-->

Sejarah Singkat Kesultanan Usmaniyyah (bagian ke-2)

Ilustrasi Masyarakat Usmani
Saat Suleiman wafat, Kesultanan Utsmaniyah telah menjadi salah satu kekuatan yang disegani di dunia. Penaklukan yang dilakukan Suleiman menyebabkan kesultanan menguasai kota-kota besar Islam seperti Mekah, Madinah, Yerusalem,Damaskus, dan Baghdad; sebagian besar provinsi di Balkan (hingga mencapai wilayah Kroasia dan Austria saat ini); serta sebagian besar
Afrika Utara. Tak pelak, Kesultanan Utsmaniyah dipandang sebagai ancaman bagi negara-negara Eropa, Busbecq menuliskan: "Di sisi bangsa Turki ada seseorang yang menjadi sumber kejayaan kekaisaran, dengan kekuatan tak terkalahkan, kemenangan yang terus berulang, tekun dalam bekerja keras, memiliki semangat kesatuan, disiplin, kecermatan, dan ketelitian... Bisakah kita meragukan hasilnya?...Ketika Turki selesai berurusan dengan Persia, mereka akan terbang ke tenggorokan kita dengan dukungan seluruh dunia Timur; dan lihatlah betapa tidak siapnya kita.
11. Selim II (28 Mei 152412 Desember 1574)
Selim II (bahasa Turki utsmani: سليم ثانى Selīm-i sānī, bahasa Turki: II. Selim) (28 Mei 152412 Desember 1574) adalah Sultan Turki utsmani dari 1566 hingga kematiannya. Ia adalah putra Suleiman yang Agung (1520–66) dan isteri kesayangannya Roxelana (juga Hurrem atau Anastasia Lisovska)
Pangeran Selim sendiri memiliki seorang permaisuri yang amat dia cintai, Nurbanu Sultan
Nurbanu merupakan seorang gadis yang berasal dari Pulau Paros, Republik Venesia. Saat itu, wilayahnya masih menjadi bagian dari Yunani. Nurbanu menjelma menjadi permaisuri yang paling disukai Sultan Selim II dari Kerajaan utsmani Turki.
Nurbanu naik menjadi permaisuri saat anak laki-lakinya dari Sultan Selim II diangkat menjadi putra mahkota. Anak laki-laki tersebut kelak akan menggantikan sang ayah menjadi Sultan utsmani dengan gelar Sultan Murad III. Saat itu, Nurbanu diangkat menjadi ibu suri kerajaan yang lebih dikenal dengan Valide Sultan pada 1566 M.
Nurbanu lahir pada 1525 M. Menurut catatan Venesia, Nurbanu memiliki nama kecil Cecilia Venier Baffo Olivia. Ia merupakan anak dari Nicolo Venier, seorang Lord of Paros bernama Violante Baffo.
Nurbanu merupakan keponakan dari Duke of Venesia, Sebastiano Venier. Saat kerajaan utsmani Turki menaklukan Paros, Nurbanu diambil menjadi selir Sultan Selim II. Ia pun resmi menjadi Harem Kerajaan utsmani. Cecilia yang tadinya beragama Katolik menjadi Islam dan berganti nama menjadi Afifah Nurbanu.
Kisah lain tentang Nurbanu didapat dari surat Sultana Safi yang dikirim untuk The Most Serene Republik Venesia. Di surat itu terdapat tanda tangan Baffo, ibu dari Mehmed III yang menceritakan Nurbanu bernama asli Rachel dan ayahnya bernama Joseph Nasi yang berasal dari Spanyol.Menjadi selir pada usia 12 tahun pada 1537 M, Nurbanu dipilih menjadi permaisuri kesayangan Sultan Selim II dan melahirkan tiga anak perempuan dan satu laki-laki. Setelah menjadi permaisuri, dia pun menjadi kepala harem kesultanan.Meskipun Sultan Selim II mengambil selir lain, Nurbanu tetap menjadi istri yang paling disayang karena kecantikan dan kecerdasannya. Selama menjadi permaisuri, Nurbanu juga mendampingi suaminya sebagai penasihat.
Bahkan, saat Sultan Selim II wafat pada 1574, Nurbanu setia mendampingi jasadnya dan memasukkannya ke dalam lemari pendingin sembari menunggu anaknya kembali. Sepeninggal suaminya, Nurbanu bersama Wazir Agung Sokollu Mehmet Pasha menjabat sebagai kepala penasehat Murad III.
Setelah naik tahta sesudah intrik istana dan pertentangan saudara, Selim II menjadi sultan pertama yang sama sekali tidak tertarik dengan militer dan mencoba meninggalkan kekuasaan ke tangan para menterinya. Wazir Agungnya Mehmed Sokollu, seorang mualaf Serbia dari daerah yang kini bernama Bosnia dan Herzegovina, mengendalikan sebagian besar urusan negeri, dan 2 tahun setelah naik tahtanya Selim ia berhasil mengadakan perjanjian (17 Februari 1568) dengan Kaisar Romawi Suci Habsburg Maximilian II (1564–76) di Istambul, di mana sang Kaisar bersedia membayar "hadiah" tahunan 30.000 dukat dan yang terpenting menganugerahi Khilafah utsmani otoritas di Moldavia dan Walachia 
Pada bulan September 1567 Sultan Selim II mengeluarkan perintah untuk melakukan ekspedisi militer besar-besaran ke Aceh, setelah adanya petisi dari Sultan Aceh kepada Suleiman II yang telah meninggal setahun sebelumnya. Petisi tersebut meminta bantuan kepada Turki untuk menyelamatkan kaum Muslimin yang terus dibantai Portugis karena meningkatnya aktivitas militer Portugis yang menimbulkan masalah besar terhadap para pedagang Muslim dan jamaah haji dalam perjalanan ke Makkah. Pasukan tersebut dipimpin oleh laksamana Kurdoğlu Hızır Reis dari Suez bersama dengan sejumlah ahli senapan api, tentara, dan artileri. Pasukan ini diperintahkan berada di Aceh selama diperlukan, namun dalam perjalanannya armada besar ini hanya sebagian (500 orang, termasuk para ahli senjata api, penembak, dan ahli-ahli teknik) yang sampai ke Aceh karena dialihkan untuk memadamkan pemberontakan di Yaman yang berakhir tahun 1571.Dengan bantuan ini, Aceh menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1568.
