemberontakan di Anatolia.
Sebagai akibatnya, banyak nama tempat sekitar yang dinamai menurut namanya.
Ia
mangkat pada usia 27 tahun akibat sirosis
hepatis pada tahun 1640.
Sebelum mangkat, ia memerintahkan hukuman mati terhadao adindanya Ibrahim, yang
berarti akan memangkas garis keturunan Turki Usmani (Ibrahim sendiri adalah
satu-satunya lelaki di keluarga kesultanan bila Murad IV meninggal), namun
perintah itu tidak dilaksanakan.
0 Response to "Sejarah Singkat Kesultanan Usmaniyyah (bagian ke-2)"
Post a Comment