“ada sebuah kisah menarik dalam hubungan antara kesultanan Utsmaniyah dan aceh yaitu kisah si cupak lada cerita ini bermula ketika Raja Peureulak, Ali Mughayatsyah, pada saat itu memerintahkan pasukannya untuk membeli sejumlah alat perang karena menurut Raja, kolonial Belanda akan melakukan penyerangan terhadap Aceh. Sejarah mencatat, puluhan para armada kapal langsung melakukan pelayaran dari Peureulak menuju Turki, namun mereka kesasar, perjalanan yang hanya ditempuh tiga minggu menjadi tiga bulan.Lada yang dibawa dari Peureulak, Aceh, berkarung-karung yang diperkirakan cukup membeli ratusan senjata dan puluhan meriam, Saat utusan Aceh tiba di Konstantinopel pada 1565, Sultan Turki Usmani pada saat itu, Sulaiman, sedang memimpin pasukan dalam peperangan melawan Hungaria di medan perang Szigetwar di Eropa Timur.Menanti masa berlangsungnya peperangan tersebut serta mangkatnya Sultan Sulaiman menyebabkan utusan Aceh itu menghabiskan waktu lebih lama di Konstantinopel.Dengan usaha sendiri, mereka menyewa tempat dan menafkahi diri mereka sendiri dengan menjual komoditas yang mereka bawa bersama dengan hadiah yang akan dipersembahkan kepada sultan.
“Setelah Selim II, putra Sultan Sulaiman, selesai dilantik, barulah utusan Aceh memperoleh kesempatan untuk melakukan kunjungan resmi ke Istana, yakni dua tahun setelah kedatangan mereka di Turki,”
Untuk menafkahi diri mereka selama berada di Turki, mereka terpaksa menjual semua komoditas lada yang mereka miliki, termasuk bagian yang sebenarnya telah mereka niatkan untuk dihadiahkan kepada sultan.Yang tersisa di tangan mereka hanyalah secupak (segenggam) dan itulah yang dapat mereka tawarkan kepada sultan yang baru saja naik takhta. Dalam pertemuan resmi tersebut, sultan Turki Usmani memutuskan untuk mengupayakan bantuan militer ke Aceh yang di antaranya termasuk sebuah meriam yang secara simbolis dinamakan lada sicupak.
Peristiwa lada sicupak ini meningkatkan hubungan politik-militer antara kekuatan Timur Tengah dan mitranya di Asia Tenggara. Upaya sultan Aceh tersebut sangat berpengaruh hingga mengalihkan perhatian Konstantinopel dari Samudera Hindia wilayah barat ke Sumatra, Asia Tenggara.Sultan Turki utsmani tidak meminta Aceh supaya mengirim upeti tahunan yang biasanya diminta dari masing-masing negara pengikut sebagaimana lazimnya tradisi pada masa itu.
Setelah menerima kedatangan rombongan dari Aceh walau hanya menyerahkan sedikit lada saja, mereka mendapatkan kepercayaan dari Sultan Turki Usmani saat itu, yakni Selim II.Dia setuju untuk mengirimkan bantuan berupa tentara dengan rombongan beberapa kapal ke Aceh. Dalam penyerahan secara simbolisnya, peneliti sosiologi Muslim dari Turki, Dr Mehmet Ozay, menulis bahwa Sultan Turki menyerahkan sebuah meriam sebagai simbolis pengiriman bantuan. “Meriam tersebut dikenal sebagai meriam Lada Sicupak,” tulisnya.Rombongan yang dikirimkan oleh Sultan Turki tersebut tidak sepenuhnya bekerja untuk melakukan peperangan langsung melawan Portugis, seperti yang dibutuhkan Aceh.Namun, mereka juga membuat lembaga pendidikan militer dan melatih rakyat serta pasukan Aceh agar bisa menguasai taktik dan strategi peperangan yang andal. Mereka juga mengajarkan rakyat Aceh untuk membuat meriam dan membuat kapal yang bisa menampung meriam di dalamnya.

Terhadap Rusia Selim kurang beruntung, dan pertempuran pertama antara Turki Usmani dengan saingannya dari utara itu menandai tibanya bencana. Sebuah rencana diuraikan di Istambul untuk menghubungkan Volga dan Don dengan terusan, dan pada musim panas 1569 sepasukan besar Yanisari dan kavaleri dikirim untuk mengepung Astrakhan dan memulai kerja terusan, sementara itu sebuah pasukan Turki mengepung Azov. Namun serangan mendadak dari garnisun Astrakhan memukul mundur para pengepung itu; pasukan bantuan Rusia sebanyak 15.000 menyerang dan menceraiberaikan para pekerja dan angkatan Tatar dikirim untuk melindungi mereka, dan akhirnya pasukan Turki dibinasakan oleh badai. Pada awal 1570 Duta Besar Ivan IV dari Rusia menandatangani perjanjian di Istanbul yang memperbaiki hubungan baik antara Sultan dan Tsar.
Ekspedisi ke Hijaz dan Yaman lebih berhasil, namun penaklukan Siprus pada tahun 1571 menimbulkan kekalahan terhadap negara Spanyol dan Italia di pertempuran laut Lepanto  pada tahun yang sama, kepentingan moral yang sering diremehkan, yang akhirnya membebaskan Laut Tengah dari bajak laut di sana.
Angkatan khilafah yang saat itu berantakan segera dipulihkan (hanya 6 bulan) dan Turki Usmani mengendalikan Laut Tengah (1573). Pada bulan Agustus 1574, beberapa bulan sebelum kematian Selim, Turki Usmani mendapatkan kembali kendali Tunisia dari Spanyol yang telah mengendalikannya sejak 1572 .kematiannya. Selim meninggal setelah sakit akibat tergelincir di lantai ruang mandi yang belum selesai..
peta wilayah kekuasaan Utsmani pada masa Sultan Selim II

12.
Murad III (4 Juli 154615 Januari 1595)
Murad III (bahasa Turki utsmani: مراد ثالث Murād-i sālis, bahasa Turki:III.Murat) (4 Juli 154615 Januari 1595) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1574 hingga kematiannya. Murad III adalah putera sulung sultan Selim II (1566–74) dan valide sultan Nur-Banu (lahir Cecilia Venier-Baffo) dan menggantikan ayahandanya pada 1574.Murad naik tahta setelah ayahnya wafat. Otoritasnya dipengaruhi oleh kalangan harem, terutama ibunya dan kemudian istri tercintanya Safiye Sultan. Sedangkan pemerintahan Usmaniyah dikendalikan oleh wazirnya yang jenius Mehmed Sokollu yang memerintah sejak masa Salim II hingga terbunuhnya pada Oktober 1579.  Dia memberikan pensiunan tentara sebanyak 110.000 uang mas lira. Kebija-kannya ini mampu membendung gejolak yang sering terjadi apabila uang itu terlam-bat dibagikan. Tak lama setelah itu, Perdana Menteri Muhammad Pasya As-Shuqli dibunuh akibat kecerobohan sultan yang terpengaruh oleh rumor-rumor yang dihembuskan diplomat-diplomat asing. Mereka merasa tidak nyaman dengan adanya seorang pembantu sultan yang memiliki kemampuan luar biasa, istiqamah dan berada di jalan yang lurus.  dia juga memerintahkan pelarangan miras. Namun hal ini ditentang pasukan Jenisari sehingga memaksa agar larangan tersebut dicabut. Ini adalah awal kemunduran Usmaniyah karena Sultan tidak mampu memberlakukan Syariat Islam dan terjadinya penyimpangan pada rakyatnya.tak ayal kematian Pasya menjadi pukulan yang sangat hebat dan mengguncangkan pemerintahan Utsmani. Muncullah pembangkangan dari beberapa kelompok tentara  dan pemerintah tidak berhasil meredam pemberontakan tersebut. Akibat krisis dan pemberontakan dalam negeri, Polandia melepaskan diri dari pemerintahan Utsmani dan memaksa Utsmani terlibat perang dengan mereka.
Di awal pemerintahannya (1574), Raja Polska, Henry De Palo melarikan diri ke Perancis. Maka Sultan mengarahkan tokoh-tokoh Polska agar memilih Raja dari Transylvania, sehingga Polska berada dibawah pemerintahan Usmani pada tahun 1575. Dan hal ini diakui Austria pada tahun 1576. Ketika pasukan Tartar pada tahun 1576 menyerang Polska, Sultan Usmaniyah menyatakan perlindungannya. Sultan juga memperbaharui hak-hak Perancis dan Hungaria. Duta perancis mendapatkan posisi yang penting. Banyak Dubes menemui sultan untuk melakukan kesepakatan bisnis yang kelak menjadi sarana ampuh pihak asing melakukan intervensi atas masalah dalam negeri. Tahun 1577 akibat krisis pada di Persia karena wafatnya Shah Tahmasab, Pemerintah Usmaniyah mengirimkan ekspedisi ke Kaukasia dan berhasil menaklukkan Taples dan Karjistan. Setelah itu tahun 1585 memasuki Kota Tabriz. Lalu menguasai Azerbaijan, Georgia, Syairawan dan Luzastan. Tatkala Syah Abbas men-jadi penguasa Persia, ia berusaha melakukan negoisisasi damai dengan Usmaniyah. Dalam perjanjian itu, ia akan menyerahkan semua wilayah yang kini berada ditangan Usmaniyah menjadi wilayah kekuasaan mereka. Ia juga berjanji tidak akan mencela Abu bakar, Umar dan Usman diwilayah yang menjadi kekuasaannya.
Sementara itu pasukan Jenisari melakukan pembangkangan setelah peperangan terhenti sehingga ketika Sultan Murad III menugasi mereka memerangi Hungaria, mereka kalah di depan pasukan Austria yang membantu Hungaria. Mereka mampu menduduki beberapa benteng yang setelah itu berhasil direbut kembali oleh Sinan Pasya. Namun penguasa Valechie, Baghdan dan Transylvania memberontak dan bergabung dengan Austria. Usaha Sinan Pasya pada tahun 1594 untuk menaklukannya gagal dan harus kehilangan beberapa kota. Sementara Migrasi orang Yahudi yang dipimpin oleh Abraham dan keluarganya yang bermukim di Thur terpaksa diusir keluar karena mereka bersikap kasar terhadap pendeta Dirsan Caterin dan juga bersikap kejam yang menyebabkan orang-orang kristen mengadu kepada Sultan. Tercatat Ratu Elizabeth I dari Inggris dan Sultan Murad III saling berkirim surat dan utusan. Dalam satu korespodensi, Murad tertarik dengan gagasan bahwa Islam dan Protestan memiliki "jauh lebih banyak kesamaan daripada dengan Gereja Katolik Roma, karena keduanya menolak penyembahan berhala", dan ini dijadikan alasan persekutuan antara Inggris dan Kesultanan Usmaniyah. Oleh karena itu Inggris mengekspor timah dan peluru meriam dan amunisi untuk Kesultanan Usmaniyah, dan Elizabeth serius membahas operasi militer bersama dengan Murad III selama pecahnya perang dengan Spanyol pada 1585, ketika Francis Walsingham melobi sultan agar melibatkan militer Utsmani untuk melawan Spanyol sebagai musuh bersama.Sultan Murad wafat pada tanggal 16 Januari 1595.
13. Mehmed III( 1566-1603)
Mehmed III (bahasa Turki utsmani: محمد ثالث Meḥmed-i sālis, bahasa Turki:III.Mehmet) (26 Mei 156622 Desember 1603) adalah sultan  Kekhalifahan Turki Utsmani dari 1595 hingga kematiannya. Mehmed III terkenal di sejarah utsmani karena memerintahkan pencekikan 16 saudaranya saat naik tahta. Mehmed III adalah penguasa pemalas, meninggalkan pemerintahkan ke tangan ibundanya Safiye Sultan, valide sultan. Peristiwa utama masa pemerintahannya adalah Perang Austria-utsmani di Hongaria (15961605).Pasukan Mehmed III menaklukkan Erlau (1596) dan mengalahkan angkatan Habsburg dan Transylvania pada Pertempuran Mezőkeresztes. Peristiwa besar lain pada pemerintahannya adalah pemberontakan Jelali di Anatolia. Karayazıcı Abdülhalim , mantan pejabat Utsmaniyah, merebut kota Urfa dan menyatakan dirinya sebagai sultan pada 1600. Yang menyebabkan rumor tersebut menyebar ke Konstantinopel dan Mehmed III memerintahkan para pemberontak ditumpas untuk menghilangkan rumor tersebut dan pelaksanaan eksekusi terhadap Hüseyin Pasha, saat itu bergaya sebagai Wazir Agung abdulhallim. Pada 1601, Abdülhalim melarikan diri ke sekitar Samsun setelah dikalahkan oleh pasukan di bawah Sokulluzade Hasan Pasha , gubernur Baghdad. Namun, saudaranya, Deli Hasan, dibunuh oleh Sokulluzade Hasan Pasha dan mengalahkan pasukannya di bawah komando Hadim Husrev Pasha . Dia kemudian berbaris ke kutahya menaklukan dan membakar kota tersebut. Masa pemerintahan Mehmed III tak menyaksikan kemunduran utama Kekholifahan Turki Utsmani.
14. Ahmed I ( 1590 M- 1617 M )
Ahmed I (bahasa Turki Utsmani: احمد اول Aḥmed-i evvel, bahasa Turki:I.Ahmet) (18 April 159022 November 1617) adalah Sultan Turki Usmani dari 1603 hingga kematiannya.  Ahmed I menggantikan ayahandanya Mehmed III (1595–1603) pada 1603 dan menjadi sultan pertama utsmani yang naik tahta sebelum dewasa. Ia penyayang dan peramah, yang ditunjukkannya dengan menolak menghukum mati saudaranya Mustafa (kemudian Mustafa I), yang akhirnya menggantikannya pada 1617. Ia dikenal karena kecakapannya main anggar, balap kuda, dan kefasihan dalam sejumlah bahasa.
Ahmed I berhenti bersenang-senang selama akhir masa pemerintahannya, yang berakhir pada 1617, demoralisasi dan korupsi menjadi umum di seluruh administrasi pemerintahan dan indisipliner di tingkat pasukan. Ia melanjutkan perang melawan Habsburg,yang berakhir dengan gencatan senjata di Zsitvatorok (1606) dan dikonfirmasi oleh perjanjian Wina (1615, 1616);di bawah gencatan senjata ini utsmani dapat mempertahankan kekuasaan atas benteng Hungaria dari Eger, Gran dan Kaniżą, tetapi  upeti tahunan yang dibayar oleh Austria dihapuskan. Menyusul kekalahan dalam Perang utsmani-Safawi (1603-1618) terhadap tetangga mereka kerajaan safawi yang dipimpin oleh Shah Abbas Agung, dimana Georgia, Azerbaijan dan wilayah yang luas di Kaukasus kemudian diserahkan kembali ke Persia pada Perjanjian Nasuh Pasha di 1612,selanjutnya Perbatasan di perbaharui kembali sesuai dengan isi perjanjian yang sama persis seperti ditegaskan dalam Perdamaian Amasya dari 1555.
Utsmani-Safawi
Konon pemakaian tembakau telah diperkenalkan di negara itu selama masa pemerintahannya. Ahmed I mangkat akibat tifus  pada 1617.
Kini Ahmed I terutama diingat untuk pembangunan Masjid Sultan Ahmed (juga dikenal sebagai Masjid Biru), salah satu karya besar arsitektur Islam. Daerah di Istanbul sekeliling mesjid itu kini disebut Sultan ahmet. Ia dimakamkan di sebuah masoleum di kanan luar dinding mesjid terkenal itu.
mesjid Sultan Ahmet 
15.Mustafa I( 1592 M- 1639 M )
Mustafa I (159220 Januari 1639) (bahasa Arab: مصطفى الأول) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1617 hingga 1618 dan dari 1622 hingga 1623. Ia lahir di istana manisa, sebagai adik dari dari Ahmed I (1603-1617). Ibunya adalah seorang selir kerajaan Abkhazia yang namanya masih belum diketahui.Sebelumnya pada tahun 1603 bahwa dalam adat untuk para sultan utsmani dimana yang memiliki saudara-saudara akan dieksekusi segera setelah ia mendapatkan tahta (ayah Mustafa Mehmed IIItelah mengeksekusi  19 saudara sendiri). Tapi ketika umur tiga belas tahun Ahmed I dinobatkan pada tahun 1603, ia terhindar  dari eksekusi dimana saat itu umur mustafa I dua belas tahun.
Mustafa mungkin telah di eksekusi tapi karena Ahmed belum mempunyai anak, sehingga pada saat itu hanya mustafa seorang lah ahli warisnya. Meskipun Ahmed telah memiliki beberapa anak, ia tetap tidak mengeksekusi Mustafa, mungkin karena masalah retardasi mental atau setidaknya mengidap penyakit saraf . Faktor lain dalam hidup Mustafa  yang menyebabkannya tidak di eksekusi adalah pengaruh Kosem Sultan(selir favorit Ahmed), yang mungkin berharap untuk mendahului suksesi Osman, anak Ahmed pertama yang lahir dari selir lain. Jika Osman menjadi Sultan, ia kemungkinan akan mencoba mengeksekusi setengah-saudara-saudaranya,yaitu anak-anak Ahmed dan Kosem. Skenario ini kemudian menjadi kenyataan ketika Osman II dilaksanakan saudaranya Mehmed pada tahun 1621.
Sampai kematian Ahmed di tahun 1617, Mustafa jarang ke istana, dimana ia di tempatkan di  penjara virtual yang disebut Kafes ("kandang"). Kemungkinan Empat belas tahun dalam kondisi ini  telah merusak lebih lanjut kesehatan mental dan membuatnya takut akan eksekusi.
Pemerintahan pertama (1617-1618)
Kematian Ahmed menciptakan dilema yang pernah dialami oleh Kekaisaran utsmani. Dimana Beberapa pangeran yang sekarang memenuhi syarat untuk Kesultanan, dan  sekarang mereka semua tinggal di Istana Topkapi. Sebuah faksi pengadilan yang dipimpin oleh Şeyhülislam Esad Efendi dan Sofu Mehmed Pasha (yang mewakili Wazir Agung ketika ia jauh dari Istanbul) memutuskan untuk menobatkan Mustafa bukan anak Ahmed Osman. Sofu Mehmed berpendapat bahwa Osman masih terlalu muda untuk bertakhta tanpa menyebabkan komentar negatif di kalangan rakyat.The Kepala  Kasim Mustafa Agha keberatan ,mengutip masalah mental Mustafa, tapi pendapatnya  ditolak. kenaikan Mustafa menciptakan prinsip suksesi baru senioritas yang akan berlangsung hingga akhir Kekaisaran. Ini adalah pertama kalinya di kerajaan utsmani Sultan digantikan oleh saudaranya pengganti anaknya.
Diharapkan bahwa kontak sosial biasa akan meningkatkan kesehatan mental Mustafa, tapi perilakunya tetap eksentrik. Dia melepas sorban dari wazir dan mencabut jenggot mereka. Lainnya dia melempar koin untuk burung dan ikan.sejarawan utsmani İbrahim Peçevi menulis "situasi ini dilihat oleh semua orang dari negara negara dan orang-orang, dan mereka mengerti bahwa ia secara psikologis terganggu.Posisi Mustafa tidak  lebih dari alat faksi-faksi pengadilan di Istana Topkapi. Pada tahun 1618, setelah aturan singkat, faksi istana lain memecatnya mendukung keponakannya  Osman II (1618-1622), dan Mustafa dikirim kembali ke Kafes.Konflik antara Janissari dan Osman II disajikan pada kesempatan kedua. Setelah pemberontakan Janissary menyebabkan pengendapan dan pembunuhan Osman II di 1622, Mustafa dikembalikan ke takhta dan memegangnya selama satu tahun lagi.
Pemerintahan kedua (1622-1623)
Kondisi mentalnya yang tidak digarap, dimana Mustafa adalah boneka yang dikendalikan oleh ibunya dan saudara iparnya, patih Kara Davud Pasha. Dia percaya bahwa Osman II masih hidup dan terlihat mencari dia sepanjang istana, mengetuk pintu dan berseru kepada keponakannya untuk membebaskannya dari beban kedaulatan. "Kaisar hadir menjadi bodoh" (menurut English Duta Sir Thomas Roe), ia lebih tak menguntungkan dibandingkan dengan pendahulunya.
Ketidakstabilan politik yang dihasilkan oleh konflik antara Yenicheri dan sipahis (utsmani kavaleri), diikuti oleh pemberontakan Abaza, yang terjadi ketika gubernur jenderal Erzurum, Abaza Mehmed Pasha, memutuskan untuk berbaris ke Istanbul untuk membalas pembunuhan Osman II. Rezim ini mencoba untuk mengakhiri konflik dengan menggulingkan Kara Davud Pasha, tapi Abaza Mehmed terus menang. Ulama dan Wazir Agung baru (Kemankes Kara Ali Pasha) menang atas ibu Mustafa untuk memungkinkan penangkapan anaknya. Dia setuju, dengan syarat bahwa kehidupan Mustafa akan terhindar.Ia dijatuhkan dan dipenjara oleh saudara Osman II, Murad IV(1623–40). Mustafa I meninggal 16 tahun kemudian.
15. Osman II ( 1604 M - 1622 M )
Osman II (juga Genç Osman – arti Osman Muda – bahasa Turki) (bahasa Turki Usmani عثمان ثانى ‘Osmān-i sānī) (3 November 160420 Mei 1622) adalah Sultan Turki Usmani dari 1618 hingga kematiannya pada tanggal 20 Mei 1622.
Osman II adalah putra Sultan Ahmet I (1603–17) dan permaisurinya Sultan Mâhfirûze yang berdarah Yunani Di usia muda, ibundanya memperhatikan pendidikannya, sebagai akibatnya Osman II menjadi penyair terkenal dan menguasai banyak bahasa, termasuk bahasa Arab, Persia, Yunani, Latin dan Italia. Ia naik tahta pada usia 14 sebagai akibat kudeta terhadap pamandanya Mustafa I (1617–18, 1622–23). Walaupun muda, Osman II segera mencoba menampakkan diri sebagai penguasa, dan setelah mengamankan perbatasan timur khilafah dengan menandatangani perjanjian damai dengan safawi, secara pribadi ia memimpin serangan atas Polandia selama Peperangan Jago-jago Moldova. Dipaksa menandatangani perjanjian damai dengan Polandia setelah Pertempuran Chotin (Chocim) (yang nyatanya, pengepungan Chotin yang dipertahankan oleh Jan Chodkiewicz) antara September-Oktober 1621,Pertempuran Khotyn atau Pertempuran Chocim atau Perang Hotin (dalam bahasa Turki: Hotin Muharebesi) adalah pengepungan gabungan dan serangkaian pertempuran yang berlangsung antara 2 September dan 9 Oktober 1621 antara tentara Persemakmuran Polandia-Lithuania melawan tentara penyerang dari turki utsmani. komandan, persemakmuran Grand Hetman dari Lithuania Jan Karol Chodkiewicz , menghadang pasukan Sultan Osman II di teluk sampai salju musim gugur pertama, dan pada akhirnya meninggal selama pertempuran. Pada tanggal 9 Oktober, karena keterlambatan musim dan telah menderita kerugian besar dalam beberapa serangan di garis pertempuran , utsmani meninggalkan pengepungan dan terjadilah perjanjian antara pihak persemakmuran dan kesultanan Utsmaniyah dimana dalam perjanjian bahwa di beberapa bagian ada bagian yang menguntungkan utsmani dan bagian lain menguntungkan bagi tentara Persemakmuran.yang menyebabkan pertempuran berakhir.
l  Pemicu
            Pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, tokoh terkemuka dari Persemakmuran Polandia-Lithuania ikut campur tangan dalam urusan Moldavia , yang-sudah ditaklukan oleh Mehmed II pada abad ke 15 dan menjadi vassal dari Kekaisaran utsmani . Selain itu, utsmani diperburuk oleh serangan bangsa cossack secara terus menerus ,Dan mereka mulai menyebrang ke wilayah utsmani. Sementara itu, saat Perang Tiga Puluh Tahun berkecamuk di seluruh Eropa. Tentara persemakmuran relatif tidak terlibat dalam perang ini, tetapi Raja Polandia Sigismund III Vasa mengirim tentara bayaran unit ,Lisowczycy yang elit dan kejam , untuk membantu sekutu nya Habsburg di Wina, sejak iparnya menjadi kaisar.
Mereka dikalahkan George Rákóczi dari Transylvania pada Pertempuran Humenné tahun 1619. Gabriel Bethlen , memerintah Pangeran Transylvania, untuk meminta bantuan Sultan Osman II . Sultan setuju. Kemudian Sebuah tentara besar utsmani dikumpulkan untuk menghukum Persemakmuran.
perang khotin
Pada 20 September 1620, tentara utsmani di bawah komando gubernur Oczakov (Ozi) Iskender Pasha bertemu tentara Polandia-persemakmuran pada Pertempuran Cecora , lalu menangkap dan memenggal Stanisław Koniecpolski , dan mengirim Tatar untuk merampok selatan Polandia. kampanye ditangguhkan .pada musim dingin. Lalu Kedua belah pihak kembali permusuhan pada tahun 1621.
Pada April 1621 ,120.000-150.000 tentara  (sumber beragam), yang dipimpin oleh Osman II , maju dari Konstantinopel dan Edirne menuju perbatasan Polandia. menyusul kemenangan mereka di Pertempuran Cecora (1620) ,mereka memiliki harapan tinggi untuk menaklukkan Ukraina (kemudian bagian dari Polandia), dan bahkan mungkin menjatuhkan persemakmuran seluruhnya dan mencapai Laut Baltik . Khan Temir dari Budjak Horde dan Khan Crimea , Canibek Giray bergabung dalam pertempuran di pihak utsmani. Sekitar 25% dari kekuatan utsmani yang terdiri dari kontingen dari negara bawahan mereka: Tatar , Moldavia dan Wallachians , total sekitar 13.000 tentara. dan memiliki sekitar 66 senjata berat. 
Sementara Di Polandia, Sejm , terguncang oleh kekalahan pada tahun sebelumnya, sehingga dia setuju untuk menaikkan pajak dan mendanai tentara yang lebih besar, serta merekrut sejumlah besar Cossack sebagai sekutu. Komandan Polandia Grand Lithuania Hetman Jan Karol Chodkiewicz menyeberangi Sungai Dniester pada September 1621 dengan sekitar 20.000 sampai 35.000 tentara,kemudian bergabung dengan 10.000 lebih tentara yang dipimpin oleh raja masa depan Polandia, Pangeran Władysław Vasa .Tentara Polandia-Lithuania berjumlah 30.000 (18.000 kavaleri, 12.000 infanteri) dan pasukan sekutu Cossack mereka terdiri dari 25,000-40,000 pasukan-sebagian besar infanteri yang dipimpin oleh ataman Petro Konashevych-Sahaidachny .dimana orang Kozak memiliki sekitar 22 senjata.
Tentara Polandia-Lithuania tiba dekat Khotyn sekitar bulan September dan mulai berkumpul di dekat Benteng Khotyn , memblokir jalur pawai utsmani. Tentara mengikuti strategi pertahanan umum persemakmuran ketika menghadapi pasukan besar utsmani . Ini menggunakan pertahanan mendalam dengan cara membangun terpisah medan tempur di depan pertahanan kamp. Medan tempur ini dirancang untuk memungkinkan penggunaan serangan balik oleh pasukan kavaleri. Serangan balik kavaleri sangat penting karena persemakmuran sangat bergantung pada pasukan elit Hussars Polandia dan Cossack Ukraina . Sebuah setengah lingkaran pada benteng bidang diciptakan. Dimana Benteng berada di balik benteng dan Sungai Dniester berbatasan benteng. Lingkaran dibagi menjadi tiga bagian:kanan, diperintahkan oleh Hetman Chodkiewicz; tengah, diperintahkan oleh Pangeran Władysław; dan kiri, bawah Regimentarz Lubomirski. Selain itu, dua kubu benteng didirikan di depan garis pertahanan utama: yang dijaga oleh Cossack 'dan tentara bayaran' (Lisowczycy Unit yang terkenal ).
Pada tanggal 27 Agustus, sebuah detasemen kavaleri Cossack Ukraina melakukan serangan bunuh diri, untuk menunda pasukan utsmani mendekat. Hal ini juga menimbulkan korban besar pada pihak Cossack, tapi para penyerang hampir dimusnahkan. Pada tanggal 31 Agustus, kavaleri utsmani , pada gilirannya, menyerang pasukan Cossack Ukraina  di luar perkemahan. utsmani mencoba untuk memcah barisan Cossack Ukraina dan memotong mereka dari pasukan  utama Polandia-Lithuania , tetapi tidak berhasil. pada 2 September tentara utama utsmani telah tiba, dan pengepungan dimulai setelah Cossack bergabung dengan kamp Polandia.
Pada tanggal 2 September utsmani mencoba menyerang kamp Cossack yang belum selesai. Cossack Ukraina telah menerima bala bantuan dari tentara Polandia-Lithuania dan memegang posisi mereka. Pada tanggal 3 September, serangan lain utsmani diarahkan pada sayap Lubomirski ke benteng utama. Serangan ini dapat dihentikan. Pada sore hari pasukan  besar utsmani menyerang kamp Cossack. Serangan ini memulai pertarungan yang sangat sengit. utsmani dapat dipukul mundur. Cossack bergegas menyerang balik utsmani ke kamp mereka dan kembali pada sore hari dengan jarahan yang besar.Keesokan harinya, tanggal 4 September utsmani berusaha  menyerbu kamp Cossack Ukraina tapi gagal lagi. Sebuah serangan balik persemakmuran berhasil menghancurkan beberapa senjata utsmani .pasukan Persemakmuran ini mampu menahan serangan utsmani karena kekuatan utsmani berisi terlalu banyak kavaleri dan terlalu banyak Pasukan meriam yang tidak berpengalaman
Pada tanggal 7 September, tentara utsmani empat kali menyerang kamp Cossack , tapi dapat dipukul mundur. Kemudian Pada tengah hari, tentara utsmani menyerbu kamp Polandia, yang belum diserang  kurangnya 'kewaspadaan (Polandia sedang tidur) Polandia di sayap kanan Angkatan Darat Polandia. Mereka menyerbu ke dalam entrenchments Polandia dan memotong sekitar seratus infanteri. Para tentara elite dipukul mundur, tapi serangan baru diharapkan. Sekitar 10.000  tetntara utsmani bergerak untuk menyerang, tapi kemudian Chodkiewicz melakukan serangan balasan dengan tiga skuadron Hussars dan satu skuadron Reiters , total antara 600 dan 650 orang. Dia memimpin serangan pribadi. Sipahi tidak bisa menahan muatan dan mereka lari kocar kacir. Tentara Polandia mengejar mereka samapi ke kamp.kerugian utsmani sebesar 500 orang tewas dan kerugian Polandia sebanyak 30 orang tewas. Hal ini menimbulkan korban besar dan memiliki dampak besar pada moral tentara utsmani..
Pada tanggal 10 September Chodkiewicz mengusulkan serangan malam. Serangan disiapkan pada malam 12 sampai 13 September, tetapi hanya sebelum serangan, ada hujan deras dan tindakan harus dibatalkan. Cossack kemudian dipenggal sebagai ganjarannya
Setelah beberapa serangan mahal (dan gagal) di minggu pertama pengepungan, utsmani mencoba untuk menyerang pasukan Polandia dengan memotong persediaan dan bala bantuan mereka dan menunggu mereka untuk menyerah pada kelaparan dan penyakit.Sebuah jembatan sementara dilebarkan pada 14 September di atas sungai Dniester yang memungkinkan utsmani untuk menghentikan benteng persemakmuran menggunakan sungai untuk berkomunikasi dengan benteng lain di dekat Kamianets-Podilskyi , Ukraina. Hal ini juga memungkinkan utsmani menggeser beberapa meriam mereka ke tepi lain dari sungai dan perhatian pasukan Persemakmuran dari belakang. serangan utsmani lain pada 15 September itu dapat dipukul mundur
Pada tanggal 18 September, di malam hari, Cossack menyerbu ke kamp utsmani di Dniester. Serangan itu berhasil dan utsmani mengalami kerugian besar. Serangan serupa terjadi pada malam 21-22 September. Kali ini tujuannya adalah penginapan dari Ohrili Hüseyin Pasha yang hampir ditawan. Tindakan tersebut mengangkat moral pasukan Persemakmuran
Meskipun pembela Polandia melemah, utsmani gagal mematahkan semangat mereka. Juga, sementara pembela yang kehabisan makanan dan persediaan, utsmani memiliki masalah yang sama. Pada tanggal 24 September, beberapa hari sebelum pengepungan itu berakhir, Grand Hetman meninggal karena kelelahan dan penyakit di kamp. Chodkiewicz kedua-, Regimentarz Stanisław Lubomirski , mengambil komando pasukan Polandia pada tanggal 23 September, ketika Hetman sakit memberi komando kepadanya. Pada tanggal 25 September Lubomirski memerintahkan pasukan yang lemah untuk menarik diri dan manusia yang lebih kecil,ke garis pertahanan yang lebih pendek; utsmani melancarkan serangan lain berharap ,pembela tercerai berai tapi sekali lagi, serangan itu gagal.Sebuah serangan terakhir dihentikan pada 28 September.
Keterlambatan musim, hilangnya 40.000 anak buahnya dalam pertempuran, kelelahan tentara utsmani, dan fakta bahwa kekuatan besar nya juga kehabisan persediaan memaksa Osman II untuk menerima permintaan dari pembela untuk memulai negosiasi,meskipun pasukan Polandia-Lithuania hampir kehabisan persediaan (legenda mengatakan bahwa pada akhir pengepungan, tentara Persemakmuran turun ke barel terakhirnya 
Osman II kembali ke Istanbul dengan rasa malu, menyalahkan pasukan Yeniceri dan ketidakcakapan para negarawannya atas penghinaannya.
Barangkali sultan pertama yang mengenali Yenisari sebagai lembaga yang lebih banyak membahayakan, Osman II menutup toko kopi mereka (tempat bertemu untuk merencanakan konspirasi terhadap pemerintahan) dan mulai merencanakan pasukan etnis Turki yang baru dan setia, terdiri atas orang Turki Anatolia, Suriah, dan Mesir beserta orang Turkmen. Hal ini mengakibatkan pemberontakan Yenissari, yang mencoba memenjarakan sultan yang masih muda itu. Saat seorang algojo dikirim untuk mencekiknya, Osman II menolak menyerah dan mulai bergulat dengan lelaki itu dan bisa diatasi saat ia dihantam di punggung dengan kapak oleh salah satu tahanan. Setelah itu ia dicekik. Kemungkinan lain, pelancong Turki Evliya Çelebi mencatat bahwa setelah putting up a desperate struggle, Osman II dihukum mati dengan tali atas perintah Wazir Agung Kara Davut Pasha setelah dibuat tidak berdaya oleh prajurit kavaleri dengan 'mengompres zakarnya'.
Osman II adalah sultan yang amat progresif, namun kurangnya calon profesional dan berkemauan keras menyebabkan reformasi yang dilaksanakannya menyebabkan kejatuhannya. Sebagai penguasa ia cerdik dan energik. Tak seperti kebanyakan pendahulunya ia tampil lebih baik. Kekurangan terburuknya sebagai politikus kemungkinan ia terlalu banyak mencoba terlalu awal.
15. Murad IV ( 1612 M- 1640 M)
Murad oğlu Ahmed atau Murad IV (16 Juni 16129 Februari 1640) adalah Sultan Turki Utsmani antara 10 September 1623-9 Februari 1640, terkenal karena perbaikan otoritas negara dan kebrutalan metodenya. Ia adalah anak dari Sultan Ahmed I dan Sultan Kosem yang berdarah Yunani.
Naik tahta melalui sebuah konspirasi pada tanggal 10 September 1623, ia menggantikan pamandanya Mustafa I pada usia 11. Pada masa yang panjang Murad IV berada dalam kendali kerabat-kerabatnya, dan selama tahun-tahun pertama pemerintahannya sebagai sultan, ibundanya (Valide Sultane), Kösem, memegang kekuasaan. Negaranya jatuh dalam keadaan anarki : serangan safawi terhadap khilafah yang begitu cepat, pergolakan di Turki Utara dan serbuan Yeniçeri ke istana pada tahun 1631 yang membunuh wazir agung. Murad IV takut akan nasib kakandanya Osman II, memutuskan untuk menuntut kekuasaanya. Ia mengeluarkan perintah untuk membunuh saudaranya Beyazid pada tahun 1635, diikuti oleh eksekusi terhadap 2 saudaranya setahun kemudian.
Ia mencoba memberantas korupsi yang telah berkembang semasa pemerintahan sultan terdahulu. Terhadap hal ini ia mengubah sejumlah kebijakan, seperti membatasi pengeluaran tak berguna. Ia juga melarang alkohol, kopi, dan tembakau. Ia memerintahkan hukuman mati bagi mereka yang melanggar aturan ini. Ia akan meronda di jalanan dan kedai seluruh Istanbul dengan berpakaian seperti rakyat biasa di malam hari, menyaksikan penegakan hukum ini. Jika saat meronda di dalam ia menyaksikan prajurit merokoq atau mabuk-mabukan, ia akan membunuhnya di tempat.
Secara militer, pemerintahan Murad IV terkenal akan perang terhadap Persia di mana pasukan Turki menaklukkan Azerbaijan dan Tabriz. Bagdad takluk pada tahun 1638, setelah mengepungnya. Perjanjian perdamaian ditandatangani pada tahun 1639 (perjanjian Kasr-i Shirin) sebelum kematiannya.
Murad IV sendiri memerintahkan serbuan terhadap Mesopotamia dan terbukti menjadi panglima tertinggi handal. Selama gerakannya ke sana, ia meredam semua pemberontakan di Anatolia. Sebagai akibatnya, banyak nama tempat sekitar yang dinamai menurut namanya.
Ia mangkat pada usia 27 tahun akibat sirosis hepatis pada tahun 1640. Sebelum mangkat, ia memerintahkan hukuman mati terhadao adindanya Ibrahim, yang berarti akan memangkas garis keturunan Turki Usmani (Ibrahim sendiri adalah satu-satunya lelaki di keluarga kesultanan bila Murad IV meninggal), namun perintah itu tidak dilaksanakan.

0 Response to "Sejarah Singkat Kesultanan Usmaniyyah (bagian ke-2)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel