Sejarah Kesultanan Utsmani Bagian Pertama
Ilustrasi Sultan Muhammad Al-Fatih |
Kerajaan Byzantium yang Semakin Melemah
Pada akhir abad ke-12 kerajaan Byzantium mulai dipenuhi dengan
konflik Internal keluarga kerajaan, sehingga banyak terjadi kudeta yang
menyebabkan tidak ada nya penguasa tetap yang mampu menjaga stabilitas kerajaan tersebut. contohnya pada
24 september 1180 M dimana sepeninggal kaisar Manuel I dan dilanjutkan oleh
penggantinya Andronikos (dinasti komneian terakhir) hubungan antara Kekaisaran Barat dan timur mulai merenggang dikarenakan pada saat itu Andronikos
menerapkan kebijakan anti latin dan memerintahkan untuk membasmi semua penduduk
latin yang ada di Konstantinopel dimana jumlah nya mencapai puluhan
ribu.Andronikos juga menerapkan kebijakan yang merugikan kaum bangsawan
sehingga merekan menjatuhkannya, akibatnya berakhirlah kekuasaan Dinasti Komneian.
Kemudian dimulai lah babak baru, Sir Isaac II Angelus orang
yang mengkudeta Andronikos kemudian mendirikan dinasti Angeloi. Dinasti Angeloi dinilai
sebagai penyebab utama hancurnya Byzantium akibat inkompetensi pemimpinnya dan
terutama mengundang kematian Byzantium lewat Perang Salib.
Pada perang salib ke-3 (1189 - 1192 M), pasukan salib jerman
pimpinan Frederick Barbarossa memberangus turki dan ibukotanya Ikonium namun Isaac II tidak memanfaatkan peluang ini untuk menguasai nya. Kemudian Isaac II dikudeta oleh Alexios III Angelus dan
dipenjarakan bersama putranya Alexios IV. Alexios IV kemudian meloloskan diri
pada 1203 M dan meminta pertolongan kepada Pasukan Salib IV (1202 - 1204
M), lewat Duke of Swabia dari Kekaisaran Suci Roma untuk membantunya mengambil
alih kekuasaan. Ia menjanjikan bantuan pasukan, uang dan perbekalan yang
kebetulan saat itu sangat dibutuhkan dan juga ia berencana untuk
mempersatukan Gereja Timur dengan Roma. Meskipun sudah dilarang oleh Paus, pasukan salib setuju dan akhirnya setuju dan akhirnya menyerang AlexiosIII , Alexios III yang kaget langsung kabur sehingga Alexios IV diangkat menjadi
kaisar.
Alexios IV gagal memenuhi janjinya pada pasukan
salib,sehingga untuk melunasinya ia menaikan pajak secara gila-gilaan yang
menyebabkan rakyat Konstantinopel berontak. Alexios IV kemudian dibunuh dan
digantikan Alexios V. Para pasukan salib memutuskan untuk menagih hutang setelah
penjamin mereka alexios IV dibunuh. Alexios V menolak dan memutuskan
mati-matian untuk bertahan namun akhirnya pasukan salib mampu menembus,membakar
dan menjarah konstantinopel habis-habisan selama 3 hari 3 malam. Baldwin dari Flanders diangkat sebagai kaisar latin Konstantinopel, dan wilayah Konstantinopel dibagi-bagi kepada pasukan salib walaupun tidak semua.
wilayah kerajaan byzantium yang terbagi antara Latin, yunani dan Turki |
Pada
tahun 1260, Konstantinopel
pada akhirnya dapat direbut kembali ketika kekaisaran latin sibuk memerangi Bulgaria yang terus
berekspansi keselatan, memudahkan Michael VIII Palaiologos dari Nicea menaklukan
konstantinopel.dengan demikian tahta Byzantium kembali diamankan oleh para penguasa dari Yunani.
Kesultanan Seljuk yang Semakin Melemah
Hampir sama seperti kerajaan Byzantium, pada akhir abad ke-12 kesultanan Seljuk harus menghadapi konflik Internal dan Eksternal. Konflik Internal mereka yaitu saling berebut tahta seperti kaisar Byzantium. sedangkan konflik eksternal yang mereka hadapi adalah serangan dari pasukan Mongol yang terus berekspansi ke barat setelah berhasil menaklukan Baghdad. dimana Begitu bangsa Mongol menyadari bahwa Sultan Seljuk berikutnya yaitu Giyaseddin Keyhüsrev II memang penguasa yang lemah dan cadangan militer negara habis karena usaha yang dilakukan untuk menekan pemberontakan Baba Is'haq, sebuah keputusan dibuat untuk menyerang Asia Kecil. Tiga puluh ribu tentara di bawah komando Bayju Noyon (menurut İbn Bibi, mereka adalah kavaleri Tatar elit) menginvasi Anatolia dan pada musim gugur 1242 M mengepung Erzurum. Kemudian berturut tururt Kekhanan Mongol mampu menaklukan Kayseri, Sivas, Erdebil, Konya dan seluruh wilayah Kesultanan Seljuk.
Kesultanan Seljuk yang Semakin Melemah
Hampir sama seperti kerajaan Byzantium, pada akhir abad ke-12 kesultanan Seljuk harus menghadapi konflik Internal dan Eksternal. Konflik Internal mereka yaitu saling berebut tahta seperti kaisar Byzantium. sedangkan konflik eksternal yang mereka hadapi adalah serangan dari pasukan Mongol yang terus berekspansi ke barat setelah berhasil menaklukan Baghdad. dimana Begitu bangsa Mongol menyadari bahwa Sultan Seljuk berikutnya yaitu Giyaseddin Keyhüsrev II memang penguasa yang lemah dan cadangan militer negara habis karena usaha yang dilakukan untuk menekan pemberontakan Baba Is'haq, sebuah keputusan dibuat untuk menyerang Asia Kecil. Tiga puluh ribu tentara di bawah komando Bayju Noyon (menurut İbn Bibi, mereka adalah kavaleri Tatar elit) menginvasi Anatolia dan pada musim gugur 1242 M mengepung Erzurum. Kemudian berturut tururt Kekhanan Mongol mampu menaklukan Kayseri, Sivas, Erdebil, Konya dan seluruh wilayah Kesultanan Seljuk.
pada tahun 1266, Sultan Seljuk Rukneddin berkomplot dengan
orang-orang Arab melawan penguasa Mongol. Pada tahun itu Rukneddin terbunuh,
dicekik dengan tali busur, namun penyebab kematian resmi diumumkan sebagai
penyakit. Takhta itu kemudian diserahkan kepada putra Rukneddin, Giyaseddin Keyhüsrev III berusia dua setengah tahun (1266 - 1284 M). Müeneddin Suleiman
mengambil alih jabatan sebagai wali sultan dan dengan demikian memperoleh kekuasaan dan pengaruh yang tak
terbatas di negara bagian. Kebijakannya dirancang untuk menguntungkan
kepentingan atasannya di Mongol. Segera para prajurit Mongol mulai mengganti
prajurit Seljuk dan orang-orang Mongol datang untuk mengendalikan wilayah
Seljuk . Berbeda sekali dengan pemegang jabatan
sebelumnya, orang Mongol membatasi diri untuk mengumpulkan pajak dari
wilayah mereka tanpa memenuhi kewajiban militer apapun. Tentara Mongol
ditempatkan di seluruh wilayah. Konsekuensi dari perubahan ini adalah berkurangnya
jumlah kavaleri Seljuk, dan oleh karena itu ketidak seimbangan di dalam fondasi
struktur organisasi militer Seljuk. Untuk menebus defisit anggaran, pemerintah
Seljuk terus menaikkan pajak yang dikenakannya kepada warganya dan pejabat
divan, karena takut akan keselamatan dan hidup mereka, mengurangi biaya pribadi
mereka. Akhirnya bangsa Mongol memutuskan untuk memiliki pengawasan penuh atas
keuangan Seljuk dan memperkenalkan perwakilan mereka sendiri ke Seljuk divan.
Pejabat baru tersebut mengasumsikan gelar penasehat negara. Mencari untuk
memaksimalkan penghormatan tahunan mereka, orang-orang Mongol menghilangkan hak
sultan untuk mengumpulkan pajak, yang secara tradisional dihitung sebagai
pendapatan pribadi sultan. Langkah ini pada dasarnya mengabaikan otoritas
sultan dan menyamakannya dengan seluruh Bangsawan Seljuk yang menerima
pendapatan dari jabatan mereka. Penghasilan sultan sekarang akan datang dari
pendapatan yang dia terima dari bangsa Mongol. Sejak saat itu, otoritas Seljuk
sepenuhnya tidak memiliki wibawa di mata penduduk. Pemberontakan dan
ketidakpatuhan muncul di seluruh kekaisaran dan menyebar ke seluruh negara
bagian. Ada juga peningkatan jumlah serangan Türkmen nomaden di garnisun
Mongol. Segera populasi Seljuk mulai menghubungkan harapan mereka untuk
kebebasan tanpa sultan mereka sendiri. Sehingga muncul beberapa dinasti yang
memerintah aras nama mereka sendiri.
Invasi Bangsa Mongol dan Migrasi Bangsa Turkmen
Pada permulaan abad ke-12 Mongol melancarkan invasi besar-besaran keseluruh dunia, Baik dunia Timur maupun Dunia Barat. Di dunia timur , pasukan mongol berhasil menaklukan Dinasti Jin dan Kesultanan Khwarezm, yang di dominasi oleh suku turki, laki-laki yang ditangkap atau ditaklukan ditawarkan pilihan antara lain keluarga mereka dijadikan budak atau mereka menjadi tentara Mngol banyak yang memilih menjadi tentara Mongol demi keselamatan mereka namun ada pula yang kemudian mengungsi dan mencari bantuan sebelum bangsa Mongol menaklukan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Ertugrul bersama 400 tentara berkudanya berusaha menemukan sebuah tempat yang belum dicapai oleh tentara Mongol. Saat itu sebelum invasi Mongol sampai ke Anatolia sultan alauddin kay Qubadh I membutuhkan bantuan untuk menjaga perbatasan antara Byzantium dengan Seljuk sehingga disambutlah para migran dari Turkmenistan dan memberi mereka wilayah karaca dag yaitu sebuah pegunungan dekat angora (sekarang ankara). Adapun setelah Kekhanan Mongol berhasil menaklukan Seljuk banyak daerah-daerah yang kemudian memerdekakan diri dan memroklamirkan diri sebagai penguasa wilayah itu.
Pada permulaan abad ke-12 Mongol melancarkan invasi besar-besaran keseluruh dunia, Baik dunia Timur maupun Dunia Barat. Di dunia timur , pasukan mongol berhasil menaklukan Dinasti Jin dan Kesultanan Khwarezm, yang di dominasi oleh suku turki, laki-laki yang ditangkap atau ditaklukan ditawarkan pilihan antara lain keluarga mereka dijadikan budak atau mereka menjadi tentara Mngol banyak yang memilih menjadi tentara Mongol demi keselamatan mereka namun ada pula yang kemudian mengungsi dan mencari bantuan sebelum bangsa Mongol menaklukan mereka. Hal inilah yang menyebabkan Ertugrul bersama 400 tentara berkudanya berusaha menemukan sebuah tempat yang belum dicapai oleh tentara Mongol. Saat itu sebelum invasi Mongol sampai ke Anatolia sultan alauddin kay Qubadh I membutuhkan bantuan untuk menjaga perbatasan antara Byzantium dengan Seljuk sehingga disambutlah para migran dari Turkmenistan dan memberi mereka wilayah karaca dag yaitu sebuah pegunungan dekat angora (sekarang ankara). Adapun setelah Kekhanan Mongol berhasil menaklukan Seljuk banyak daerah-daerah yang kemudian memerdekakan diri dan memroklamirkan diri sebagai penguasa wilayah itu.
sultan - sultan yang memerintah dinasti Utsmani
ertugrul
mempunyai anak sebanyak 3 orang yaitu Osman Gazi, Saru Batu Savci Bey dan Gunduz. Sepeninggal ertugrul pada tahun 1281 usman gazi menjadi pemimpin
dan kemudian pada tahun 1299 mendirikan
kesultanan Utsmani.
Utsman Gazi (1258 – 1326)
Utsman gazi adalah seorang pria tinggi dengan wajah bulat,kulit gelap,mata coklat,dan beralis tebal.bahunya cukup besar dan bagian atas tubuhnya lebih panjang daripada bagian yang lain.ia memakai mahkota khorasan dalam gaya chagatay yang terbuat dari kain merah yang besar. Ia
memerintah antara tahun 1281-1326,dimana pada saat itu ia lahir ketika baghdad
sedang dikepung oleh hulagu khan.pada tahun 1231 ayah nya ertugrul berhasil
menaklukan wilayah nicea(byzantium) dan kemudian mengubah namanya menjadi sogut
hal tersebut lah yang menjadi modal awal wilayahnya.pada saat ini banyak
tentara bayaran yang datang kepadanya dengan harapan bahwa ia dapat melemahkan
kekaisaran Byzantium selain itu populasi turki terus meningkat dikarenakan
banjir pengungsi yang melarikan diri dari mongol.
Utsman gazi adalah seorang pemimpin yang brilian dan adil,berani,murah hati.dia suka membantu orang miskin kadang-kadang ia memberikan kainnya sendiri kepada mereka.setiap tengah hari ia sering menyediakan jamuan makanan dirumahnya..
Utsman gazi mengambil alih kepemimpinan klan pada saat ia berumur 23 tahun pada tahun 1281.ia kemudian menikah dengan mal sultana yang merupakan anak dari omer bey yang terkenal.yang kemudian melahirkan orhan I .
pada periode ini pemerintahan formal Utsmaniyah mulai terbentuk yang tidak berubah selama empat abad lamanya yang dikenal dengan nama millet (berasal dari bahasa arab millah) yang mana kelompok agama dan minoritas dapat mengontrol urusan mereka sendiri tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat
Ada sebuah kisah dimana pada suatu malam ketika ia menjadi tamu dirumah sheikh edebali ia bermimpi didalam mimpi tersebut ia melihat bulan muncul didada sheikh tersebut bulan tersebut terus naik lalu berpindah dan turun kedada utsman gazi terus kepusarnya dari pusarnya kemudian keluar pohon dimana pohon tersebut tumbuh lalu berubah hijau kemudian bercabang dan menjadi lebih banyak sampai sampai menyelimuti seluruh dunia.Setelah itu ia menanyakan kepada Sheikh Edebali apa arti mimpinya itu,setelah diam sedikit sheikh mengatakan kepadanya:”saya sudah mendapat kabar baik Utsman, Allah memberi anda dan anak anda sebuah kedaulatan.dimana seluruh dunia akan berada dibawah perlindungan anak anda dan putri saya akan menjadi istri anda.
Utsman Gazi (1258 – 1326)
Utsman gazi adalah seorang pria tinggi dengan wajah bulat,kulit gelap,mata coklat,dan beralis tebal.bahunya cukup besar dan bagian atas tubuhnya lebih panjang daripada bagian yang lain.ia memakai mahkota khorasan dalam gaya chagatay yang terbuat dari kain merah yang besar.
Utsman gazi adalah seorang pemimpin yang brilian dan adil,berani,murah hati.dia suka membantu orang miskin kadang-kadang ia memberikan kainnya sendiri kepada mereka.setiap tengah hari ia sering menyediakan jamuan makanan dirumahnya..
Utsman gazi mengambil alih kepemimpinan klan pada saat ia berumur 23 tahun pada tahun 1281.ia kemudian menikah dengan mal sultana yang merupakan anak dari omer bey yang terkenal.yang kemudian melahirkan orhan I .
pada periode ini pemerintahan formal Utsmaniyah mulai terbentuk yang tidak berubah selama empat abad lamanya yang dikenal dengan nama millet (berasal dari bahasa arab millah) yang mana kelompok agama dan minoritas dapat mengontrol urusan mereka sendiri tanpa ada intervensi dari pemerintah pusat
Ada sebuah kisah dimana pada suatu malam ketika ia menjadi tamu dirumah sheikh edebali ia bermimpi didalam mimpi tersebut ia melihat bulan muncul didada sheikh tersebut bulan tersebut terus naik lalu berpindah dan turun kedada utsman gazi terus kepusarnya dari pusarnya kemudian keluar pohon dimana pohon tersebut tumbuh lalu berubah hijau kemudian bercabang dan menjadi lebih banyak sampai sampai menyelimuti seluruh dunia.Setelah itu ia menanyakan kepada Sheikh Edebali apa arti mimpinya itu,setelah diam sedikit sheikh mengatakan kepadanya:”saya sudah mendapat kabar baik Utsman, Allah memberi anda dan anak anda sebuah kedaulatan.dimana seluruh dunia akan berada dibawah perlindungan anak anda dan putri saya akan menjadi istri anda.
Setelah
menjadi pemimpin klan kayi ada beberapa pertempuran yang dilalui oleh utsman
yaitu:
Pertempuran Bapheus (27 juli 1302)
Pertempuran ini terjadi antara tentara utsmani dibawah kepemimpinan utsman I dan pasukan Byzantium dibawah kepemimpinan George Mouzalon. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan penting di pihak Utsmani dimana hal ini menambah penguatan pondasi kesultanan Utsmani dan mengakhiri Penaklukan Bitinia Byzantium oleh Utsmani. Pertempuran ini dimulai pada musim semi 1302 M dimana saat
itu kaisar Byzantium Michael IX (1294 - 1320 M) meluncurkan kampanye perang
yang mencapai selatan Magnesia tetapi pada saat itu tentara turki tidak siap
akan hal itu ditambah pasukan mereka yang sedikit, kemudian mereka berusaha
menghindari pertempuran tetapi Michael tetap berusaha menghadapi mereka akan tetapi
kemudian dibujuk oleh jenderalnya. Di lain waktu saat tentara turki merasa
cukup kuat mereka melaksanakan serangan balasan dan mereka hampir mengepung
tentara Byzantium di Magnesia. Kemudian pasukannya dibubarkan tanpa pertempuran
karena sebagai pasukan lokal mereka pergi untuk mempertahankan rumah mereka dan Suku Alans melakukan hal sama yaitu mempertahankan pasukan mereka di Thrace. Michael kemudian mundur ke laut bersamaan dengan gelombang pengungsi.
Pertempuran masih terus berlanjut dimana untuk melawan ancaman Utsmani ke Nikomedia, ayah Michael Androkinos II Paleologos (1282 - 1328 M) mengirim pasukan dari Byzantium sekitar 2000 orang (setengah dari mereka adalah tentara bayaran Alans yang baru-baru ini disewa) dibawah Megas Hetaireiarches, George Mouzalon berencana untuk menyebrangi Selat Bosporus dan membebaskan kota.
Pada tanggal 27 juli 1302 tentara Byzantium bertemu tentara turki Utsmani. Tentara turki Utsmani terdiri dari 5000 kavaleri ringan yang dipimpin langsung oleh Utsman Gazi sendiri dimana pasukannya terdiri dari tentaranya sendiri dan juga sekutu dari Turki Paphlagonia dan daerah Sungai Meander. Kavaleri turki bertemu dengan Byzantium.disana. Pasukan Alans tidak berpartisipasi dalam pertempuran. Pasukan Turki dapat memecahkan garis formasi Byzantium yang memaksa Mouzalon untuk melarikan diri ke Nikomedia dibawah perlindungan Suku Alans.
Bapheus adalah kemenangan besar pertama bagi kesultanan Utsmaniyah yang baru lahir dan memiliki pengaruh besar dalam ekspansi dimasa yang akan datang. Byzantium sepenuhnya kehilangan kontrol atas pedesaan di Bitinia, kehilangan benteng mereka yang terisolasi dan kemudian jatuh satu per satu. Kekalahan Kekaisaran Byzantium menimbulkan eksodus besar-besaran penduduk kristen ke kekaisaran eropa lain yang mengubah keseimbangan demografis di wilayah itu ditambah dengan kekalahan di Magnesia yang memungkinkan orang-orang Turki untuk mencapai dan membangun kekuatan di pantai laut Aegea sehingga Bapheus menandakan hilangnya daerah terakhir Byzantium di asia kecil.
Pertempuran ini terjadi antara tentara utsmani dibawah kepemimpinan utsman I dan pasukan Byzantium dibawah kepemimpinan George Mouzalon. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan penting di pihak Utsmani dimana hal ini menambah penguatan pondasi kesultanan Utsmani dan mengakhiri Penaklukan Bitinia Byzantium oleh Utsmani.
Pertempuran masih terus berlanjut dimana untuk melawan ancaman Utsmani ke Nikomedia, ayah Michael Androkinos II Paleologos (1282 - 1328 M) mengirim pasukan dari Byzantium sekitar 2000 orang (setengah dari mereka adalah tentara bayaran Alans yang baru-baru ini disewa) dibawah Megas Hetaireiarches, George Mouzalon berencana untuk menyebrangi Selat Bosporus dan membebaskan kota.
Pada tanggal 27 juli 1302 tentara Byzantium bertemu tentara turki Utsmani. Tentara turki Utsmani terdiri dari 5000 kavaleri ringan yang dipimpin langsung oleh Utsman Gazi sendiri dimana pasukannya terdiri dari tentaranya sendiri dan juga sekutu dari Turki Paphlagonia dan daerah Sungai Meander. Kavaleri turki bertemu dengan Byzantium.disana. Pasukan Alans tidak berpartisipasi dalam pertempuran. Pasukan Turki dapat memecahkan garis formasi Byzantium yang memaksa Mouzalon untuk melarikan diri ke Nikomedia dibawah perlindungan Suku Alans.
Bapheus adalah kemenangan besar pertama bagi kesultanan Utsmaniyah yang baru lahir dan memiliki pengaruh besar dalam ekspansi dimasa yang akan datang. Byzantium sepenuhnya kehilangan kontrol atas pedesaan di Bitinia, kehilangan benteng mereka yang terisolasi dan kemudian jatuh satu per satu. Kekalahan Kekaisaran Byzantium menimbulkan eksodus besar-besaran penduduk kristen ke kekaisaran eropa lain yang mengubah keseimbangan demografis di wilayah itu ditambah dengan kekalahan di Magnesia yang memungkinkan orang-orang Turki untuk mencapai dan membangun kekuatan di pantai laut Aegea sehingga Bapheus menandakan hilangnya daerah terakhir Byzantium di asia kecil.
wilayah taklukan Utsman Gazi |
Pengepungan
Bursa terjadi pada 1317 - 1320 sampai penaklukan pada 6 april 1326, ketika
Utsmani mengerahkan rencana berani untuk merebut Prusa (Bursa turki
modern). Sebelum nya dalam menaklukan sebuah kota tentara Utsmaniyah mengalami
kesulitan karena kurangnya keahlian dan peralatam tempur yang memadai sehingga
menyebabkan kota itu jatuh setelah pengepungan selama 6 atau 9 tahun. Menurut
beberapa sumber Utsman tidak dapat menyaksikan penaklukan kota karena ia meninggal
sebelum kota tersebut berhasil di taklukan sementara sumber yang lain
mengatakan bahwa ia hidup cukup lama untuk mendengar peristiwa penaklukan kota
dan kemudian meninggal dan dimakam kan dikota tersebut.
Sultan Al-Ghazi Orhan I (726-761 H)
Meski berstatus anak kedua, Orhan dipercaya Utsman untuk menaiki takhta sepeninggalnya karena memiliki tekad kuat dan keberanian. Utsman tidak mewariskan takhta ke tangan anak sulungnya, Ala’uddin, yang cenderung suka beribadah menyendiri (‘uzlah) dan wira’i. Ala’uddin menerima dengan lapang keputusan ayahnya ini. Sebab itu, ia sangat dihormati saudaranya, Orhan, dan diberi wewenang untuk mengurusi urusan internal. Orhan sendiri memegang urusan perluasan wilayah kekuasaan dan urusan eksternal lainnya. Ia memindahkan ibu kota ke Bursa.
Ala’uddin membuat mata uang dari emas dan perak, juga menetapkan sistem kemiliteran yang bersifat mengikat. Sebelum itu, para pasukan tidak pernah berkumpul kecuali saat perang dan langsung bubar saat perang usai. Ala’uddin khawatir akan terbentuk faksi-faksi militer sesuai sukunya masing-masing. Qarah Khalil, yang dikemudian hari menjadi menteri dengan nama Khairuddin Pasha, menyarankan agar Ala’uddin merekrut anak-anak gelandangan dan anak-anak orang Byzantium yang kehilangan ayah dalam perang, lalu mendidik mereka secara islami dan melatih mereka ilmu berperang di barak-barak militer. Artinya, mereka tidak mengetahui satu huruf pun kecuali jihad di jalan Allah dan tidak mengenal sultan selain sebagai tuan atau majikan mereka.Di satu sisi, mereka dilindungi dari hidup menggelandang, tidak terurus, dan binasa. Di sisi lain, mereka memeluk Islam dan menjadi tameng yang mengadang musuh-musuh Islam. Mereka disebut Yani Tasyri (Yenicheri) atau dalam bahasa Inggris disebut Janissary. yang berarti pasukan baru dan ditulis memakai bahasa Arab sehingga menjadi kata “Inkisyariyah”. Kelak, pasukan ini menjelma sebagai kekuatan besar yang berandil besar melebarkan kekuasaan Dinasti Utsmani di Eropa. Hal inilah yang membuat kedengkian kaum Kristen-Eropa terhadap Islam semakin menggunung. Kaum Kristen Eropa dihadapkan pada satu kenyataan; pasukan elit Yenicheri adalah anak-anak mereka sendiri yang tidak hanya memeluk agama Islam, tapi juga memerangi mereka dan menaklukkan negeri-negeri mereka. Sejarawan Kristen terus menyimpangkan fakta historis tentang Yenicheri, menuduh Dinasti Utsmani merampas anak-anak dari ayah mereka dan memaksa mereka memeluk Islam. Inilah satu dari sekian banyak kebohongan yang dialamatkan kepada Dinasti Utsmani.
Pada 756 H, kaisar Byzantium Yohanes V meminta Sultan Orhan membantunya melawan Raja Serbia, Stefan Dusyan, yang bekerjasama dengan Kerajaan Venice dan kerajaan-kerajaan kecil di Serbia yang ingin menyerang Konstantinopel. Sebagai imbalan, Orhan akan dinikahkan dengan putri ahli waris takhta Byzantium (Yohanes Kantakuzenos) yang merupakan saudara perempuan dari istri Kaisar Yohanes V. Orhan setuju. Tapi, Stefan Dusyan terlebih dahulu meninggal sebelum melakukan penyerangan. Pasukan Utsmani kembali pulang dan pernikahan Orhan tetap dilaksanakan.Penting diingat, pernikahan para sultan dengan para perempuan Kristen menjadi sesuatu yang biasa pada masa Dinasti Utsmani. Sebelum Orhan, Utsman I menikahi seorang perempuan muda Yunani yang juga beragama Kristen. Pernikahan lintas agama ini lalu diikuti sultan-sultan Utsmani sesudah mereka. Ini menjadi salah satu sisi negatif Dinasti Utsmani. Sebab, istri-istri tersebut tetap memegang teguh agama Kristen, lalu memanfaatkan status mereka sebagai istri sultan untuk membela etnis mereka dan orang-orang yang seagama.
Sultan Al-Ghazi Orhan I (726-761 H)
Meski berstatus anak kedua, Orhan dipercaya Utsman untuk menaiki takhta sepeninggalnya karena memiliki tekad kuat dan keberanian. Utsman tidak mewariskan takhta ke tangan anak sulungnya, Ala’uddin, yang cenderung suka beribadah menyendiri (‘uzlah) dan wira’i. Ala’uddin menerima dengan lapang keputusan ayahnya ini. Sebab itu, ia sangat dihormati saudaranya, Orhan, dan diberi wewenang untuk mengurusi urusan internal. Orhan sendiri memegang urusan perluasan wilayah kekuasaan dan urusan eksternal lainnya. Ia memindahkan ibu kota ke Bursa.
Ala’uddin membuat mata uang dari emas dan perak, juga menetapkan sistem kemiliteran yang bersifat mengikat. Sebelum itu, para pasukan tidak pernah berkumpul kecuali saat perang dan langsung bubar saat perang usai. Ala’uddin khawatir akan terbentuk faksi-faksi militer sesuai sukunya masing-masing. Qarah Khalil, yang dikemudian hari menjadi menteri dengan nama Khairuddin Pasha, menyarankan agar Ala’uddin merekrut anak-anak gelandangan dan anak-anak orang Byzantium yang kehilangan ayah dalam perang, lalu mendidik mereka secara islami dan melatih mereka ilmu berperang di barak-barak militer. Artinya, mereka tidak mengetahui satu huruf pun kecuali jihad di jalan Allah dan tidak mengenal sultan selain sebagai tuan atau majikan mereka.Di satu sisi, mereka dilindungi dari hidup menggelandang, tidak terurus, dan binasa. Di sisi lain, mereka memeluk Islam dan menjadi tameng yang mengadang musuh-musuh Islam. Mereka disebut Yani Tasyri (Yenicheri) atau dalam bahasa Inggris disebut Janissary. yang berarti pasukan baru dan ditulis memakai bahasa Arab sehingga menjadi kata “Inkisyariyah”. Kelak, pasukan ini menjelma sebagai kekuatan besar yang berandil besar melebarkan kekuasaan Dinasti Utsmani di Eropa. Hal inilah yang membuat kedengkian kaum Kristen-Eropa terhadap Islam semakin menggunung. Kaum Kristen Eropa dihadapkan pada satu kenyataan; pasukan elit Yenicheri adalah anak-anak mereka sendiri yang tidak hanya memeluk agama Islam, tapi juga memerangi mereka dan menaklukkan negeri-negeri mereka. Sejarawan Kristen terus menyimpangkan fakta historis tentang Yenicheri, menuduh Dinasti Utsmani merampas anak-anak dari ayah mereka dan memaksa mereka memeluk Islam. Inilah satu dari sekian banyak kebohongan yang dialamatkan kepada Dinasti Utsmani.
Pada 756 H, kaisar Byzantium Yohanes V meminta Sultan Orhan membantunya melawan Raja Serbia, Stefan Dusyan, yang bekerjasama dengan Kerajaan Venice dan kerajaan-kerajaan kecil di Serbia yang ingin menyerang Konstantinopel. Sebagai imbalan, Orhan akan dinikahkan dengan putri ahli waris takhta Byzantium (Yohanes Kantakuzenos) yang merupakan saudara perempuan dari istri Kaisar Yohanes V. Orhan setuju. Tapi, Stefan Dusyan terlebih dahulu meninggal sebelum melakukan penyerangan. Pasukan Utsmani kembali pulang dan pernikahan Orhan tetap dilaksanakan.Penting diingat, pernikahan para sultan dengan para perempuan Kristen menjadi sesuatu yang biasa pada masa Dinasti Utsmani. Sebelum Orhan, Utsman I menikahi seorang perempuan muda Yunani yang juga beragama Kristen. Pernikahan lintas agama ini lalu diikuti sultan-sultan Utsmani sesudah mereka. Ini menjadi salah satu sisi negatif Dinasti Utsmani. Sebab, istri-istri tersebut tetap memegang teguh agama Kristen, lalu memanfaatkan status mereka sebagai istri sultan untuk membela etnis mereka dan orang-orang yang seagama.
Pertempuran- pertempuran yang dilalui oleh Orhan I yaitu :
Pengepungan Nikomedia
Dari tahun 1299 M ,negara yang baru didirikan yaitu Turki Utsmani secara perlahan tapi pasti mulai menaklukan wilayah wilayah Yunani Byzantium. Nicea adalah awal dari serangkaian ekspansi Utsmani yang menyebabkan pembubaran akhir dari Kekaisaran Byzantium dan tersebar penggantinya di negara Yunani tersebut. Setelah kekalahan Byzantium di Nicea pada tahun 1331 , hilangnya Nikomedia adalah pertanda awal kehancuran Byzantium. Kaisar Byzantium berusaha untuk menyuap Orkhan I tapi
Orkhan I menolaknya dan kemudian pada tahun 1337, Nikomedia diserang dan jatuh
ke tangan Utsmani. Setelah penyerangan itu kekaisaran Byzantium tidak dapat
pulih dari kekalahan ini; kubu Anatolia terakhir Byzantium telah jatuh, kecuali
Philadelphia,karena
daerah tersebut dikelilingi oleh Germiyanids
sampai 1396. Setelah kehilangan Nikomedia, kekaisaran Byzantium tetap dapat
dipertahankan.tetapi Berbeda dengan kekaisaran Byzantium di tahun
1096, disebabkan kekaisaran Byzantium sekarang menduduki tanah yang sangat
sedikit, hanya mampu mempertahankan beberapa kota di Peloponese . Tetapi terus
di tekan baik di barat maupun timur oleh tetangga Serbia dan Bougaria yang
menekan batas negara tersebut dari barat dan Utsmani terus mendobrak wilayah
mereka di sebelah timur, sehingga kerajaan itu berada di ambang kehancuran.
Pengepungan Nikomedia
Dari tahun 1299 M ,negara yang baru didirikan yaitu Turki Utsmani secara perlahan tapi pasti mulai menaklukan wilayah wilayah Yunani Byzantium. Nicea adalah awal dari serangkaian ekspansi Utsmani yang menyebabkan pembubaran akhir dari Kekaisaran Byzantium dan tersebar penggantinya di negara Yunani tersebut. Setelah kekalahan Byzantium di Nicea pada tahun 1331 , hilangnya Nikomedia adalah pertanda awal kehancuran Byzantium.
Orhan melanjutkan penaklukannya. Ia berhasil menduduki Azmir,
Azniq, dan kerajaan Qarah Sy setelah menjadi rebutan di antara anak-anak
rajanya yang telah mati. Daerah ini ada di Anatolia. Ketika berhasil menaklukkan
satu kota, Orhan dikenal bersikap baik dan lembut terhadap penduduknya, tidak
menghalangi mereka menjalankan ritual keagamaan mereka, dan mengizinkan setiap
orang yang ingin mengungsi untuk membawa atau menjual harta bendanya. Sultan Orhan terus memantau Byzantium
yang kian melemah dan menyusut . Ia memutuskan bergerak ke pantai Eropa dan
menduduki daerah-daerah di sebelah barat Konstantinopel, sebagai langkah awal
sebelum Konstantinopel ditaklukkan. Itu karena sebelumnya kaum muslim pernah
mencoba menaklukkan ibu kota Byzantium tersebut dari arah timur, tapi selalu
gagal. Sulaiman, anak sulung Orhan, bergerak
bersama 40 orang pasukan kavaleri menyusuri pesisir Eropa, merebut beberapa
perahu di sana, dan kembali lagi ke tepi timur. Waktu itu, Dinasti Utsmani
belum memiliki armada laut. Setelah itu, mereka bergerak lagi menuju pantai
Eropa dan berhasil menguasai benteng Taznab di Semenanjung Gallipoli yang
merupakan benteng-benteng penting. lalu, mereka mengonsentrasikan kekuatan di
Selat Dardanelle. Pada 760 H, Sulaiman, sang ahli waris takhta, meninggal
dunia. Setahun kemudian, ayahnya, Orhan, juga wafat. Kekuasaan dinasti lalu
dipegang anak kedua Orhan, Murad I.
wilayah Taklukan Orhan Gazi |
Murad
I (bahasa Turki:
I. Murat Hüdavendigâr, Turki
Utsmaniyah: مراد اول; lahir di Söğüt
atau Bursa, 29 Juni 1326 – meninggal di Kosovo, 15 Juni 1389 pada umur 62 tahun)
adalah Sultan Turki Usmani yang berkuasa
antara tahun 1361
hingga 1389. Ia adalah putra dari Orhan I dan Valide Sultan Nilüfer Hatun
dan berkuasa setelah ayahandanya mangkat. Murad I dijuluki Hüdavendigâr, yang
berasal dari bahasa Persiaگا
ر/Khodāvandgār, yang berarti "yang disayangi Tuhan".
Banyak hal yang telah dilakukan Orhan
selama kepemimpinannya, baik itu penaklukan, membentuk Yenicheri/Janissary, dan
pernikahannya dengan wanita nonmuslim. Seharusnya Sulaiman yang menjadi sultan
berikutnya. Tetapi karena ia wafat, maka Orhan memutuskan untuk menunjuk anak
keduanya yang bernama Murad I sebagai pewaris takhta berikutnya.
Berikut gaya kepemimpinan Murad I
dalam memerintah dinasti Utsmani dan hal-hal yang terjadi pada masanya.
l Situasi di Kawasan Anatolia
Politik
luar negeri Murad I difokuskan kepada perluasan wilayah kekuasaan Dinasti
Utsmani, baik dari sisi Anatolia maupun Eropa. Mengingat kawasan Anatolia
dipenuhi kerajaan-kerajaan Islam berskala kecil, Murad I berupaya keras
mengambil jalan damai dalam menaklukkan mereka, seperti lewat jalan ikatan
pernikahan. Itu dilakukan karena Murad I ingin menyatukan kaum muslim dalam
memerangi musuh-musuh Islam. Selain itu, pasukan muslim sedang memiliki
semangat yang berkobar untuk berjihad di Eropa, tapi tidak di Anatolia. Konon,
mereka harus digiring terlebih dahulu supaya mau berjihad.
Saat naik takhta, Sultan Murad I
sudah dihadapkan kepada permusuhan penguasa Karaman (Ala’uddin) yang menghasut
para emir di Anatolia supaya memerangi Dinasti Utsmani. Sultan Murad I segera
menyiapkan pasukan besar. Mereka dapat memasuki Ankara, ibu kota kerajaan
Karaman, dan memaksa Ala’uddin turun dari singgasana. Sultan Murad I lalu
menikahi putri Ala’uddin.
Ala’uddin menyimpan dendam terhadap
Sultan Murad I. Ia menunggu waktu yang tepat untuk melampiaskannya. Tak lama
berselang, ia bersekutu dengan beberapa emir di Anatolia dan menyiapkan pasukan
gabungan untuk menggempur Dinasti Utsmani. Pada 787 H, perang berkobar. Pasukan
sultan menang dan Ala’uddin ditangkap. Tapi, berkat putrinya yang dinikahi
Sultan, Ala’uddin diampuni dan dibiarkan tetap memimpin wilayahnya. Namun, ia
harus menyetor upeti tahunan.
Sultan menikahkan anaknya, Yazid,
dengan putri Emir Karaman. Emir Karaman memberi putrinya kota Kutahya yang
kemudian digabungkan ke wilayah Dinasti Utsmani. Pada 782 H, Emir Kerajaan
al-Hamid juga terpaksa memberikan wilayahnya ke pangkuan Dinasti Utsmani.
l Situasi Internal Dinasti pada Masa Murad I
Sistematisasi
dilakukan pada kavaleri (pasukan berkuda) atau yang dikenal dengan nama
Sibah, Sabahiyah, atau Fursan. Mereka masing-masing diberi satu wilayah
kekuasaan. Penduduk wilayah tersebut, baik penganut Islam maupun Kristen, lalu
diwajibkan membayar pajak kepadanya pada waktu damai. Adapun di waktu perang,
mereka harus mengerahkan segala kemampuan untuk mempertahankan wilayah. Sistem
ini pada mulanya semakin mengokohkan Dinasti Utsmani. Tapi, sayangnya, sistem
ini memberi pengaruh dan kekuatan yang besar kepada pihak militer. Banyak dari
mereka menguasai lebih dari satu wilayah dan sering timbul pertikaian di
kalangan mereka.
Pertempuran- pertempuran yang dilalui oleh Murad
I yaitu
A. Penaklukan
edirne
Menyusul penaklukan Gallipoli
oleh Utsmani di tahun 1354, ekspansi Turki di Balkan selatan meningkat cepat.
Meski harus menghentikan pergerakan mereka selama Penculikan
Şehzade Halil antara 1357-1359, setelah berhasil menyelamatkan Halil
mereka kembali melanjutkan pergerakan mereka. Target utama dari kampanye ini
adalah Adrianople,
yang merupakan kota penting ketiga
Byzantium (setelah Konstantinopel
dan Tesalonika).
tanggal jatuhnya adrianopel ke turki telah diperdebatkan dikalangan cendikia
karena terdapat sumber catatan yang berbeda ,yaitu antara 1361-1362,1367 dan
1371. Dengan
demikian nantinya sumber Turki melaporkan bahwa Lala Shahin
Pasha dapat mengalahkan penguasa Byzantium (Tekfur) dalam pertempuran di kota Sazli-Dere di
tenggara kota,yang memaksa nya untuk diam-diam melarikan diri dengan perahu
.para penduduk adrianopel menjadi putus asa dan pasrah akan nasib mereka
kemudian mereka setuju menyerahkan kota pada juli 1362 dengan jaminan kebebasan
untuk tinggal dikota seperti sebelumnya.
Pertempuran
maritsa
Pada
762 H, pasukan Utsmani menaklukkan kota Edirne di Eropa. Oleh Sultan Murad I,
Edirne dijadikan ibu kota dinasti sekaligus titik pergerakan dan jihad di
Eropa. Edirne tetap menjadi ibu kota Dinasti Utsmani sampai Konstantinopel
dapat ditaklukkan pada 857 H. Kota-kota lain juga dapat ditaklukkan, seperti
Felipe (selatan Bulgaria sekarang), Kaljamina, dan Wardar. Dengan demikian,
Konstantinopel sudah terkepung oleh kekuatan Utsmani dari segala arah. Para penguasa Eropa sangat cemas dengan pergerakan
pasukan Utsmani. Mereka meminta bantuan Paus lewat surat. Kaisar Byzantium
pergi menemui Paus, membungkuk di hadapannya, mencium tangan dan kakinya, dan
meminta dukungannya, meski ia beraliran Ortodoks dan Paus beraliran Katolik.
Setelah sebelumnya saling bermusuhan, mereka berdua bersatu melawan Islam. Paus
menyanggupi permintaan Kaisar. Paus mengirim surat ke semua raja di Eropa,
menyeru mereka supaya menyiapkan pasukan untuk Perang Salib baru melawan
Dinasti Utsmani yang sudah mulai mengancam jantung Eropa. Raja Serbia, Uruk V, menerima seruan Paus.
Ia dan para pembesar Bosnia dan Eflak (Wallachia) segera bergerak menuju kota
Edirne, bersama sejumlah pasukan berkuda Hongaria yang secara sukarela ikut
serta dalam misi penyerangan. Mereka semua ingin memanfaatkan kesibukan Sultan
yang tengah berperang di Anatolia. Namun, pasukan perbatasan Utsmani di Eropa
berhasil mengadang dan mengalahkan mereka di sungai Maritza dekat Edirne.
Mereka lari kocar-kacir untuk menyelamatkan diri. Akibatnya, Kerajaan Rajuzah,
yang ada di pinggiran Dalmatia yang menghadap Laut Adriatic, merinding melihat
kekuatan pasukan Utsmani. Kerajaan Rajuzah pun menandatangani kesepakatan damai
dengan Dinasti Utsmani dan bersedia membayar upeti tahunan sebesar 500 Duke
emas. Raja Serbia Lazar Hrebljanovic dan Raja
Bulgaria Sisman sepakat menggempur Utsmani. Tapi, setelah beberapa kali
pertempuran kecil, mereka baru menyadari betapa lemahnya kekuatan mereka di
hadapan Utsmani. Sebab itu, mereka juga bersedia membayar upeti tahunan dan
sultan Murad I diperkenankan menikahi putri raja Bulgaria. Akibat keterlambatan
pembayaran upeti oleh Serbia dan Bulgaria, pasukan Utsmani menyerang kedua
negara itu. Mereka dapat menaklukkan sejumlah kota Serbia di sebelah selatan
Yugoslavia sekarang. Pada 784 H, setelah dikepung tiga tahun, Sofia dapat
diduduki. Kota lain yang juga dapat diduduki adalah kota Salonica (Thessaloniki)
yang sekarang terletak di Yunani. Kaisar Byzantium Yohanes V menghapus nama
anaknya, Andronicus, dari daftar ahli waris takhta Byzantium karena membuat
kesepakatan dengan Savci (putra Sultan Murad I) yang memberontak kepada
ayahnya. Sultan Murad I mengirim pasukan hingga Savci dapat dibunuh, lalu
menyurati Kaisar Byzantium yang—atas peran Sultan—juga berhasil membunuh
Andronikus.
Pertempuran Maritsa |
Perang kosovo
Serbia ingin memanfaatkan kesibukan
Dinasti Utsmani yang tengah memerangi Ala’uddin di Anatolia. Setelah pasukan
Serbia berhasil mencatatkan sejumlah kemenangan di selatan Serbia, Raja
Bulgaria Sisman mulai berani menyerang jantung Dinasti Utsmani. Tapi, pasukan
Utsmani dapat memukul mundur musuh. Sisman lari ke utara, ke kota Nicopolis,
sebelah utara Bulgaria, menghimpun sisa-sisa pasukan untuk kembali menyerang.
Tapi, mereka dapat ditumpas habis oleh pasukan Utsmani. Sigismund ditawan. Sigismund diperlakukan baik oleh Sultan dan dibiarkan memimpin separuh negerinya,
sementara separuh lainnya digabungkan ke wilayah Utsmani. Saat mengetahui apa
yang terjadi pada Sisman, Raja Serbia dan pasukannya memutuskan bergerak ke
arah barat. Mereka dicegat pasukan Utsmani. Perang pun meletus di dataran
rendah Kosovo (provinsi yang sekarang memerdekakan diri dari Yugoslavia dan
dihuni mayoritas muslim Albania). Perang berjalan seimbang hingga ipar Raja
Lazar bersama 10.000 pasukan Serbia membelot dan masuk ke barisan muslim. Raja
Lazar kalah dan dibunuh akibat kekejian dan kekejamannya terhadap para tawanan
muslim.
pertempuran kosovo |
Saat
Sultan Murad I mengecek korban tewas pasukan Serbia, seorang prajurit Serbia
tiba-tiba berdiri dari tumpukan mayat segera berlari menuju Sultan Namun
pengawal Sultan segera menangkapnya. Si Serbia berkilah dan berpura-pura ingin
berbicara dengan Sultan secara langsung dan akan menyatakan diri masuk Islam
dihadapannya. Mendengar alasan demikian, Sultan mengisyaratkan agar pengawal
itu melepasnya. Situasi ini dimanfaatkan si Serbia, dan langsung menombak
Sultan hingga tewas. Seketika itu juga, prajurit Serbia ini dibunuh pasukan
Sultan.Di antara peristiwa yang penting disebutkan dalam peperangan ini adalah
doa Sultan Murad I pada malam sebelum peperangan meletus. “Tuhanku, sungguh, dengan kemuliaan dan keagungan-Mu, aku bersumpah
bahwa dari jihadku ini aku tidak menginginkan kekayaan dunia yang fana, tapi
aku hanya menginginkan rida-Mu. Tidak ada yang lain. Tuhanku, Engkau telah
memuliakanku dengan menunjukkan jalan kepadaku menuju jihad di jalan-Mu. Jadi,
tambahkanlah kemuliaan kepadaku dengan kematian di jalan-Mu.”
Murad I
telah mewariskan sebuah kekuasaan yang demikian besar dari bapaknya. Luasnya
mencapai 95.000 km persegi. Pada saat syahidnya anaknya, Bayazid, menerima
kekuasaan darinya setelah luas wilayahnya mencapai 500.000 km persegi. Itu
berarti bahwa selama kekuasaannya yang berlangsung selama dua puluh sembilan
tahun, dia telah berhasil memperluas lima kali lipat peninggalan ayahnya,
Orkhan.
penaklukan Sultan Murad I |
Beyazid
I ( 1360 -1403)
Setelah syahidnya Sultan Murad I,
Bayezid menggantikannya. Dia dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani,
cerdas, murah hati, dan demikian ambisi untuk melakukan ekspansi memperluas
wilayah Islam. Oleh karena itulah dia menaruh perhatian besar pada masalah
kemiliteran dan berencana menaklukkan negara-negara Kristen di Anatolia. Hanya dalam
jangka waktu setahun, negara-negara itu telah berada di bawah kekuasaan
pemerintahan Utsmani. Dalam geraknya Bayezid I digambarkan laksana kilat di
antara dua front Balkan dan Anatolia. Oleh karena itu, dia diberi gelar
"Sang Kilat" (bahasa Turki:
Yıldırım).
Pertama kali yang ia lakukan sejak
memangku jabatan sultan adalah segera melakukan hubungan bilateral dengan Kekaisaran Serbia. Padahal
pihak Serbia dahulu merupakan sponsor utama terjadinya koalisi pasukan Salib
Balkan melawan pemerintahan Utsmani. Bayezid bermaksud dengan dibangunnya
hubungan bilateral ini, Serbia menjadi tameng antara kekuasaan Utsmani dengan Kerajaan Hongaria. Dia
berkepentingan untuk membentuk aliansi militer yang bebas dan aktif. Tujuannya
adalah menaklukkan kerajaan-kerajaan Seljuk-Turki di Asia Kecil. Oleh sebab
itulah, dia sepakat Serbia diperintah oleh Stefan
Lazarević, Anak dari Pangeran
Lazar yang sebelumnya telah terbunuh dalam Pertempuran Kosovo.
Dia mewajibkan Stefan untuk menjadi penguasa Serbia dan memerintah sesuai
dengan hukum, tradisi, dan adat yang berlaku di Serbia. Bayezid juga
mensyaratkan untuk menyatakan loyalitasnya dengan cara membayar upeti dan
mengirimkan tentara yang ikut dalam satu kelompok khusus bagi mereka dalam
setiap peperangan yang dipimpinnya. Bahkan Bayazid sendiri menikah dengan puteri
Pangeran
Lazar yang bernama Olivera
Lazarević.
Pertempuran pertempuran sultan
beyazid I,yaitu:
A. Penaklukan
bulgaria (1393)
Setelah terjadinya kesepakatan dengan
Serbia, Sultan Bayezid I segera melakukan serangan dahsyat pada tahun 1393 ke Bulgaria.
Dia mampu menguasai wilayah itu dan mampu menundukkan rakyatnya. Dengan
demikian, maka Bulgaria kehilangan kedaulatan politiknya. Kejatuhan Bulgaria ke
tangan pemerintahan Utsmani menimbulkan gaung keras di Eropa dan telah menebarkan
kekhawatiran dan rasa takut di seluruh pelosok Eropa. Maka bergeraklah pasukan
Salib Kristen untuk menumpas hegemoni pemerintahan Utsmani di Balkan.
B. Pertempuran Nikopolis
sigismond,
Raja Hongaria,
bersama dengan Paus
Bonifasius IX melakukan gerakan aliansi negara-negara Kristen
Eropa-Salibis untuk melawan pemerintahan Utsmani. Ini merupakan gabungan
kekuatan terbesar yang dihadapi pemerintahan Utsmani pada abad ke-14 dalam hal
jumlah negara yang bergabung di dalamnya, lengkap dengan dukungan logistik
senjata, dan bala tentara. Jumlah keseluruhan tentara Salib saat itu adalah
120.000 pasukan dari berbagai negara (Kekaisaran
Romawi Suci, Perancis,
Hongaria,
Wallachia, Ksatria
Hospitaller, Venesia,
Genova, dan Bulgaria).Banyak
pembesar Perancis yang tertawan dalam peperangan ini. Di antaranya adalah Graf
Nevers. Sultan Bayazid menerima tebusannya dan dia dibebaskan dari tawanan.
Sultan sendiri menegaskan agar dia bersumpah untuk tidak kembali berperang
melawan dirinya. Sultan berkata padanya:Saya membolehkanmu tidak menaati sumpah
ini; engkau boleh saja untuk kembali berperang melawan saya. Sebab tidak ada
satu hal pun yang saya lebih senangi daripada memerangi semua orang Kristen
Eropa dan saya menang atas mereka.”.Sedangkan Raja Hongaria yang telah
kerasukan rasa bangga saat melihat jumlah pasukannya yang demikian banyak dan
telah mengatakan, "Andaikan langit runtuh, maka akan kami tangkap dia
dengan kekuatan pasukan kami." Dia sendiri lari lintang pukang bersama
dengan komandan pasukan kavaleri Rhodesia. Tatkala sampai di Laut Hitam, keduanya
bertemu dengan 1 armada Kristen, maka melompatlah keduanya pada salah satu
kapal dan segera melarikan diri tanpa menoleh ke belakang. Kekalahan Hongaria
dalam Pertempuran
Nikopolis menjadikan posisi Hongaria terpuruk di mata masyarakat
Eropa dan wibawanya langsung melorot.Kemenangan ini memiliki dampak yang sangat
kuat bagi Beyazid dan masyarakat Islam. Maka Bayazid segera mengirimkan surat
pada para penguasa Islam di wilayah Timur dan memberikan kabar gembira pada
mereka tentang kemenangan yang demikian gemilang atas pasukan Salib Kristen.
Bersama para utusan, dikirimkan pula beberapa tawanan perang laki-laki kepada
para penguasa Islam sebagai hadiah dari seorang yang menang perang dan sebagai
indikasi material atas kemenangan yang telah dicapainya. Sedangkan Bayezid
sendiri mengangkat dirinya sebagai sultan Romawi, sebagai bukti bahwa dia telah
mewarisi pemerintahan Seljuk dan telah menguasai Anatolia. Ia juga mengirimkan
utusan pada Al-Mutawakkil
I, khalifah
Bani Abbasiyah yang saat
itu berada di Kairo,
untuk mengokohkan gelar ini hingga dia bisa menggunakan gelar ini dalam
kesultanannya yang telah dia usahakan bersama para pendahulunya. Dengan adanya
pengesahan ini maka dia memiliki legalitas dan akan semakin kuat wibawa dan
posisinya di dunia Islam. Barquq ,Sultan Mamluk yang melindungi
Khalifah Bani Abbasiyah menerima permintaan ini. Dia melihat bahwa Bayezid
adalah sekutu satu-satunya dalam usaha mencegah kekuatan Timur Lenk yang sedang
mengancam kekuasaan pemerintahan Mamluk (yang berpusat di Mesir) dan Utsmani.
C. Pengepungan konstantinopel
Sebelum Pertempuran Nikopolis,
Bayazid mampu menekan Kekaisaran
Byzantium dan memerintahkan pada Kaisar Manuel
II untuk memilih qadi
di Konstantinopel
yang bertugas memutuskan perkara yang terjadi antara kaum Muslim. Bayezid terus
mengepung ibu kota Byzantium, hingga akhirnya kaisar menerima pembentukan
mahkamah Islam, pembangunan masjid, pembangunan 700 rumah khusus untuk kaum
Muslimin di dalam kota. Sebagaimana ia juga menyerahkan separuh desa Ghalthah
yang menjadi tameng Utsmani karena di dalamnya ada 6.000 tentara. Upeti yang
harus diserahkan oleh Byzantium juga dinaikkan. Kas negara pemerintahan Utsmani
mewajibkan untuk menyetorkan kurma,
dan sayur-sayuran yang berada
di luar kota. Setelah mengalami kemenangan yang
gemilang dalam Pertempuran Nikopolis, pemerintahan Utsmani mampu mengokohkan
kakinya di Balkan di mana rasa takut dan khawatir telah merebak pada rakyat
Balkan. Sedangkan Bulgaria tunduk di bawah pemerintahan Utsmani. Sementara itu
tentara Utsmani terus melakukan pengawasan kemerosotan Kristen dan kemurtadan
mereka. Sultan Bayezid menjatuhkan sanksi pada pembesar-pembesar Moreas, yang
telah dengan sengaja memberikan bantuan militer pada aliansi Salibis sebagai
sanksi terhadap kaisar Byzantium, atas sikapnya yang menyatakan permusuhan
tatkala Bayezid memintanya menyerahkan Konstantinopel. Setelah itu, Kaisar
Manuel II meminta bantuan pada beberapa pemerintahan di Eropa, namun tidak ada
respon positif yang dia terima. Penaklukkan Konstantinopel menjadi
target utama dalam program jihad Sultan Bayezid I. Oleh sebab itulah, dia
bergerak sendiri memimpin pasukan Utsmani dan melakukan pengepungan ibu kota
Byzantium yang demikian rapi dan melakukan tekanan yang keras. Pengepungan ini
berlangsung sedemikian rapi, hingga membuat kota itu hampir menemui
keruntuhannya. Tatkala Eropa menunggu hari-hari kejatuhan ibukota Byzantium,
tiba-tiba Sultan memalingkan perhatiannya dari penaklukkan kota Konstantinopel,
karena munculnya bahaya baru yang mengancam pemerintahan Utsmani, yaitu
serangan dari Tamerlane
(Timur Lenk).
Serangan timurlenk
Ada beberapa sebab yang menimbulkan
bentrokan antara Timurlenk
dan Bayezid I, yakni:
·
Para petinggi di Irak yang negerinya kini
dikuasai Emir Timur
meminta perlindungan pada Bayezid, sebagaimana para penguasa di Asia Kecil
meminta perlindungan pada Tamerlane. Akibatnya, pada kedua sisi pihak yang
meminta perlindungan ini selalu mendorong terjadinya perang melawan pihak yang
lain.
·
Provokasi-provokasi Kristen terhadap
Tamerlane untuk menumpas Bayezid.
· Adanya surat-surat yang membakar dari kedua
belah pihak. Dalam salah satu surat yang dikirim Tamerlane pada Bayazid, dia
menyatakan penghinaan yang sangat pedas tatkala dia menyebutkan secara implisit
tentang ketidakjelasan asal usul garis keturunannya. Dia menawarkan pengampunan
atasnya, karena dia telah menganggap Utsmaniyah telah banyak membaktikan diri
untuk kepentingan Islam. Dia mengakhiri suratnya – sebagai pimpinan Turki –
dengan mengecilkan posisi Bayazid yang telah menerima tantangan dan yang dengan
terang-terangan mengatakan bahwa dia akan melawan Tamerlane yang akan merampas
kesultanannya.
·
Kedua pemimpin ini sama-sama berusaha untuk
meluaskan wilayah kekuasaannya.
Tamerlane
bersama-sama balatentaranya bergerak dan dia mampu menguasai Sivas
dan menekuk lututkan bala
tentara Utsmani di tempat itu yang dipimpin oleh Ertuğrul bin Bayezid. Kedua pasukan bertemu dekat Angora
(kini Ankara) pada tahun 1402. Kekuatan tentara Bayezid mencapai 120.000 jiwa,
sedangkan Tamerlane bergerak dengan kekuatan pasukan
yang demikian banyak pada tanggal 20 Juli 1402. pada peperangan ini
orang-orang Mongol berhasil mengalahkan tentara Utsmani dan Bayezid sendiri
jatuh sebagai tawanan. Dia berada di dalam tahanan itu hingga meninggal setahun
setelah itu.
timurlenk vs bayazid I |
Kekalahan ini disebabkan oleh
ketergesa-gesaan Bayezid, sehingga dia tidak memilih tempat dengan cara yang
sebaik-baiknya bersama-sama dengan tentaranya. Padahal jumlah tentaranya tidak
kurang dari 120.000 orang, sedangkan tentara Tamerlane berjumlah tidak kurang
dari 800.000 tentara. Banyak tentara Bayezid yang meninggal kehausan karena
kekurangan air. Waktu itu adalah musim panas yang demikian gersang. Hampir saja
kedua pasukan itu bertemu di Angora, hingga akhirnya tentara Tartar yang berada
di barisan Bayezid dan tentara-tentara yang berasal dari negara-negara Asia
yang berhasil ditaklukkan dalam masa beberapa waktu yang lalu juga melarikan
diri dan bergabung dengan pasukan Tamerlane.
Perang saudara
Pemerintahan Utsmani mengalami
ancaman internal, setelah munculnya perang saudara antara anak-anak Bayazid dalam
memperebutkan tahta kekuasaan. Peperangan ini berlangsung selama sepuluh tahun
(1403-1413 M)
Bayazid memiliki lima orang anak
laki-laki, yang semuanya ikut dalam setiap pertempuran. Sedangkan anaknya yang
bernama Musthafa, telah diperkirakan terbunuh dalam peperangan. Musa, anaknya
yang lain, telah ditawan bersama ayahnya. Sedangkan tiga anaknya yang tersisa
berhasil selamat dalam pelarian. Anak terbesarnya bernama Sulaiman, telah
melarikan diri ke Adrianople. Disanalah dia mendeklarasikan dirinya sebagai
sultan. Sedangkan Isa pergi ke Bursa dan mengumumkan pada rakyatnya bahwa
dirinyalah pengganti ayahnya. Adapun Muhammad – anak bungsunya – dengan
beberapa tentara, menarik diri ke Amasia di timur laut Asia Kecil. Meletuslah
pertempuran antara tiga saudara, memperebutkan negeri yang tercabik sedangkan
musuh sedang menunggu dan menonton mereka dari semua penjuru. Maka Timurlenk
melepaskan pangeran Musa dari tawanannya, untuk menambah sumbu api fitnah, dan
menambah bahaya yang muncul dalam keluarga itu. Kemudian dia memanas-manasi
mereka untuk bertempur dan saling menyerang antara satu dengan yang
lain.Setelah satu tahun, Timurlenk dan bala tentaranya meninggalkan negeri itu
yang berada dalam kondisi hancur berantakan sarat anarki .
Fase ini merupakan uji coba dalam
sejarah pemerintahan Utsmani, yang hasilnya akan dipetik tatkala penaklukkan
Kota Konstantinople. Sunnah Allah selalu saja tidak akan memenangkan satu umat,
kecuali setelah mereka melalui fase uji coba yang berat dan beragam atau
setelah diuji dengan berbagai peristiwa, sehingga Allah akan membedakan mana
yang baik dan mana yang jelek. Sunnah ini juga berlaku bagi kaum Islam tanpa
kecuali. Allah telah berkehendak untuk menguji kaum Mukminin, agar bisa
tersaring keimanan mereka, setelah itu, baru mereka bisa berjaya di muka bumi.
Pemerintahan Utsmani tetap kokoh bertahan, walaupun dilanda konflik internal,
hingga akhirnya Muhammad I berhasil baik kekuasaan secara tunggal pada tahun
1413 M. Ia mampu menghimpun kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya lepas dari
kekuasaan pemerintahan Utsmani. Sesungguhnya kesadaran pemerintahan dari
setelah terjadinya tragedi di Ankara, adalah karena kesadaran untuk kembali
pada manhaj Rabbani, sehingga pemerintahan Utsmani kembali menjadi satu umat
yang terpandang dari sisi akidah, agama, perilaku, dan jihad. Dengan karunia
Allah, pemerintahan Utsmani mampu menjaga semangat religi mereka dan akhlak
yang karimah.
5) . SULTAN MUHAMMAD I
(1379 - 1421)
Sultan Muhammad I
dilahirkan pada tahun 1379 M / 781 H.1
Dia menjadi penguasa sepeninggal ayahnya, Bayazid I. Dalam sejarah, dia dikenal
sebagai Muhammad Jalabi. Dia bertubuh tinggi sedang, wajah bundar, kedua alisnya
bersatu, berkulit putih, kedua pipinya merah, berdada bidang, memiliki tubuh
yang kuat dan sangat dinamis. Muhammad adalah sosok sangat pemberani, dia
seorang pegulat yang kuat dan mampu menarik busur anak panah yang kuat
sekalipun. Pada saat memerintah, dia ikut terjun dalam 24 peperangan dan
badannya terluka sebanyak 40 kali.
Muhammad I mampu meredam perang saudara berkat kemampuannya
dan kecerdikan yang Allah karuniakan padanya serta pandangannya yang sedemikian
jauh. Dengan demikian, dia mampu mengalahkan saudara-saudaranya satu per satu
hingga akhirnya kekuasaan berada ditangannya. Dalam masa pemerintahannya yang
berlangsung selama delapan tahun, dia mampu membangun kembali pemerintahan
Utsmani dan mengokohkan sendi-sendinya.3
Sebagian sejarawan menganggap, bahwa dia adalah “pendiri kedua” pemerintahan
Utsmani.Yang sangat berkesan dari apa yang dilakukan Sultan Muhammad I adalah
bahwa dia mampu menggabungkan antara tekad yang kuat dengan kesabaran dalam
menghadapi tekanan dari pihak-pihak yang melakukan perlawanan terhadap
pemerintahan Utsmani. Tatkala melakukan penyerbuan ke negeri pemimpin Karman
yang sebelumnya telah menyatakan merdeka, dia memberinya ampunan setelah
bersumpah dengan menggunakan Al-Qur'an bahwa dirinya tidak akan melakukan
pengkhianatan kembali pada pemerintahan Utsmani. Kemudian dia memberinya
ampunan kedua kali tatkala dia mengingkari janji untuk kedua kalinya.Siasat
demikian dia lakukan, dalam rangka mengembalikan pembangunan kembali
pemerintahan Utsmani dan untuk konsolidasi internal. Oleh karenanya, dia
melakukan kesepakatan dengan kaisar Byzantium dan mengajaknya bersekutu. Dia
pun mengembalikan beberapa kota yang berada di tepi pantai Laut Hitam dan
Thessalie padanya. Selain itu, dia melakukan perjanjian damai dengan
pemerintahan Venezia setelah kekalahan pasukan lautnya dihadapan Clitopoli. Dia
mampu meredam semua fitnah dan pemberontakan yang timbul di Asia dan di Eropa
dan dia mampu menaklukkan beberapa negeri Asia yang dibangkitkan oleh Timurlenk
dan negeri-negeri ini tunduk dibawah pemerintahannya.
Pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad I ini, muncul seorang ulama bernama Badruddin
yang memiliki sifat seorang ulama Islam. Dia berada di barisan tentara Musa,
saudaranya Sultan, dan menduduki jabatan sebagai hakim militer, satu kedudukan
paling tinggi dimasa pemerintahan Utsmani waktu itu. Hakim ini telah berada
dibawah pengaruh Musa bin Yazid. Pengarang buku Al-Syaqaiq Al-Nu'maniyah mengatakan, “Syaikh Badruddin Mahmud bin
Israil yang lebih terkenal dengan Bin Qadhi Simawanah, dilahirkan di Simawanah
salah satu desa yang berada di Adrianople Romawi yang berada di Eropa yang
masuk wilayah Turki. Ayahnya adalah seorang hakim yang bertugas disana dan
sekaligus sebagai komandan pasukan muslimin ditempat itu. Dia berhasil
menaklukkan benteng pada masa pemerintahan Sultan Khudawandakar (Murad I),
salah seorang sultan Bani Utsman. Dia seorang yang hafal Al-Qur'an dan belajar
Al-Qur'an pada Al-Mawla yang lebih dikenal dengan Asy-Syahidi. Begitu pula, dia
belajar ilmu Sharraf dan Nahwu pada Maula Yusuf. Kemudian dia melakukan
perjalanan ke Mesir. Disana dia belajar pada Sayyid Asy-Syarif Al-Jurjani dan
Mawlana Mubarak Syah Al-Manthiqi di Kairo. Kemudian dia menunaikan ibadah haji
bersama-sama dengan Mubarak Syah. Di Mekkah dia belajar pada Syaikh Az-Zay'ali
Kemudian dia kembali ke Mesir dan bersama-sama Sayyid Al-Jurjani kembali pada
Syaikh Akmauluddin Al-Bayaburi. Sedangkan pada Syaikh Badruddin ini, turut
belajar pula Sultan Faraj bin Sultan Barquq, raja Mamluk Mesir saat itu.
Setelah itu dia mencapai satu tarikan ilahi yang demikian kuat. Kemudian dia
tinggal bersama dengan Syaikh Said Al-Akhlathi yang saat itu tinggal di Mesir.
Maka jadilah dia salah seorang muridnya. Syaikh Akhlathi mengirimnya ke Tibris
untuk berguru ilmu Tasawuf. Dikisahkan bahwa tatkala Timurlenk datang ke
Tibriz, Badruddin menerima uang dalam jumlah yang sangat besar dari Timurlenk.
Kemudian dia melanjutkan perjalanannya ke Mesir, lalu ke Aleppo , kemudian
Konya serta Tibrah salah satu kota di wilayah Romawi. Saat itu dia mendapat
undangan dari kepala pemerintahan Pulau Saqaz yang beragama Kristen, yang
kemudian masuk Islam dibawah pimpinan Syaikh. Tatkala Musa – salah satu anaknya
Utsman – menjadi sultan, dia diangkat sebagai hakim militer. Kemudian saudara
Musa yang bernama Muhammad, membunuh Musa dan memenjarakan Syaikh bersama
keluarganya disebuah tempat bernama Azniq.Di Azniq – salah satu kota di Turki
–, Syaikh Badruddin Mahmud Israil mulai mengajak orang pada mazhabnya yang
menyimpang dan merusak. Dia menyerukan pada penyamarataan dalam harta,
kebutuhan, dan penyamaan agama. Dia tidak membedakan antara kaum muslim dan
non-muslim dalam masalah akidah. Dalam pandangannya, manusia itu adalsh
bersaudara walaupun berbeda akidah dan agamanya. Dia mengajak pada ajaran
Fremansory Yahudi. Banyak orang-orang bodoh dan orang-orang yang memiliki
ambisi rendahan, bergabung dengan apa yang dia serukan. Kini Badruddin sang
perusak itu memiliki murid-murid yang mengajak dan mempropagandakan ajaran yang
ia serukan. Salah seorang muridnya yang sangat terkenal adalah Qalijah
Musthafa, sedangkan satunya yang diduga sebagai keturunan Yahudi bernama Thurah
Kamal. Orang-orang Yahudi sejak masa Rasulullah SAW hingga kini selalu berada
di belakang konspirasi untuk menjatuhkan umat. Aliran sesat ini menyebar dan
memiliki banyak pengikut. Maka Sultan Muhammad Jalabi segera menyatakan perang
terhadap aliran sesat ini. Dia mengirim salah seorang komandan pasukannya
dengan jumlah pasukan yang besar. Sayangnya komandan Sisman itu terbunuh oleh
tangan pengkhianat Pir Qalijah. Tentaranya kalah. Mendengar kekalahan itu,
Sultan segera mempersiapkan pasukan baru yang dipimpin oleh perdana menterinya,
Bayazid Pasya. Bayazid Pasya segera menggempur Pir Qalijah dan berhasil
memenangkan peperangan di Qarah Buruno. Setelah kemenangannya itu, maka
diberlakukan hukuaman atas orang Pir Qalijah Mushtafa, Sedangkan Syaikh
Badruddin, terus berada dalam kesesatannya dan menyangka bahwa dia akan
menguasai negeri itu, mengingat kondisi negeri yang tidak stabil dan
porak-poranda akibat serangan dari berbagai sisi. Syaikh Badruddin mengatakan,
“Saya akan melakukan revolusi untuk menguasai seluruh bumi. Dalam keyakinan
saya ada isyarat gaib, bahwa saya akan membagi dunia ini diantara murid-muridku
dengan kekuatan ilmu dan rahasia tauhid. Saya akan menghancurkan semua
hukum-hukum yang batil dan ahli taklid dan mazhab mereka. Dan saya akan
menghalalkan – setelah perluasan kekuasaanku – sebagian hal yang diharamkan.”
Amir Aflaq di Rumania, mem- back up penyeleweng
ahli bid'ah dan zindiq ini secara materi dan militer. Sementara itu, Sultan
Muhammad Jalibi selalu melakukan pengawasan ketat terhadap gerakan ini dan
selalu menyempitkan gerakan mereka. Hingga akhirnya, Badruddin terpaksa
melarikan diri dengan menyeberangi Dulai Orman yang kini merupakan wilayah
Bulgaria.Syaikh Syafruddin mengatakan, tentang mengapa Syaikh Badruddin melarikan
diri ke Dulai Orman, “Sesungguhnya wilayah ini dan wilayah-wilayah yang
mengitarinya adalah sarang aliran kebatinan. Wilayah ini adalah wilayah pusat
pemberontakan Papa Ishaq yang berusaha memberontak pada pemerintahan Utsmani di
abad ke tujuh hijriah. Kepergian Syaikh ini ketempat tersebut dan bergabungnya
demikian banyak pengikutnya, merupakan petunjuk yang nyata bahwa dia sengaja
memilih tempat ini secara khusus.Di Dulai Orman ini, mulailah bantuan
berdatangan pada Syaikh sehingga wilayah pemberontakan semakin meluas melawan
sultan Utsmani, Muhammad I. Pasukan yang melawan Islam yang benar ini berjumlah
sekitar tujuh hingga delapan ribu orangSultan Muhammad I mengawasi masalah ini
dengan penuh cermat dan kesadaran yang demikian tinggi. Dia sama sekali tidak
pernah lalai terhadap apa yang dilakukan pemberontak. Sultan sendiri terjun
memimpin perang melawan Syaikh Badruddin. Tentara yang dipimpin sultan ini
merupakan tentara paling besar yang datang ke Dulai Orman. Sultan Muhammad
menjadikan Siruz salah satu wilayah yang kini masuk dalam kekuasaan Yunani,
sebagai pusat kendalinya. Sultan mengirim pasukannya dan akhirnya pemberontak
berhasil dihancurkan. Badruddin sang pemberontak sendiri mundur dari wilayah
itu untuk menghindari sultanMata-mata Sultan Muhammad mampu mengacak-acak
barisan kaum pemberontak dan melakukan tipu daya yang jitu, sehingga pada
akhirnya dengan kecerdikan dan kelihaian mereka, Badruddin tertangkap sebagai
tawanan perang.Tatkala Sultan Muhammad I bertemu muka dengan Badruddin, dia
berkata, “Kenapa saya lihat wajahmu menguning”Badruddin menjawab, “Sesungguhnya
matahari, tuanku, menguning saat akan tenggelam.”Beberapa ulama dari kalangan
pemerintahan Utsmani melakukan debat terbuka dengan Badruddin, kemudian
dijatuhkan padanya mahkamah syariah. Dan dikeluarkan putusan hukuman pancung
Sultan Muhammad I sangat menyukai
syair, adab, dan seni. Disebutkan bahwa dia adalah sultan Utsmani yang pertama
yang mengirimkan hadiah tahunan pada penguasa Mekkah, yang lebih dikenal dengan
sebutan pundi uang. Uang itu dia kirimkan untuk dibagikan pada orang-orang
fakir di Mekkah dan Madinah.Rakyat sangat senang terhadap Sultan Muhammad I.
Mereka menggelarinya dengan sebutan “Pahlawan”. Gelar itu diberikan berkat
aktivitasnya yang demikian banyak dan keberaniannya. Sebagaimana
tindakan-tindakan yang mulia, kejeniusannya yang demikian baik dalam memimpin
pemerintahan Utsmani sehingga terciptanya keamanan, sebagaimana juga sikapnya
yang baik dan lembut serta kecerdikannya dan rasa cintanya pada keadilan dan
kebenaran telah membuat rakyat mencintainya. Rasa cinta dan kagum inilah yang
membuat mereka memberinya gelar “jalabi”. Satu gelar yang memiliki makna
kehormatan, dimana didalamnya terkandung makna keberanian dan ksatria. Memang
banyak dari sultan Utsmani yang memiliki kemasyuran lebih darinya. Namun
demikian, dia bisa dianggap sebagai sultan Utsmani yang paling baik. Para
sejarawan Timur dan Yunani mengakui, jiwanya memiliki kemanusiaan yang tinggi.
Sementara itu, para sejarawan Utsmani menganggapnya laksana seorang kapten
cekatan yang mampu mengendalikan kapal pemerintahan Utsmani tatkala dia berada
dalam ancaman topan serangan orang-orang Tartar dan perang internal.
Setelah mengerahkan semua daya upaya dalam usaha
melenyapkan bekas-bekas fitnah yang menimpa pemerintahan Utsmani, serta usaha
untuk mulai mengkonsolidasi internal yang menjamin tidak munculnya kembali
pertikaian dimasa depan, dan tatkala dia sibuk dalam usaha-usahanya ini dia
merasa bahwa ajalnya telah menjelang. Dia pun memanggil Bayazid Pasya dan
berkata padanya, “Saya telah menentukan anakku, Murad, sebagai penggantiku.
Maka taatilah dia dan berlaku jujurlah dengannya, sebagaimana hal itu kau
lakukan terhadapku. Saya inginkan kalian mendatangkan Murad padaku saat ini
juga, sebab saya tidak bisa berdiri dari pembaringanku ini. Jika takdir Allah
telah lebih awal menjemputku sebelum kedatangannya, maka janganlah kalian
mengumumkan kematianku hingga dia datang.
Dia meninggal pada tahun 1421 M (824
H) dikota Urnah pada saat berumur 43 tahun.Karena khawatir akan munculnya
hal-hal yang tidak terpuji andaikata kematian Sultan Muhammad diketahui, maka
perdana menterinya yang bernama Ibrahim dan Bayazid sepakat merahasiakan
kematian sultan hingga anaknya, Murad II tiba. Dimana keduanya mengabarkan,
bahwa sultan sedang sakit. Setelah anaknya tiba setelah 41 hari, dia pun
mengambil pucuk pimpinan.Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat menyenangi
ilmu kedamaian dan ilmu pengetahuan. Ia demikian mencintai para fukaha. Oleh
sebab itulah, dia memerintahkan pusat pemerintahan dari Adrianople ke Bursa
yang sering disebut sebagai “ kota para fukaha”. Dia dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak yang
mulia, keinginan yang demikian kuat, kesabaran yang tiada tanding, dan
kebijakan politis yang indah dalam memperlakukan musuh dan lawannya.
6. SULTAN MURAD
II (1421-1452)
Murad II (Juni 1404,
Amasya
– 3 Februari 1451, Edirne) (bahasa Turki
Utsmani: مراد ثانى Murād-ı
sānī, bahasa Turki:II. Murat) adalah Sultan Turki Utsmani dari 1421 hingga 1451 (kecuali dari masa
antara 1444 hingga 1446).Pemerintahan Murad
II ditandai dengan peperangan panjang melawan orang Kristen dari Balkan dan keemiran
Turki di Anatolia, konflik yang
berlangsung selama 25 tahun. Ia besar di Amasya,
dan naik tahta setelah kematian ayahandanya.
saat dipanggil dari
kerajamudaannya di Asia Kecil
untuk menjadi penguasa Kesultanan utsmani, baru berusia 18. Dengan
sungguh-sungguh ia diakui sebagai sultan,
bersiap dengan pedang Osman di Bursa serta pasukan dan perwira negara yang
menghormatinya sebagai penguasa. Namun dengan cepat pemerintahannya
berhadapan dengan rongrongan. Kaisar Byzantium,
membebaskan sang penuntut kekuasaan Mustafa
Çelebi (dikenal sebagai Düzmece Mustafa) dari penjara dan mengakuinya
sebagai pewaris sah tahta Bayezid I
(1389- 1402). Kaisar
Byzantium, Manuel II,
pertama kali menjamin ketentuan, bahwa Mustafa harus, membalas budinya kelak
dengan memberikan sejumlah kota penting jika berhasil merebut tahta. Penuntut
itu didaratkan oleh perahu Byzantium di dominion sultan yang ada di Eropa dan
selama beberapa waktu membuat kemajuan pesat. Banyak pasukan Turki bergabung
dengannya, ia mengalahkan dan membunuh veteran jenderal Beyazid Pasha
yang telah dikirim Murad untuk memeranginya. Mustafa mengalahkan pasukan Murad
dan menyatakan diri sebagai Sultan Adrianopel (Edirne modern). Lalu ia
menyeberangi Dardanella
ke Asia dengan banyak pasukan; namun sultan yang muda itu menunjukkan dalam
keadaan darurat ia masih memiliki nilai kemampuan militer dan politik dari
nenek moyangnya. Mustafa diakali di tengah medan dan pasukannya, yang percaya
padanya dan menyebabkannya kalah karena kekerasan dan ketakmampuannya, jauh
lebih banyak daripada pasukan Murad II. Mustafa mengungsi ke kota Gallipoli namun sang
sultan, yang dibantu oleh komandan asal Genoa bernama Adorno,
mengepungnya di sana dan menggempur tempat itu. Mustafa dibawa dan dihukum mati
oleh sultan yang saat itu memalingkan wajahnya terhadap kaisar Yunani dan
mendeklarasikan resolusinya untuk menghukum Palaiologos atas kebencian
mereka dengan pencaplokan Konstantinopel.Kendati
demikian, tak menyurutkan langkah Kaisar Manuel II yang terus melanjutkan
rencananya dengan memberi perlindungan pada saudara kandung Murad II. Bukan
hanya itu, saudara kandung Murad II diberi kepercayaan untuk memimpin pasukan
yang menguasai kota Nicaea di Anatolia. Murad II segera berangkat ke dua tempat
tersebut, dan berhasil memaksa musuhnya untuk menyerah dan setelah itu
dibunuh.Oleh karena tindakan kaisar Byzantium yang terus merongrong stabilitas
wilayah Utsmani, Sultan Murad II dengan tekad bulat berusaha untuk memberikan
pelajaran langsung padanya. Untuk itu dia menyerbu Slonika dengan kekuatan
besar pada bulan Maret tahun 1431 M. Sejak itu, jadilah Slonika sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari pemerintahan Utsmani.Murad II kemudian membentuk
pasukan baru bernama Azeb
pada 1421 dan berbaris melewati
Kekaisaran
Byzantium, mengepung ibukotanya Konstantinopel. Saat Murad
mengepung kota itu, Byzantium,
yang bersekutu dengan beberapa negara Anatolia Turki merdeka, membuat
adinda sultan (Mustafa, yang baru berusia
13) untuk memberontak terhadap sultan dan mengepung Bursa. Murad harus
meninggalkan pengepungan Konstantinopel untuk berurusan dengan pemberontakan
adiknya. Ia menangkap Pangeran Mustafa dan menghukumnya mati. Negara-negara
Anatolia yang telah berencana melawannya — Aydın,
Germian,
Menteshe
dan Teke
dianeksasi dan kemudian menjadi bagian Kesultanan Utsmani. .Sultan
Murad II juga melakukan pukulan yang demikian hebat terhadap kaum pemberontak
di wilayah Balkan. Dia berusaha untuk menguatkan cengkeraman kekuasaan
pemerintahan Utsmani di wilayah itu. Tentara Utsmani kemudian beranjak menuju
wilayah utara, untuk menaklukkan wallachia dan mewajibkan padanya untuk membaya
upeti tahunan. Raja Serbia yang baru bernama Stephen Lazarevitch, terpaksa
harus tunduk pada pemerintahan Utsmani dan rela dibawah pemerintahannya serta
harus memperbaharui loyalitasnya kepada sultan. Setelah itu, pasukan Utsmani
bergerak ke arah selatan dimana disana telah menanti bantuan yang menguatkan
pemerintahan Utsmani di negeri Yunani.
Tentara Utsmani mampu menaklukkan Albania pada
tahun 1431 M. Mereka mengonsentrasikan serangannya pada bagian selatan negeri
itu. Sedangkan di dua bagian utara Albania , tentara Utsmani harus mengalami peperangan
yang demikian getir. Dimana orang-orang yang berada di wilayah utara Albania,
mampu memukul mundur dua pasukan Utsmani di Pegunungan Albania. Sebagaimana
halnya tentara Utsmani juga mengalami kekalahan dalam dua kali serangan
beruntun yang dipimpin sultan sendiri. Tentara Utsmani mengalami kerugian yang
demikian besar, saat mereka menarik pasukannya dari wilayah itu. Pada saat
terjadi peperangan antara Turki Utsmani dengan Albania, negara-negara Kristen
merupakan pendukung yang berada dibalik tentara Albania. Dukungan itu khususnya
datang dari pemerintahan Venezia, yang menyadari akan bahaya penaklukkan yang
dilakukan oleh Utsmani bagi wilayah-wilayah yang sangat penting dan strategis
ini, yang berada di pantai dan pelabuhan lautnya yang menghubungkan antara Laut
Tengah (Laut Mediterania) dengan dunia luar. Mereka sadar bahwa mereka akan
sanggup untuk menghalangi kapal-kapal Venezia yang berada di lautan tertutup
yakni Lautan Adriatik. Demikianlah Sultan Murad II tidak bisa menikmati
kestabilan pemerintahan di Albania.
Sedangkan yang berhubungan dengan Hungaria,
tentara Utsmani mampu mengalahkan pasukan Hungaria pada tahun 1438M. Tujuh
puluh ribu diantaranya menjadi tawanan pasukan Utsmani. Mereka juga mampu
menguasai tempat-tempat penting. Kemudian bergeral menaklukkan Belgrade
(Beograd) ibu kota Serbia. Namun usaha ini gagal, karena secara tiba-tiba
aliansi pasukan Salib dalam jumlah yang sangat besar yang diberkahi oleh Paus.
Aliansi pasukan Salib ini bertujuan untuk mengusir orang-orang Utsmani dari
Eropa secara keseluruhan. Pasukan ini terdiri dari beberapa negara seperti
Hungaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venezia, Byzantium, Burgundi. Dalam pasukan
ini, bergabung pula pasukan Jerman dan Cekoslovakia. Komando pasukan salib
diberikan pada seorang jenderal dari Hungaria yang cerdik bernama Johannes
Henyadi. Dia memimpin pasukan darat Salibis dan berangkat ke arah selatan. Dia
berhasil mengalahkan pasukan Utsmani selama dua kali pada tahun 1442 M.
Kekalahan ini memaksa tentara Utsmani menandatangani kesepakatan damai. Perjanjian yang
ditandatangani di Sisjaden ini terjadi pada bulan Juli tahun 1444 M. Dengan
kesepakatan gencatan senjata selama sepuluh tahun. Dalam perjanjian itu Turki
Utsmani menyatakan, menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai
penguasanya. Sebagaimana Sultan Murad II juga menyerahkan Valichie kepada
Hungaria. Dia juga membayar tebusan suami puterinya yang bernama Mahmud Syalabi
yang waktu itu menjadi panglima pasukan perang tentara Utsmani dengan harga
60.000 duqiyah. Perjanjian kesepakatan itu ditandatangani dalam dua bahasa,
bahasa Turki dan bahasa Hungaria. Raja Ladislas dari Hungaria bersumpah dengan
menggunakan Injil sebagaimana Sultan Murad II bersumpah dengan menggunakan
Al-Qur'an untuk mematuhi kesepakatan ini dengan sebaik-baiknya dan dengan cara
yang terhormat.
Pertempuran Varna
Perjanjian damai itu lahir
setelah sebelumnya dua pihak itu saling perang, sejak tahun 1938. Kala itu
Hongaria takluk di tangan tentara Utsmani. 30 ribu tentara Hongaria menjadi
tawanan tentara Utsmaniyah. Beberapa ribu diantaranya malah sempat masuk Islam.
Karena kemenangan Utsmani itu, pasukan Islam itu pun kemudian merangsek
merambah wilayah Balkan lainnya. Setelah Hongarian, sebuah kota di Serbia,
Belgrade, jadi sasaran berikutnya.
Tapi tatkala memasuki Belgrade, perlawanan besar datang. Tentara Eropa kemudian bergabung menjadi satu dan mengatasnamakan sebagai Pasukan Salib. Paus Ogen IV, merestui langsung pembentukan Pasukan Salib ini. Pasukan itu koalisi dari Kerajaan Hongaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venesia, Romawi dan Burgundi. Mereka berkumpul menjadi satu melawan tentara Utsmani yang bakal merebut Belgrade tadi.Pasukan Salib di bawah komando seorang Jenderal Hongaria, John Hunyadi. Sementara Utsmaniyah dikomdani langsung oleh Murad II itu. Dalam pertempuran itu, pasukan Utsmani berhasil ditahan. Di Perjanjian itu, Utsmani diwajibkan menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai Raja Serbia. Murad II juga diperintahkan untuk mengembalikan wilayah Hongaria dan Walachia (kini Romania). Bagi Murad II, hal itu pilihan yang sulit. Pasalnya, dalam pertempuran itu, pasukan Salib berhasil menawan Mahmud Syalabi, menantunya sendiri. Mahmud inilah pemimpin pasukan Utsmani kala itu. Murad kemudian membayar uang tebusan sebanyak 60.000 duqiyah untuk membebaskan Mahmud.
Alhasil kesepakatan damai pun terjadi. Hongaria dan Utsmani sepakat berdamai, tak ada perang selama 10 tahuPerjanjian damai ini ternyata mengusik hati Paus Ogen IV. Dia pun mengirim Sizarini tadi untuk mengulas perjanjian itu dengan Legislas. Paus meminta orang-orang Kristen untuk membatalkan perjanjian. Sizarini kemudian menjelaskan pula pada kerajaan-kerajaan di Eropa untuk segera menyerang kaum Muslim dari tanah Eropa. Menurut Sizarini, perjanjian di Sisjaden itu sangat tidak sah, karena tanpa persetujuan Paus Ogen IV, sebagai perwakilan resmi umat Kristen. Ternyata upaya Sizarini berbuah. Raja-raja di Eropa pun sepakat untuk melanggar perjanjian itu. Termasuk Legislas juga.
Tapi tatkala memasuki Belgrade, perlawanan besar datang. Tentara Eropa kemudian bergabung menjadi satu dan mengatasnamakan sebagai Pasukan Salib. Paus Ogen IV, merestui langsung pembentukan Pasukan Salib ini. Pasukan itu koalisi dari Kerajaan Hongaria, Polandia, Serbia, Genoa, Venesia, Romawi dan Burgundi. Mereka berkumpul menjadi satu melawan tentara Utsmani yang bakal merebut Belgrade tadi.Pasukan Salib di bawah komando seorang Jenderal Hongaria, John Hunyadi. Sementara Utsmaniyah dikomdani langsung oleh Murad II itu. Dalam pertempuran itu, pasukan Utsmani berhasil ditahan. Di Perjanjian itu, Utsmani diwajibkan menyerahkan Serbia dan mengakui George Brancovites sebagai Raja Serbia. Murad II juga diperintahkan untuk mengembalikan wilayah Hongaria dan Walachia (kini Romania). Bagi Murad II, hal itu pilihan yang sulit. Pasalnya, dalam pertempuran itu, pasukan Salib berhasil menawan Mahmud Syalabi, menantunya sendiri. Mahmud inilah pemimpin pasukan Utsmani kala itu. Murad kemudian membayar uang tebusan sebanyak 60.000 duqiyah untuk membebaskan Mahmud.
Alhasil kesepakatan damai pun terjadi. Hongaria dan Utsmani sepakat berdamai, tak ada perang selama 10 tahuPerjanjian damai ini ternyata mengusik hati Paus Ogen IV. Dia pun mengirim Sizarini tadi untuk mengulas perjanjian itu dengan Legislas. Paus meminta orang-orang Kristen untuk membatalkan perjanjian. Sizarini kemudian menjelaskan pula pada kerajaan-kerajaan di Eropa untuk segera menyerang kaum Muslim dari tanah Eropa. Menurut Sizarini, perjanjian di Sisjaden itu sangat tidak sah, karena tanpa persetujuan Paus Ogen IV, sebagai perwakilan resmi umat Kristen. Ternyata upaya Sizarini berbuah. Raja-raja di Eropa pun sepakat untuk melanggar perjanjian itu. Termasuk Legislas juga.
Begitu selepas menandatangi perjanjian dengan Legislas, Murad
II pun kembali ke Anatolia. Ini adalah ibukota Dinasti Utsmaniyah kala itu.
Murad II ini adalah ayahnya Mehmed II atau lebih dikenal dengan Sultan Muhammad
Al Fatih (Sang Penakluk). Di era Al Fatih itulah Konstantinopel ditaklukkan di
tangan Islam.
Begitu kembali ke Anatolia, perasaan Murad II makin kecut.
Setelah kalah perang, dia mesti mendengar berita duka cita lagi. Anaknya paling
besar, Ahmed, meninggal secara mendadak. Berita kematian anaknya itu membuat
Murad II terpukul.
Kejadian itu makin membuatnya sedih. Pasalnya dua tahun
berikutnya, anaknya yang kedua, Ali bin Murad, juga gugur dibunuh oleh seorang
Turki yang merupakan kaki tangan Romawi. Dua anaknya yang meninggal inilah yang
membuat Murad II sedih bukan kepalang. Dia pun memutuskan pensiun dini sebagai
Sultan Utsmani. Murad II kemudian mengasingkan diri ke sebuah kota kecil. Murad
II menghabiskan waktunya untuk ber-taq’arub dengan Allah SWT. Dia
meninggalkan kegiatan keduniawian.Tahta Kesultanan kemudian diserahkan kepada
anak ketiganya, Mehmed. Di umur 12 tahun, Mehmed pun dilantik menjadi Sultan.
Upaya Sizarini berbuah. Raja-raja Eropa sepakat bersatu lagi.
Mereka membentuk tentara Salib. Pasukan pun dikumpulkan. 30 ribu tentara
gabungan dari kerajaan Hongaria, Serbia, Ceko, Polandia, Bohemia langsung
disiapkan. Wallachia (kini Romania) menyumbang 8000 pasukan. Kerajaan
Lithuania, Knight of Rhodes (Pasukan Kepausan), Kesatria Teutonik, Kekaisaran
Romawi Suci Germana, Kroasia, Burlagia, masing-masing menyumbang 1000
tentara.Di pihak pasukan Salib ini, komandannya ditunjuk 3 orang. John Hunyadi
dari Hongaria, Władysław III dari Polandia, dan Mircea II dari Wallachia.
Ketiganya menyusun strategi perang untuk mengusir pasukan Islam dari tanah
Eropa. Paus Ogen IV sendiri sudah memberkati pasukan yang bakal
diberangkatkan.Koalisi pasukan ini kemudian bergerak. Danau Varna, sebuah
wilayah di Bulgaria, disepakati sebagai titik pertemuan antara seluruh pasukan
Salib.Kapal Pasukan Kepausan, Venesia dan Genoa kemudian memblokade Darnadella.
Ini memudahkan tentara darat untuk maju menuju Varna. Kapal Kepausan, Venesia
dan Genoa telah memblokade Dardanella. Tujuannya agar tentara Hongaria mudah
melaju menuju Varna. Disitulah mereka akan bertemu dengan armada Kepausan dan
berlayar menuju Konstantinopel, ibukota Romawi. Rencananya, Konstantinopel
itulah yang dijadikan pusat bagi pasukan Salib untuk menyerbu pasukan Islam dan
mengusirnya dari bumi Eropa.Pergerakan pasukan Salib pun berlangsung cepat.
Mereka menuju titik kumpul di Varna tadi. Pasukan dari Bulgaria bergabung di
tengah jalan. Tentara Nikopolis juga sama. Dikomandani Fruzhin, putra Ivan
Shisman, sang Raja Bulgaria. Mereka membawa 7000 pasukan yang berkumpul di
dekat Nikopolis. Daerah ini, pada tahun 1393, menjadi pusat Perang Salib. Kala
itu pasukan Kristen kalah total. Di pihak Utsmaniyah, dipimpin Beyazid I.
Semangat kaum Salib makin membara untuk membalas kekalahan seabad yang lalu
itu.
Ketika
pasukan Salib tengah sibuk menyiapkan pasukan, di Adrianopole, sebuah kota di
Turki yang menjadi pusat Utsmani, berita itu terdengar juga. Mehmed II yang
kala itu menjadi Sultan, kebingungan. Karena dirinya baru berusia 15 tahun.
Umur segitu dia belum siap menghadapi pertempuran melawan Pasukan Salib.
Alhasil Mehmed II pun mengirim surat kepada ayahnya Murad II, yang asyik
melakukan taqarub.Di surat itu Mehmed II meminta ayahnya untuk turun lagi ke
Anatolia dan memimpin pasukan Utsmani untuk menghadapi serbuan Pasukan salib.
Tapi di surat itu Murad II tak bergeming. Sang ayah menjawab bahwa tampuk
Kesultanan sudah diserahkan kepada Mehmed I.Mehmed I tak menyerah. Dia mengirim
surat lagi dan disampaikan kepada utusan. Isinya serupa. Tapi Murad II tetap
tak bergeming. Dia tak mau sibuk dengan
urusan Kesultanan. Dia tegas menyatakan bahwa anaknya itulah yang menjadi
Sultannya kini.Tapi Mehmed II tak kehilangan akal. Dia mengirim surat lagi
kepada ayahnya untuk ketiga kalinya. Di surat ini, Mehmed II bersikap tegas
kepada ayahnya. "Siapakah yang saat
ini menjadi Sultan, saya atau ayahanda? Bila ayahanda yang menjadi Sultan,
datanglah kemari dan pimpin pasukanmu. Tapi bila Engkau menganggap saya yang
menjadi Sultan, maka dengan ini saya memerintahkan ayahanda segera datang
kemari dan memimpin pasukan saya!"Begitu membaca surat Mehmed I yang
ketiga, Murad II tak berkutik. Dia langsung turun gunung dan menuju Anatolia.
Murad II kemudian memimpin pasukan Utsmani lagi. Dia kaget tatkala mendengar
Hongaria melanggar perjanjian yang telah disepakati.Murad II dan pasukan
Utsmani pun siap meladeni tantangan Tentara Salib itu. Murad II sempat
membacakan ayat Al Quran di depan pasukannya. Murad II mengutip surat At
Taubah ayat 12 yang berisikan:"Jika
mereka merusak sumpah (janji)nya sesudah mereka sepakati, dan mereka mencerca
agamamu, maka perangilah pemimpin-pemimpin orang kafir itu, karena sesungguhnya
mereka itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipegang janjinya, agar mereka
berhenti."Alhasil, 9 November 1444, sekitar 50 ribu pasukan Utsmani
telah berkumpul di Varna. Kala itu untuk mengumpulkan pasukan perang, Utsmani
tak terlalu kerepotan. Situasinya hampir serupa dengan mengajak orang pergi ke
kondangan di era kini. Karena beranjak berperang, adalah kewajiban setiap
muslim. Hal inilah yang membuat Lord Kinross, seorang sejarahwan Inggris
terkagum. Dalam bukunya The utsmani
Centuris: The Rise and The Falla of Turkish Empire, dia mengutip pernyataan
seorang pengembara kala itu, Bertrand de
Broquire. Dia mengatakan: "Pasukan
Utsmani sangat cepat gerakannya. 100 pasukan Kristen akan jauh lebih gaduh dari
10 ribu pasukan Utsmani. Tatkala genderang perang telah ditabuh, maka dengan
segera mereka bergerak, mereka tidak akan pernah berhenti melangkah hingga
komando dikeluarkan. Mereka adalah pasukan terlatih, dalam semalam mereka mampu
melakukan tiga kali lipat perjalanan yang dilakukan oleh musuh-musuhnya
orang-orang Kristen".
10 November 1444, kedua pasukan
antara Utsmani dan Pasukan salib sudah berhadap-hadapan. Keduanya berada dalam
posisi siap tempur. Munculnya pasukan Utsmani di Varna dengan begitu cepat, tak
diduga-duga pasukan Salib. Murad II, memimpin di depan barisan pasukan Utsmani.
Di atas kudanya, ujung tombaknya ditusukkan sebuah kertas yang berisikan
perjanjian antara dirinya dan Ladislas, raja Hongaria. Murad II memampangkan
perjanjian yang dilanggar sendiri oleh pihak Kristen. Tindakan Murad II
mengusung perjanjian yang dilanggar itu langsung menyulut semangat tentara
Islam. Malam sebelumnya, petinggi Pasukan Salib mengadakan rapat. Hunyadi,
Kardinal Sizarini mengusulkan agar mereka menggunakan taktik penarikan cepat.
Tapi pasukan Salib sudah terjebak di antara Laut Hitam, Danau Varna, lereng
curam berhutan dataran tinggi Frangga dan dikeliling pasukan Utsmani.Sizarini
mengusulkan taktik bertahan menghadapi Utsmani. Mereka berniat bertahan sampai
datang bala bantuan dari pasukan Kristen lainnya. Usulan Sizarini itu didukung
komandan dari Kroasia, Ceko dan lainnya. Tapi John Huyadi menolak. Dia berniat
melawan Utsmani secara langsung, tanpa harus bertahan.
Alhasil di 10 November 1444 pagi hari, seluruh pasukan salib sudah berbaris di Varna. Pasukan Salib membelah menjadi tiga posisi. Di tengah, sayap kanan dan sayap kiri.Sementara di pihak Utmani, pasukan Yanisari, sebuah pasukan khusus yang sangat ditakuti karena begitu terlatih, sudah siap berada di baris depan. Murad II memimpin pasukan Utsmani dalam perang itu. Di sayap kanan, pasukan Kapikulu dan Sipahi dari Rumelia siap menghadapi Pasukan Salib. Sementara pasukan Yanisari lainnya, kavileri Akinci dikerahkan juga di dataran tinggi Frangga. Mereka mengepung pasukan Salib dari berbagai sisi.
Alhasil di 10 November 1444 pagi hari, seluruh pasukan salib sudah berbaris di Varna. Pasukan Salib membelah menjadi tiga posisi. Di tengah, sayap kanan dan sayap kiri.Sementara di pihak Utmani, pasukan Yanisari, sebuah pasukan khusus yang sangat ditakuti karena begitu terlatih, sudah siap berada di baris depan. Murad II memimpin pasukan Utsmani dalam perang itu. Di sayap kanan, pasukan Kapikulu dan Sipahi dari Rumelia siap menghadapi Pasukan Salib. Sementara pasukan Yanisari lainnya, kavileri Akinci dikerahkan juga di dataran tinggi Frangga. Mereka mengepung pasukan Salib dari berbagai sisi.
Pertempuran pun meletus di pagi itu. Perang berlangsung
selama 3 hari berturut-turut. Di sayap kanan, pasukan Salib ternyata
berantakan. Tentara Islam berhasil menang.Dalam perang hari kedua, Murad II
sempat bertemu langsung dengan Ladislas, raja Hongaria. Keduanya berduel satu
lawan satu. Sultan dan Raja bertarung sendiri. Dalam duel itu Murad II berhasil
melumpuhkan Ladislas. Ladislas tersungkur akibat pukulan telak ujung tombak
Murad II. Itulah yang membuatnya jatuh dari kudanya. Murad II tak memberi
ampun. Melihat Ladislas tersungkur, dari atas kudanya Murad II menyatakan
hukuman atas Ladislas karena berkhianat atas perjanjian yang telah dibuat.
Murad II menegaskan hukuman yang akan diterima buat seorang pengkhianat.Murad
II kemudian memerintahkan pasukan Yanisari yang ada disekitar untuk memenggal
kepala Ladislas. Hukuman itu sebagai bentuk pengkhianatan yang telah dilakukan.
Kepala Ladislas pun di ekesekusi dalam pertempuran itu. Begitu terpenggal,
pasukan Islam kemudian mengangkatnya di ujung tombak dengan mengucapkan takbir
berkali-kali. Serempak takbir yang berkumandang, disertai ujung tombak
berisikan kepala Ladislas, makin menyiutkan pasukan Salib yang masih
tersisa.Setelah itu, pasukan Utsmani melakukan serangan besar-besaran mengarah
ke pasukan Salib. Barisan pasukan Salib sudah kocar-kacir. Tentara Kristen
dikejar pasukan Utsmaniyah dengan cara yang teratur.Sayap kanan pasukan Salib,
berusaha melarikan diri ke benteng kecil Galata di sisi lain Danau Varna. Tapi
dalam pelarian itu, banyak yang tewas di rawa sekitar Danau Varna. Disitulah
Kardinal Sizarini juga ditemukan tewas, karena melarikan diri.Hanya pasukan
Talotsi yang berhasil menarik balik Wagenburg.Pasukan sayap Utsmaniyah lainnya
menyerang pasukan Hongaria dan Bulgaria yang dipimpin Michael Szilagyi.
Prajurit Sipahi, milik tentara Utsmani berhasil memukul mundur tentara salib
ini. Kepanikan melanda bala tentara Salib. John Hunyadi menerapkan strategi
menghindari pasukan Utsmaniyah.Tapi sikap lain diperankan Wladyslaw, jenderal
perang Polandia. Dia sempat maju ke barisan utama pasukan Utsmani dengan
membawa dua kavileri pasukannya. 500 pasukan Salib dibawanya menuju perkemahan
Utsmaniyah. Wladyslaw sudah dilarang Hunyadi melakukan aksi itu. Karena Hunyadi
paham aksi itu merupakan tindakan bunuh diri.Namun Wladyslaw nekad. Dia
berusaha menyerbu prajurit elit Utsmani, Yanisari, dan mengambil tawanan. Tapi
dia terperangkap. jatuh dan dibunuh oleh
prajurit Yanisari. Kepalanya dipenggal. Kavileri Salib yang tersisa dihancurkan
pasukan Utsmani.
Hunyadi kemudian menarik mundur pasukan salib yang tersisa. Sejak itulah pasukan Salib kalah telak. Sejak kekalahan ini, pasukan Salib tak memiliki daya kekuatan melawan Utsmani, setidaknya untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.Kekalahan telak pasukan salib ini membawa berita buruk bagi seluruh belantara Eropa. Mereka begitu takut dengan kekuatan pasukan Utsmani kala itu.
Hunyadi kemudian menarik mundur pasukan salib yang tersisa. Sejak itulah pasukan Salib kalah telak. Sejak kekalahan ini, pasukan Salib tak memiliki daya kekuatan melawan Utsmani, setidaknya untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.Kekalahan telak pasukan salib ini membawa berita buruk bagi seluruh belantara Eropa. Mereka begitu takut dengan kekuatan pasukan Utsmani kala itu.
pertempuran varna |
pasukan
Islam. Di Adrianapole, Mehmed II menerima kabar kemenangan itu dengan mengucap
syukur kepada Allah SWT. Kemenangan melawan pasukan Salib ini, menjadi point
penting bagi Mehmed II untuk menaklukkan Konstantinopel, ibukota Romawi.Pertempuran ini terjadi di Lembah Pantellaria pada
tanggal 17 Oktober 1448. Peperangan ini berlangsung selama tiga hari
berturut-turut dan berakhir dengan kemenangan pasukan Muslimin. Kemenangan ini
telah membuat Hungaria sebuah negeri – minimal dalam jangka waktu sepuluh tahun
– yang tidak mampu bangkit melawan perlawanan militer terhadap pasukan Utsmani.12 Sultan Murad II sendiri
masih konsisten dengan kezuhudannya pada dunia dan kekuasaan, sehingga untuk
kedua kalinya dia mengundurkan diri dari tahta kesultanan dan menyerahkan
kembali pada anaknya Muhammad. Sedang ia sendiri kembali mengasingkan diri di
Magnesia, sebagaimana kembalinya singa yang menang bertarung ke sarangnya.
Sejarah telah menyebutkan pada kita, ada beberapa raja dan penguasa yang
mengundurkan diri dari tahtanya dan mengasingkan diri dari hiruk pikuk
kekuasaan. Ada sebagian diantara mereka yang kembali naik tahta. Namun tidak
ada satu sejarah pun yang menyebutkan pada kita semua, bahwa disana ada seorang
raja yang turun tahta dua kali, kecuali Murad II. Sesungguhnya pada saat dia
berangkat menuju pengasingannya di Asia Kecil, tiba-tiba sekelompok tentara
yang disebut Inkisyariyah di Adrianople melakukan pemberontakan,
pembangkangan, dan pengrusakan. Sedangkan Sultan Muhammad waktu itu masih
sangat muda. Sebagian pembesar Utsmani khawatir persoalan ini akan membesar,
bahayanya akan mengembang dan kejahatannya akan semakin memuncak serta
mendatangkan akibat yang jelek. Maka mereka kembali mengutus utusan pada Sultan
Murad II untuk kembali ke ibu kota mengendalikan kekuasaan ditangannya.Maka dia
pun segera mengambil kendali kekuasaan dan mampu menaklukkan para pemberontak
itu. Kemudian dia mengirim anaknya, Muhammad, ke Magnesia dan dia memerintah
disana, di Anatolia. Sedangkan Sultan Murad II sendiri tetap memgang tampuk
kekuasaan hingga akhir hayatnya yang semuanya dia pergunakan untuk perang dan
penaklukan. Pada tahun pertama ia berkuasa, Mehmed II
langsung diserang kekaisaran Hungaria yang melanggar perjanjian gencatan
senjata. Dengan segera Mehmed II meminta ayahnya untuk kembali menjadi Sultan
dan memimpin pasukan. Namun ayahnya menolak karena telah memutuskan untuk
menjalani hidup tenang di Barat Daya Anatolia. Mehmed II yang marah kemudian
mengirimkan surat kepada ayahnya: "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah
dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah
untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad II tergugah, datang membantu,
dan memenangkan Pertempuran Varna pada tahun 1449
Usaha Sultan dalam menaklukkan
Konstantinopel Sultan meninggal di istana Adrianople pada
saat umurnya menjelang 47 tahun. Sesuai wasiatnya, dia dikebumikan disamping
Masjid Jami Muradiyah di Bursa. Selain itu, ia berwasiat agar diatas kuburannya
tidak dibangun apa-apa. Dia juga mewasiatkan agar disamping kuburannya dibikin
tempat-tempat untuk duduk pada penghafal Al-Qur'an. Dia meminta agar dirinya
dikubur pada hari jum'at. Semua wasiat yang diminta dilaksanakan.Dalam
wasiatnya, dia juga meninggalkan satu syair, setelah dia merasa khawatir
dikuburkan disebuah kuburan yang besar padahal dia sendiri menginginkan agar
diatas kuburannya tidak dibangun bangunan apapun. Syair tersebut berbunyi.
“Maka
datanglah haru,
dimana setiap orang hanya melihat tanah kuburanku.”
Sultan Murad II telah melakukan pembangunan masjid, madrasah-madrasah, beberapa istana, dan beberapa jembatan. Diantaranya adalah Masjid Jami Adrianople yang memiliki tiga beranda.Disamping masjid itu, dia membangun madrasah Watakiyah yang memberikan makanan pada orang-orang fakir dan miskin.
dimana setiap orang hanya melihat tanah kuburanku.”
Sultan Murad II telah melakukan pembangunan masjid, madrasah-madrasah, beberapa istana, dan beberapa jembatan. Diantaranya adalah Masjid Jami Adrianople yang memiliki tiga beranda.Disamping masjid itu, dia membangun madrasah Watakiyah yang memberikan makanan pada orang-orang fakir dan miskin.
7).
Mehmed II (30 Maret
1432 – 3 Mei 1481)
Sultan
Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad
Al-Fatih (bahasa Turki
utsmani: محمد ثانى Meḥmed-i
sānī, bahasa Turki:
II. Mehmet, juga dikenal sebagai el-Fatih (الفاتح), "sang Penakluk", dalam bahasa Turki Usmani,
atau, Fatih Sultan Mehmet dalam
bahasa Turki; 30 Maret
1432 – 3 Mei 1481) merupakan seorang
sultan Turki Utsmani
yang menaklukkan Kekaisaran
Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains,
matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dari sudut pandang
Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan
tawadhu' setelah Sultan Salahuddin
Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan
Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut
melawan tentara Mongol).
Kejayaannya
dalam menaklukkan Konstantinopel
menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik
dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga
kaedah pemilihan tentaranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang
masih merupakan keturunan Abu Bakar
As-Siddiq.Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambolg (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal
Ataturk menjadi Istanbul.
Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
l Masa awal
kekuasaan
Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di
Edirne, yang saat itu merupakan Ibu Kota Utsmaniyah. Ia merupakan anak dari
Sultan Murad II (1404-51) dan Valide Sultan huma Hatun. Sultan Murad II
memberikan fasilitas pendidikan yang sangat tinggi dan mengirimkan banyak guru
untuk mengajar Mehmed II secara langsung.Sesuai kebiasaan dalam Kekhalifahan
Utsmaniyah kala itu, Mehmed II dikirim untuk memimpin dan mencari pengalaman di
sebuah kota bernama Amasya saat ia berusia sebelas tahun. Tidak lama kemudian,
tepatnya saat Mehmed II berusia 12 tahun, ayahnya mengundurkan diri dari posisi
Sultan, dan mengangkat Mehmed II sebagai penggantinya. Pemikiran Sultan Murad
II sangat terpengaruh oleh pemikiran ulama-ulama Islam kala itu, khususnya oleh
pemikiran penasihat terdekatnya, Molla Gurani, serta Ak Semseddin, yang di
kemudian hari mendorongnya untuk menaklukkan kota Konstantinopel.
Pada tahun pertama ia berkuasa,
Mehmed II langsung diserang kekaisaran Hungaria yang melanggar perjanjian
gencatan senjata. Dengan segera Mehmed II meminta ayahnya untuk kembali menjadi
Sultan dan memimpin pasukan. Namun ayahnya menolak karena telah memutuskan untuk
menjalani hidup tenang di Barat Daya Anatolia. Mehmed II yang marah kemudian
mengirimkan surat kepada ayahnya: "Bila ayah adalah Sultannya, datanglah
dan pimpinlah pasukan ayah. Bila aku adalah Sultannya, aku memerintahkan ayah
untuk datang dan memimpin pasukanku." Murad II tergugah, datang membantu,
dan memenangkan Pertempuran Varna pada tahun 1449
l Usaha
Sultan dalam menaklukkan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu
dikenal sebagai Konstantinopel,
adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas
sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan
Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh
Islam di banyak negara. Kota ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Byzantium yakni Constantine
I.Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan
di masa Kekaisaran
Byzantium. Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang
penguasaan kota ini ke tangan umat Islam
seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam pada perang
Khandaq. Para khalifah
dan pemimpin Islam
pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha
pertama dilancarkan tahun 44 H pada zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu. Akan tetapi, usaha
itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman
pemerintahan Abbasiyyah,
beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk pada zaman
Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha
menawan Konstantinopel
diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama
Kerajaan Seljuk.
Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar
Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian
besar wilayah Kekaisaran
Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk
Semenjak kecil, Sultan Muhammad
Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan
beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah
itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat
Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai
berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota tersebut. Kekuatan Sultan
Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik
secara intensif oleh para 'ulama terulung pada zamannya. Di zaman ayahnya,
yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma'il Al-Kurani telah menjadi
murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). SultanMurad II telah mengirim beberapa orang
'ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir
Muhammad. Lalu, dia mengirim Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan izin kepadanya
untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.Waktu bertemu Amir
Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sultan, Amir Muhammad
tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini sangat
berkesan pada diri Amir Muhammad, lantas setelah itu dia terus menghapal
Al-Qur'an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin
(Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia
mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits,fiqih, bahasa
(Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.Syeikh
Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang
dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di dalam hadits
pembukaan Konstantinopel. Ketika naik tahta, Sultan Muhammad segera menemui
Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel.
Peperangan itu memakan waktu selama 54 hari. Persiapan pun dilakukan. Sultan
berhasil menghimpun sebanyak 250 ribu tentara. Para mujahid lantas diberikan
latihan intensif dan selalu diingatkan akan pesan Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam terkait pentingnya Konstantinopel bagi kejayaan Islam.
Setelah proses persiapan yang teliti, akhirnya pasukan
Sultan Muhammad Al-Fatih tiba di kota Konstantinopel pada hari
Kamis 26 Rabiul Awal 857 H atau 6 April 1453 M. Di hadapan tentaranya, Sultan
Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad,
kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Dia juga membacakan
ayat-ayat Al-Qur'an
mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua
memberikan semangat yang tinggi pada bala tentara dan lantas mereka
menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta'ala.Sultan Muhammad Al-Fatih pun melancarkan serangan
besar-besaran ke benteng Byzantium
di sana. Takbir "Allahu Akbar,Allahu Akbar!" terus membahana di
angkasa Konstantinopel
seakan-akan meruntuhkan langit kota itu. Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad Al-Fatih
bersama tentaranya berusaha keras membersihkan diri di hadapan Allah Subhana Wa Ta'ala. Mereka memperbanyak
shalat, doa, dan dzikir. Hingga tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Awal
857 H atau bertepatan dengan tanggal 29 Mei 1453 M, serangan utama dilancarkan.
Para mujahidin diperintahkan supaya meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang
kota. Tentara Utsmani akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui
Pintu Edirne dan mereka
mengibarkan bendera Kesultanan Utsmani di puncak kota. Kesungguhan dan semangat juang yang
tinggi di kalangan tentara Al-Fatih, akhirnya berjaya mengantarkan cita-cita umat muslim.
l
Penaklukan di Asia
Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed II
mengalihkan perhatiannya kepada Anatolia. Mehmed II berusaha untuk membuat
suatu kekuatan politik di Anatolia dengan menaklukkan negara Turki bernama
Beyliks dan Kekaisaran Trebizond yang berbudaya Yunani. Untuk itu, ia telah
beraliansi dengan Kerajaan Krimea. Sebelumnya Anatolia sudah disatukan oleh Bayezid I 50 tahun sebelum
apa yang dilakukan oleh Mehmed II. Akan tetapi, pada pertempuran Ankara, Anatolia kembali
terpecah belah. Penaklukan Anatolia atas Kesultanan
Utsmani membuat kesultanan ini menjadi semakin menekan Eropa.
8.Bayezid II(1481-1512 )
Bayezid II (lahir, 3 Desember
1447, wafat, 26 Mei 1512) adalah Sultan utsmani yang memerintah tahun
1481-1512. Dia adalah anak tertua dari Mehmed II , memerintah
sebagai Sultan dari Kekaisaran utsmani 1481-1512 Selama pemerintahannya,
Bayezid II menguatkan Kekaisaran utsmani dan menggagalkan Pemberontakan Safawi. Setelah
kematian Mehmed II,
Bayezid II bertengkar dengan saudaranya Cem
yang juga anak Mehmed II, yang mengklaim tahta dan mencari dukungan militer
dari Mamluk di Mesir. Setelah Cem dikalahkan oleh pasukan Bayezid II, Cem lari
dan mencari perlindungan ke Knights St John di Rhodes . Akhirnya, Ksatria Cem
diserahkan kepada Paus Innocent VIII (1484-1492). Paus pikir menggunakan Cem
sebagai alat untuk mengusir Turki keluar dari Eropa, tapi, seperti Perang Salib
upaya Paus tersebut gagal, Cem dibiarkan merana dan mati di penjara Neapolitan.
l
Pemerintahan
Bayezid
II naik tahta sebagai Sultan utsmani pada tahun 1481. Seperti ayahnya Mehmed
II, Bayezid II adalah pelindung budaya barat dan timur dan tidak seperti sultan
lainnya, bekerja keras untuk memastikan kelancaran politik domestik, yang
membuatnya mendapatkan julukan "Yang Adil".Sepanjang pemerintahannya,
Bayezid II terlibat dalam berbagai kampanye untuk menaklukkan Venesia despotate
, yang mendefinisikan daerah ini sebagai kunci untuk masa depan kekuatan
angkatan laut utsmani di Timur Mediterania apabila berhasil ditaklukkan . Yang
terakhir dari perang-perang ini berakhir pada 1501 dengan Bayezid II di kontrol
dari benteng utama Mistra dan Monemvasia . Bayezid juga bertanggung jawab untuk
diri tertentu menimbulkan luka intelektual dalam peradaban Islam, seperti
melarang semua percetakan di Arab dan Turki, larangan abadi dalam dunia Islam
ini sampai tahun 1729. Pada akhir pemerintahannya sekali lagi terjadi perebutan
kekuasaan di antara anaknya sendiri yaitu antara Selim I dan Ahmet.
wilayah kekuasaan Sultan Bayazid II |
9.Selim I ( 1456 M - 1520 M )
Selim I (1465 – 22 September 1520; juga dikenal sebagai
"Si Murung" atau "Si Pemberani ", Yavuz dalam bahasa Turki)
(bahasa Arab: سليم الأول)
adalah sultan dari Turki Utsmani
dari 1512 hingga 1520.
Salim I dilahirkan di Amasya tahun 1465. Ayahnya adalah Sultan Bayazid II (1481-1512). Ibunya bernama Ayşe Hatun dari Dulkadir. Pada tanggal 25 April 1512, Sultan Bayezid II menyerahkan kekuasaan padanya yang didukung oleh militer yang melihat bahwa dia adalah orang yang ideal untuk membangkitkan gerakan ekspansi wilayah. Bayazid II sendiri, tak lama kemudian meninggal dunia.
Sejak awal pemerintahannya, Sultan Salim cenderung menyingkirkan lawan-lawan politiknya walaupun berasal dari saudara-saudaranya atau anak-anak mereka. Meski keras hati, namun dia masih senang berteman dengan orang-orang alim dan sangat menyukai sastra Persia dan Sejarah. Di jamannya, Ia menghentikan gerakan Jihad ke Eropa, dan mengalih-kannya ke Timur, untuk menyelamatkan wilayah-wilayah suci umat Islam dari rongrongan Portugis dan Spanyol dan juga membendung arus penyebaran aliran Syiah di Anatolia dan Irak yang disponsori oleh Dinasti Safawiyah dari Persia.
Salim I dilahirkan di Amasya tahun 1465. Ayahnya adalah Sultan Bayazid II (1481-1512). Ibunya bernama Ayşe Hatun dari Dulkadir. Pada tanggal 25 April 1512, Sultan Bayezid II menyerahkan kekuasaan padanya yang didukung oleh militer yang melihat bahwa dia adalah orang yang ideal untuk membangkitkan gerakan ekspansi wilayah. Bayazid II sendiri, tak lama kemudian meninggal dunia.
Sejak awal pemerintahannya, Sultan Salim cenderung menyingkirkan lawan-lawan politiknya walaupun berasal dari saudara-saudaranya atau anak-anak mereka. Meski keras hati, namun dia masih senang berteman dengan orang-orang alim dan sangat menyukai sastra Persia dan Sejarah. Di jamannya, Ia menghentikan gerakan Jihad ke Eropa, dan mengalih-kannya ke Timur, untuk menyelamatkan wilayah-wilayah suci umat Islam dari rongrongan Portugis dan Spanyol dan juga membendung arus penyebaran aliran Syiah di Anatolia dan Irak yang disponsori oleh Dinasti Safawiyah dari Persia.
Oleh karena itu ia menyerang Kerajaan Safawiyah dan berhasil
menduduki Tabriz, Mesopotamia, dan sebagian wilayah Armenia(1515).
Pertempuran
Chaldiran ( Persia
: جنگ چالدران; Turki :
Çaldıran Muharebesi) terjadi pada 23 Agustus 1514 dan berakhir dengan
kemenangan menentukan bagi Kesultanan Utsmani atas Kekaisaran Safawi
. Akibatnya, Utsmani mencaplok Anatolia
timur dan utara Irak
untuk pertama kalinya dari Safawi Iran. Meskipun singkat penaklukan kembali Iran
selama berabad-abad oleh Safawi juga oleh negara-negara Iran secara
berturut-turut, Utsmani akan menetapkan pertempuran selanjutnya pada perang 1532-1555 untuk sepenuhnya menaklukkan sebagian wilayah yang sama
dianeksasi dalam pertempuran Chaldiran. pada perang Chaldiran, Utsmani sementara menguasai barat laut Iran
. Pertempuran, bagaimanapun, hanyalah awal dari 41 tahun perang destruktif dan
hanya salah satu dari banyak fase dari perang Utsmani -Persia , yang hanya
berakhir pada tahun 1555 dengan Perjanjian Amasya
. Utsmani umumnya berada di atas angin, namun Persia untuk sebagian besar
posisi mereka. kerugian Syiah
Safawi yang didominasi daerah
metropolitan Persia, seperti Luristan
dan Kermanshah
, terbukti secara cepat dapat pulih dari perang dengan Utsmani, tetapi kota Persia penting
seperti Tabriz
sering menjadi sasaran serangan destruktif Utsmani . Pengecualian adalah Mesopotamia
dan Timur Anatolia
( Western Armenia
) yang meskipun akhirnya diambil kembali, mereka akan hilang secara permanen ke
Utsmani oleh Perjanjian Zuhab
1639 .
Pada perang Chaldiran
, Utsmani memiliki kekuatan yang lebih besar, dengan dilengkapi tentara yang
lebih baik berjumlah 60.000 menjadi 200.000, sedangkan Qizilbash
(Turki nomaden) berjumlah 40.000 sampai 80.000. Shah Ismail I , yang terluka
dan hampir ditangkap dalam pertempuran, pensiun ke istananya dan menarik diri
dari pemerintahan setelah istrinya ditangkap oleh Selim I , yang kemudian
menikah dengan salah satu negarawan Selim.pertempuran ini adalah salah satu
sejarah besar karena tidak hanya menegaskan gagasan bahwa Murshid dari Syiah
-Qizilbash itu sempurna .tetapi juga sepenuhnyamenetapkan perbatasan
Ottoman-Safawi untuk waktu yang singkat dengan Utsmani mendapatkan barat laut
Iran, dan menyebabkan Kurdi untuk
menegaskan otoritas mereka dan beralih kesetiaan mereka dari Safawi ke Ottoman.
l Latar
belakang pertempuran
Setelah perjuangan Selim I
sukses melawan saudara-saudaranya untuk
mendapatkan tahta Kekaisaran Utsmani, ia bebas untuk mengalihkan
perhatiannya ke kerusuhan internal ia percaya hal tersebut disebabkan oleh
hasutan Syiah Qizilbash
, yang telah berpihak dengan anggota lain dari Dinasti terhadap dirinya dan telah
secara semi-resmi didukung oleh Bayezid II
. Selim sekarang takut bahwa mereka akan menghasut penduduk terhadap
pemerintahannya mendukung Shah Isma'il
pemimpin Syiah Safawi
, dan oleh beberapa pendukungnya diyakini sebagai keluarga Nabi .
Berdasarkan pendapat ulama yang menjelaskan Isma'il dan Qizilbash sebagai
"kafir dan sesat" yang memungkinkan dia untuk melakukan
langkah-langkah ekstrim dalam perjalanan ke arah timur untuk menenangkan
negara. Sebagai tanggapan, Shah Ismail dituduh Sultan Selim agresi terhadap
sesama muslim, melanggar aturan seksual agama dan menumpahkan darah tak
berdosa.
Ketika Selim memulai kampanyenya di timur, Safawi
saat itu diserang dari arah timur oleh Uzbek
negara yang baru menonjol dengan Abu 'I-Fath
Muhammad sebagai pemimpinnya, yang kemudian kalah dalam pertempuran
melawan Ismail hanya beberapa tahun sebelumnya. Untuk menghindari kemungkinan
berperang di dua front, Ismail menggunakan taktik bumi hangus terhadap Selim di barat.
Medan Anatolia timur dan kaukasus sangat kasar
dan dikombinasikan dengan kesulitan dalam memasok tentara dalam kampanye bumi
hangus Isma'il sambil berbaris melawan sesama Muslim, tentara Selim itu merasa
tak puas. Jenissari bahkan melepas tembakan senapan mereka di tenda Sultan sebagai protes pada satu
titik. Ketika Selim belajar formasi tentara Safawi di Chaldiran, ia dengan
cepat bergerak untuk melibatkan Ismail dalam bagian untuk menahan ketidakpuasan
dari pasukannya.
l Pertempuran
Kesultanan Utsmani mengerahkan artileri berat dan ribuan Janissari yang dilengkapi dengan senjata
mesiu di balik penghalang dari gerobak. Safawi menggunakan kavaleri untuk
melibatkan pasukan Utsmani. Safawi menyerang sayap Utsamni dalam upaya untuk
menghindari artileri Utsmani yang ditempatkan di pusat. Namun, artileri Utsmani itu bermanuver tinggi sehingga Safawi
menderita bencana kerugian . persenjataan Ottoman yang maju adalah faktor
penentu dari pertempuran dengan pasukan Safawi, yang hanya memiliki
persenjataan tradisional, yang hancur. Safawi juga menderita perencanaan yang
buruk dan pasukan yang tidak disiplin tidak seperti Ottoman.
l Setelah
pertempuran
Menyusul kemenangan Utsmani merebut ibu kota Safawi Tabriz
, yang pertama mereka jarah dan kemudian dicaplok. Kekaisaran utsmani berhasil mencaplok bagian timur Anatolia (meliputi Barat Armenia
) dan juga Irak utara dari Safawi dalam waktu singkat serta mendapatkan kembali
daerah tersebut dalam perang berikutnya dan pertempuran melawan tetangga yang
menyaingi Safawi, serta negara-negara Iran berturut lainnya. Namun, utsmani terus mendapatkan wilayah sepanjang Anatolia Timur
dan petak Mesopotamia
(Irak) yang tidak akan ditetapkan sampai 1555 dalam Perjanjian Amasya
diikuti oleh Perang
Ottoman-Safawi (1532-1555) , dan aturan pemerintah yang efektif dan
tidak akan didirikan lebih dari wilayah ini sampai keluar hasil dari Perjanjian Zuhab
1639 . Dengan pertempuran Chaldiran, Utsmani juga menguasai secara singkat atas barat
laut Iran. Kekalahan Syiah di Chaldiran mengakhiri pemberontakan Syiah di Kekaisaran Utsmani
. Setelah dua istrinya ditangkap oleh Selim, Ismail patah hati dan terpaksa
minum alkohol . Ismail tidak berpartisipasi dalam urusan pemerintahan, karena
moralnya sudah hancur.
Setelah kekalahan di Chaldiran, Safawi membuat perubahan
dalam negeri secara drastis. Dimana Sejak saat itu, senjata api dibuat menjadi
bagian integral dari tentara Persia dan anak Ismail, Tahmasp I mengerahkan
meriam dalam pertempuran berikutnya
Setelah pertempuran menang dari Chaldiran, Selim I kemudian
akan melemparkan pasukannya ke selatan untuk melawan Kesultanan Mamluk di
Perang Utsamani-Mamluk (1516-1517)
Perang Utsmani-Mamluk 1516-1517 adalah konflik besar kedua
antara Mesir berbasis Kesultanan Mamluk dan Kesultanan Utsmani , yang
menyebabkan jatuhnya Kesultanan Mamluk dan penggabungan dari Levant , Mesir dan
Jazirah Arab sebagai provinsi Kesultanan Utsmani. perang merubah peran kesultanan Utsmani di dunia
Islam, terutama yang terletak di Anatolia dan Balkan , sebuah kerajaan besar
yang meliputi tanah adat dari Islam , termasuk kota-kota Mekkah , Kairo ,
Damaskus dan Aleppo . Ia terus memerintah namun dari Konstantinopel
l Latar
belakang
Hubungan antara Utsmani dan Mamluk
telah memburuk sejak Kejatuhan Konstantinopel ke Utsmani pada tahun 1453:
dimana kedua negara bersaing dalam kontrol dari perdagangan rempah-rempah , dan
Utsmani bercita-cita untuk mengambil kendali atas Kota suci Islam . konflik
sebelumnya, yang berlangsung 1485-1491 , telah menyebabkan jalan buntu. pada 1516, Utsmani terbebas dari kekhawatiran tersebut dimana Selim I baru saja
mengalahkan Safawi Persia pada Pertempuran Chaldiran di 1514 dan menghadapkan
kekuatan penuh mereka terhadap Mamluk, yang memerintah di Suriah dan Mesir ,
untuk menyelesaikan penaklukan utsmani dari Timur Tengah
Setelah itu Ia menyerang dan menghancurkan Kesultanan Mamluk
dalam Pertempuran Marj Dabiq dan al-Raydaniyya, yang menyebabkan menyatunya Suriah, Palestina dan Mesir kedalam wilayah
Kesultanan Usmani. Otomatis kota suci Mekkah dan Madinah masuk kedalam
kekuasaannya. Ia lalu mengangkat dirinya sebagai Khadim ul Haremeyn,
"Pelayan dari Kedua Kota Suci".
Setelah Salim menjadi penguasa kota-kota suci
Islam dan merebut Mesir, maka Khalifah Al-Mutawakkil III dari Kairo dibawa ke
Konstantinopel. Di sini Khalifah secara resmi menyerahkan kepada Salim gelar
Khalifah serta lambang-lambangnya, yaitu pedang dan jubah nabi.
Selama pemerintahannya, Salim memperluas wilayah Usmani dari 2,5 juta km2 menjadi 6,5 juta km2.
Ia membuat penuh perbendaharaan kerajaan, menguncinya dengan
meterainya sendiri dan mengumumkan bahwa, "Barangsiapa membuat penuh
perbendaharaan ini melebihi isinya sekarang, ia dapat menggunakan meterainya
untuk mengunci perbendaharaan.” Perbendaharaan ini dikunci dengan meterainya
hingga runtuhnya Khilafah Turki Utsmani 400 kemudian.
Selim juga seorang penyair dan ia menulis
dengan menggunakan nama julukannya, mahlas
Selimi Dalam salah satu puisinya, ia menulis: "Sebuah permadani cukup
besar untuk diduduki oleh dua orang sufi,
tetapi dunia tidak cukup besar untuk dua orang raja.”
10. Suleiman I(1494 M - 1566M)
Suleiman I (Turki
Utsmaniyah: سليمان Suleymān,
Turki Modern: Süleyman; 6 November 1494 – 5/6/7 September 1566) adalah sultan Turki Utsmaniyah ke-10
yang berkuasa dari tahun 1520 hingga 1566. Ia dikenal sebagai Suleiman yang Luar Biasa di Barat, dan pemberi hukum (bahasa Turki: Kanuni;bahasa Arab: القانونى, al‐Qānūnī) di Timur karena pencapaiannya
dalam menyusun kembali sistem undang-undang Utsmaniyah. Ia merupakan tokoh
penting pada Eropa abad ke-16. Suleiman memimpin tentara Utsmaniyah menaklukkan
Belgrade, Rhodes, dan sebagian besar
Hongaria sebelum berhasil
dipukul mundur dalam Pengepungan
Wina tahun 1529. Ia menganeksasi sebagian besar Timur Tengah dan Afrika Utara (hingga
sejauh Aljazair di
barat). Di bawah kekuasaannya, armada Utsmaniyah menguasai Laut Tengah, Merah, dan Teluk Persia.
Dalam
upayanya untuk memperkuat Utsmani, Suleiman melancarkan reformasi legislatif
yang berhubungan dengan masyarakat, pendidikan, perpajakan, dan hukum kriminal.
Hukum kanoniknya (atau Kanun)
memperbaiki bentuk kekaisaran selama berabad-abad setelah kematiannya. Selain
merupakan penyair dan tukang emas, ia juga menjadi pelindung budaya yang besar,
hingga Utsmaniyah mencapai masa keemasan dalam bidang artistik, sastra, dan
arsitektur. Suleiman mampu menuturkan lima bahasa:Bahasa Turki
Utsmani, Arab,
Serbia, Chagatai (dialek bahasa Turki dan
berhubungan dengan Uighur),
dan Persia.
Suleiman
menikahi seorang perempuan harem
yang bernama Hürrem Sultan,
meskipun tindakan ini melanggar tradisi Utsmani. Putra mereka, Selim II, menggantikan
Suleiman setelah berkuasa selama 46 tahun.
Kehidupan
awal
Suleiman lahir diperkirakan pada
tanggal 6 November 1494 di Trabzon,
di daerah pantai Laut Hitam. Ibunya adalah Valide Sultan Aishe Hafsa Sultan atau
Hafsa Hatun Sultan, yang wafat pada tahun 1534. Pada usia tujuh tahun, ia
dikirim untuk belajar sains,
sejarah, sastra, teologi, dan taktik militer di sekolah Istana Topkapı di Konstantinopel. Sebagai
seorang pemuda, ia berteman dengan Ibrahim,
seorang budak yang di kemudian hari menjadi penasihatnya yang paling dipercaya. Pada usia 17 tahun, Suleiman ditunjuk sebagai Gubernur Kaffa (Theodosia),
kemudian ia juga ditunjuk menjadi Gubernur Sarukhan (Manisa) setelah sebelumnya
menjabat sebentar di Edirne. Saat ayahnya, Selim I
(1465–1520), meninggal dunia, Suleiman kembali ke Konstatinopel dan mengambil
kekuasaan sebagai Sultan Usmani ke-10
Catatan
yang dibuat oleh seorang utusan Republik Venesia, Bartolomeo
Contarini, beberapa minggu setelah Suleiman naik takhta
mendeskripsikan Suleiman sebagai berikut: "Ia berusia 25 tahun, tinggi,
namun lincah, dan berkulit halus. Lehernya agak panjang, wajahnya pipih, dan
hidungnya bengkok. Ia memiliki kumis dan janggut; pembawaannya menyenangkan
meski kulitnya cenderung terlihat pucat. Konon ia adalah seorang tuan yang
baik, suka belajar, dan menjadi harapan masyarakat untuk menciptakan kemakmuran
dalam kekuasaannya. Beberapa sejarawan menyatakan bahwa pada masa mudanya
Suleiman memiliki kekaguman yang besar terhadap Alexander Agung. Ia
terpengaruh visi Alexander untuk membangun kekaisaran dunia yang menguasai
daerah Timur dan Barat, dan konon hal ini yang mendorongnya melakukan kampanye
militer ke wilayah Asia, Afrika, serta Eropa.
Kampanye
militer
Penaklukan di Eropa
1.penaklukan belgrade ( 18 May 1521 –19 October 1521)
Setelah
menggantikan ayahnya, Suleiman mengembangkan wilayah kekuasaan melalui
serangkaian kampanye militer. Langkah awal yang dilakukannya adalah menekan
pemberontakan yang dilakukan oleh Gubernur Damaskus pada tahun 1521.
Setelah itu, Suleiman melakukan penyerangan ke wilayah Belgrade yang dikuasai
oleh Kerajaan Hongaria.
Penyerangan itu sangat vital untuk menaklukkan Kerajaan Hongaria yang—sejak
kejatuhan Serbia,
Bulgaria, Albania, danKekaisaran
Romawi Timur—menjadi satu-satunya penghalang kampanye militer
Utsmaniyah ke Eropa. Suleiman mengepung Belgrade dan mulai
melakukan pengeboman besar-besaran dari kepulauan di wilayah Donau. Dengan pasukan yang
hanya berjumlah sekitar 700 orang dan tanpa bantuan dari Hongaria, Belgrade jatuh
ke tangan Suleiman pada bulan Agustus 1521.belgrade menjadi pangkalan militer
penting untuk operasi lebih lanjut di eropa.selama Utsmaniyah memerintah
belgrade menjadi salah satu kota terbesar di eropa
Berita
jatuhnya salah satu benteng terkuat umat Kristen menimbulkan ketakutan dan
kekhawatiran di seluruh Eropa. Sebagaimana yang dicatat oleh seorang duta besar
Kekaisaran Suci Romawi di Konstatinopel: "Penaklukan Belgrade adalah awal
dari peristiwa-peristiwa dramatis yang menimpa Hongaria.
Penaklukan
itu berlanjut dengan kematian Raja Lajos,
penaklukan Buda,
pendudukan Transilvania,
dan hancurnya kerajaan yang pernah berkembang serta timbulnya ketakutan di
negara-negara tetangga yang khawatir mereka akan mengalami nasib yang sama.
Jalan untuk menyerang langsung Hongaria dan Austria sudah terbuka,
namun Suleiman mengalihkan perhatiannya kepada kepulauan Rodos di Mediterania Timur, kota
basis Ksatria
Hospitaller.
2.pengepungan rhodos (16 Juni
1522 - 30 Januari 1523)
Knights
of St John, atau Knights Hospitaller, telah menaklukan Rhodes pada awal abad
ke-14 setelah kehilangan Acre, yang merupakan benteng terakhir pasukan salib di
palestina pada 1291. Dari Rhodes, mereka
menjadi bagian aktif dalam perdagangan di Laut Aegea, Upaya pertama yang dilakukan oleh utsmani
untuk menaklukan rhodos, pada tahun 1480,di gagalkan oleh Orde, namun
keberadaan terus-menerus dari ordo tersebut di lepas pantai selatan Anatolia
adalah suatu hambatan yang besar untuk ekspansi utsmani.
Sejak
pengepungan sebelumnya benteng telah menerima banyak pembaharuan dari sekolah
jejak
italienne, yang membuatnya jauh lebih tangguh dalam melawan
artileri. termasuk penebalan dinding
utama, dua kali lipat dari lebar parit kering, ditambah dengan transformasi
dari counterscarp lama ke outworks besar (tenailles),
pembangunan benteng
di sekitar sebagian menara, dan parit. jembatan berkurang
jumlahnya, dan dinding jembatan model lama digantikan dengan miring yang cocok
untuk perkelahian artileri. Sebuah tim ahli bangunan, buruh dan budak melakukan
pekerjaan konstruksi, para budak Muslim didakwa dengan pekerjaan yang paling
sulit.
Ketika
kekuatan invasi Turki yang berjumlah 400 kapal tiba di Rhodes pada tanggal 26
Juni 1522, mereka dipimpinn oleh Coban Mustafa
Pasha.Sultan Suleiman
sendiri tiba dengan 100.000 tentara laki-laki pada tanggal 28 Juli untuk
kemudian mengambil alih komando.
Turki
memblokade pelabuhan dan membombardir kota dengan bidang artileri dari sisi
tanah, diikuti oleh serangan infanteri hampir setiap hari. Mereka juga berusaha
untuk merusak benteng melalui terowongan dan tambang. tembakan artileri lambat laun menimbulkan
kerusakan serius pada dinding tapi setelah lima minggu, pada tanggal 4
September, dua tambang mesiu besar meledak di bawah benteng Inggris,
menyebabkan 12 yard (11 m) bagian dari dinding jatuh dan mengisi parit. Para
penyerang kemudian menerobos masuk dan segera menguasai, tapi serangan balik
oleh orang Inggris di bawah Fra 'Nicholas Hussey dan Grand Master Villiers de
L'Isle-Adam berhasil mengusir mereka kembali lagi.Dua kali lebih Turki
menyerang pada hari itu, tapi setiap
kali penyerangan terjadi orang Inggris, dibantu oleh orang Jerman, dan kemudian di adakan perjanjian
Pada
tanggal 24 September, Mustafa Pasha memerintahkan serangan besar-besaran baru,
terutama ditujukan pada benteng pertahanan Spanyol, Inggris, Provence dan
Italia. Setelah pertempuran hebat tersebut, di mana benteng Spanyol berpindah
tangan dua kali, Suleiman akhirnya membatalkan serangan. Dia dijatuhi hukuman
., kakak ipar mustafa pasha, mati karena gagal
dalam mengambil alih kota, tapi akhirnya mustafa pasha terhindar dari
hukuman setelah para pejabat senior
lainnya meminta belas kasihan untuknya. Pengganti Mustafa, Ahmed Pasha,
adalah seorang yang berpengalaman dalam hal pengepungan
,kemudian Turki sekarang memfokuskan pada upaya merusak benteng dan meledakan
mereka . Keteraturan lokasi di mana ranjau diledakkan di bawah
dinding (yang umumnya terletak di batu) telah mempengaruhi para penambang
Turki yang mungkin telah mengambil
keuntungan dari gorong-gorong
di bawah kota Helenistik yang terletak di bawah kota abad pertengahan Rhodes.
Serangan besar utsmani pada akhir November juga dipukul mundur, namun kedua belah pihak sekarang mulai kelelahan dengan pertempuran yang terus menerus karena mereka mencapai akhir kapasitas mereka untuk bertempur dan tidak ada pasukan bantuan bisa diharapkan tiba pada waktunya, Turki juga mengalami kelelahan karena pasukan mereka yang semakin demoralisasi disebabkan oleh korban jiwa dan penyakit yang menyebar melalui kamp mereka. Suleiman menawarkan kepada warga perdamaian, hidup mereka dan makanan jika mereka menyerah;alternatif akan kematian atau perbudakan jika Turki mengambil kota dengan paksa. Ditekan oleh warga kota, Villiers de L'Isle-Adam setuju untuk bernegosiasi. Sebuah gencatan senjata dinyatakan selama 11-13 Desember untuk memungkinkan negosiasi, tetapi ketika penduduk setempat menuntut jaminan lebih lanjut untuk keselamatan mereka, Suleiman marah dan memerintahkan pemboman dan serangan dilanjutkan. Benteng Spanyol jatuh pada 17 Desember. Dengan sebagian besar dinding yang sekarang hancur, tinggal masalah waktu sebelum kota harus menyerah, dan pada tanggal 20 Desember, setelah beberapa hari mendapat tekanan dari warga kota, Grand Master meminta gencatan senjata.
Serangan besar utsmani pada akhir November juga dipukul mundur, namun kedua belah pihak sekarang mulai kelelahan dengan pertempuran yang terus menerus karena mereka mencapai akhir kapasitas mereka untuk bertempur dan tidak ada pasukan bantuan bisa diharapkan tiba pada waktunya, Turki juga mengalami kelelahan karena pasukan mereka yang semakin demoralisasi disebabkan oleh korban jiwa dan penyakit yang menyebar melalui kamp mereka. Suleiman menawarkan kepada warga perdamaian, hidup mereka dan makanan jika mereka menyerah;alternatif akan kematian atau perbudakan jika Turki mengambil kota dengan paksa. Ditekan oleh warga kota, Villiers de L'Isle-Adam setuju untuk bernegosiasi. Sebuah gencatan senjata dinyatakan selama 11-13 Desember untuk memungkinkan negosiasi, tetapi ketika penduduk setempat menuntut jaminan lebih lanjut untuk keselamatan mereka, Suleiman marah dan memerintahkan pemboman dan serangan dilanjutkan. Benteng Spanyol jatuh pada 17 Desember. Dengan sebagian besar dinding yang sekarang hancur, tinggal masalah waktu sebelum kota harus menyerah, dan pada tanggal 20 Desember, setelah beberapa hari mendapat tekanan dari warga kota, Grand Master meminta gencatan senjata.
Pada
tanggal 22 Desember, perwakilan dari penduduk Latin dan Yunani di kota,
menerima syarat Suleiman, yang murah hati. Dimana Ksatria diberi dua belas hari
untuk meninggalkan pulau dan akan diizinkan untuk mengambil senjata mereka dan
barang berharga atau ikon agama yang
mereka inginkan. penduduk yang ingin meninggalkan pulau bisa melakukannya dalam
jangka waktu tiga tahun. Tidak ada gereja yang akan dinodai atau berubah
menjadi masjid.
Mereka yang tersisa di pulau akan bebas dari pajak utsmani selama lima tahun.
Pada 1 Januari 1523,para ksatria yang tersisa dan tentara berbaris keluar dari kota, dengan spanduk terbang, drum dan perlengkapan perang. Mereka naik 50 kapal yang telah dibuat tersedia untuk mereka dan berlayar ke Kreta (milik Venetian), disertai dengan beberapa ribu warga sipil.
Pada 1 Januari 1523,para ksatria yang tersisa dan tentara berbaris keluar dari kota, dengan spanduk terbang, drum dan perlengkapan perang. Mereka naik 50 kapal yang telah dibuat tersedia untuk mereka dan berlayar ke Kreta (milik Venetian), disertai dengan beberapa ribu warga sipil.
Pengepungan
Rhodes berakhir dengan kemenangan utsmani, meskipun dengan biaya tinggi: dimana
sebanyak setengah dari kekuatan invasi mungkin tewas atau terluka .Penaklukan
Rhodes adalah langkah besar untuk kontrol utsmani atas Mediterania timur .
Kemudian, pada tahun 1669, atas dasar ini Turki dapat menaklukan Venetian
Crete.
Knights
Hospitaller awalnya pindah ke Sisilia,
tetapi, pada tahun 1530, diperoleh pulau Malta
dan Gozo
dan kota pelabuhan Afrika Utara dari Tripoli
yang merupakan vasal dari Kaisar Charles V.
3. Pertempuran Mohacs (23 April 1526 - 13 November 1526)
Pertempuran
Mohács (bahasa Hongaria: Mohácsi csata atau vész,bahasa Turki:
Mohaç (meydan) savaşı, bahasa Kroasia: Bitka na Mohačkom polju) adalah suatu
pertempuran yang terjadi pada tanggal 29 Agustus 1526 dekat Mohács,
Kerajaan
Hongaria. Dalam pertempuran ini, pasukan tentara dari Kerajaan
Hongaria yang dipimpin oleh Raja
Lajos II
dikalahkan oleh tentara Turki
Utsmani yang dipimpin oleh Sultan Suleiman I.
Hongaria
telah lama menentang ekspansi utsmani di Eropa
Tenggara, namun jatuhnya Nándorfehérvár (sekarang Belgrade,
Serbia)
dan Szabács (sekarang Sabac,
Serbia) pada tahun 1521 berarti bahwa sebagian besar Hungaria selatan yang
tersisa dapat dipertahankan. Raja Louis II,
Raja Hungaria
dan Bohemia, mengadakan pernikahan dengan Maria dari
Habsburg di 1522. utsmani
melihat bahwa tumbuhnya aliansi ini
sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka di Balkan
dan bekerja untuk memecahkan aliansi ini. Setelah Suleiman I
berkuasa, yang Tinggi Porte
memberikan Hungaria setidaknya satu dan mungkin dua tawaran perdamaian. Tidak
jelas mengapa Louis menolak tawaran itu. Ada kemungkinan bahwa Raja Louis
sangat menyadari situasi Hungaria (terutama setelah Pertempuran
Chaldiran dan perdamaian Polandia-utsmani dari 1525) dan ia percaya
bahwa perang adalah pilihan yang lebih baik daripada perdamaian. tetapi
pertempuran akhir masih menawarkan secercah harapan. Untuk tujuan tersebut,
Raja Francis I
dari Perancis dikalahkan dalam Pertempuran
Pavia pada 24 Februari 1525 pasukan dari Habsburg
Kaisar Romawi Suci, Charles V.
Setelah
beberapa bulan di penjara, Francis berkata saya dipaksa untuk menandatangani Perjanjian
Madrid.
pada
bulan Juni 1526, sebuah ekspedisi utsmani maju sampai Sungai
Danube. Dengan memburuknya hubungan antara Hongaria dengan Kesultanan
Utsmaniyah, Suleiman melanjutkan kampanyenya di Eropa Timur pada 29 Agustus
1526 dengan mengalahkan Louis II dari
Hongaria (1506–26) dalam Pertempuran Mohács.
Ketika menemukan mayat Raja Louis, Suleiman konon berkata: "Aku memang
datang membawa senjata untuk menghadapinya; namun bukan keinginanku melihatnya
tewas karena ia belum banyak menikmati indahnya kehidupan dan
kebangsawanan.Sejak itu kerajaan Hongaria mengalami kemunduran dan Utsmaniyah
bangkit menjadi kekuatan utama di Eropa Timur.
Di bawah kepemimpinan Karl V
dan saudaranya Ferdinand I,
Kaisar Romawi Suci, Wangsa Habsburg menyerang
dan menaklukkan kembali Buda serta menguasai Hongaria. Pada tahun 1529,
Suleiman sekali lagi mengerahkan pasukan untuk menyerang Buda, dan berhasil
merebutnya.
4.pengepungan wina(10 Mei
1529 - 16 Desember 1529)
Selain
Buda, ia juga menyerang Wina. Namun dengan 16.000 tentara yang menjaga, Austria
berhasil mempertahankan Wina. Usaha kedua untuk menaklukkan Wina pada tahun
1532 juga gagal, Suleiman terpaksa mundur sebelum mencapai kota.
Kedua
kekalahan ini terjadi akibat buruknya cuaca (yang memaksa mereka meninggalkan
peralatan-peralatan penting) dan terlalu panjangnya rantai persediaan.
Penyerangan ini merupakan salah satu ekspedisi paling ambisius Kesultanan
Utsmaniyah.
Pada
tahun 1540-an, terjadi konflik di Hongaria. Beberapa bangsawan Hongaria
mengusulkan agar Ferdinand,
Adipati Utama Austria (1519–64), yang pernah menjadi pemimpin Austria dan masih satu
keluarga dengan Louis II, menjadi Raja Hongaria dengan mengutip sebuah
perjanjian bahwa wangsa
Habsburg akan mendapatkan takhta Hungaria apabila Louis tewas tanpa
menunjuk putra mahkota, namun beberapa bangsawan lebih mendukung János Zápolya. Konflik ini
memberikan peluang bagi Suleiman untuk membalas kekalahannya di Wina.
Pada
tahun 1541, wangsa Habsburgs sekali lagi terlibat konflik dengan Utsmaniyah
dengan menyerang Buda. Namun penyerangan itu gagal, bahkan beberapa benteng
mereka balik direbut dalam serangan balasan Utsmaniyah.Ferdinand dan saudaranya
Karl V kalah dan dipaksa menandatangani perjanjian yang memalukan di hadapan
Suleiman. Ferdinand dipaksa melepas klaimnya atas takhta Hongaria dan
diwajibkan membayar upeti dalam jumlah tetap setiap tahunnya kepada Sultan.
Dengan hancurnya saingan-saingan utama,
Kesultanan Utsmaniyah menjadi kekaisaran terkuat dan memegang peranan paling
penting di Eropa ketika itu.
Perang Utsmaniyah-Safawiyah
Setelah
Suleiman menstabilisasi pasukannya di front Eropa, ia mengalihkan perhatiannya
untuk menyerang Dinasti
Safawiyah dari Persia.
Ada dua peristiwa yang menyebabkan Suleiman memandang Dinasti Safawiyah sebagai
ancaman. Pertama, Gubernur Baghdad
yang loyal kepada Suleiman dibunuh oleh Shah Tahmasp dan digantikan
dengan orang yang setia kepada Shah. Kedua, Gubernur Bitlis yang dikuasai
Suleiman berkhianat dan menyatakan kesetiaan pada Dinasti Safawiyah. Sebagai
hasilnya, pada tahun 1533, Suleiman memerintahkan Wazir Agung Ibrahim Pasha
untuk memimpin pasukan ke Asia. Ia kemudian berhasil merebut kembali Bitlis dan menguasai Tabriz tanpa perlawanan
berarti. Suleiman menyusul dan bergabung dengan pasukan Ibrahim pada 1534 dan
melakukan penyerangan langsung ke Persia. Shah lebih memilih mengorbankan
teritorinya daripada menghadapi Suleiman. Pada tahun berikutnya Suleiman dan Ibrahim berhasil memasuki Baghdad, komandannya
menyerahkan kota dan mengakui Suleiman sebagai pemimpin dunia Muslim dan
pengganti sah kekhalifahan Abbasiyah.
perang Utsmani-Safawi |
Bermaksud
menghancurkan Shah untuk selamanya, Suleiman berangkat dalam kampanye kedua
pada tahun 1548–1549. Seperti sebelumnya, Tahmasp menghindari konfrontasi
dengan pasukan Utsmaniyah dan memilih untuk mundur sambil melancarkan taktik bumi hangus. Setelah menguasai Tabriz, Armenia, dan beberapa benteng di Georgia, Suleiman memilih
untuk menghentikan kampanyenya karena kerasnya musim dingin di Kaukasus
Pada tahun 1553 Suleiman memulai kampanye
ketiga dan terakhirnya melawan Shah. Sebelumnya pasukan Utsmaniyah mengalami
kekalahan di Erzurum
dan kehilangan kekuasaan atas kota tersebut di tangan anak Shah. Suleiman
berniat kembali menguasai Erzurum dengan menyeberangi Sungai Efrat. Pasukan Shah
kembali menggunakan taktiknya menghindari pasukan Utsmaniyah, yang berakibat
terjadinya kebuntuan (stalemate).
Pada tahun 1554, sebuah perjanjian ditandatangani yang mengakhiri kampanye
militer Suleiman di Asia. Termasuk dalam perjanjian itu adalah Suleiman
mengembalikan Tabriz, namun sebagai gantinya mendapatkan Baghdad, sebagian Mesopotamia, mulut Sungai
Efrat dan Tigris, serta
sebagian Teluk Persia. Shah juga berjanji untuk tidak melakukan serangan apa pun ke wilayah
Utsmaniyah.
Kampanye di Samudra Hindia dan India
Di Samudra Hindia, Suleiman
memimpin beberapa kampanye laut terhadap Portugal dengan tujuan
mengusir mereka dan mengamankan jalur perdagangan dengan India. Aden di Yemen direbut oleh
Utsmaniyah pada tahun 1538 untuk dijadikan basis serangan terhadap jajahan
Portugal di pantai Barat India. Pada bulan September 1538, Utsmaniyah gagal mengalahkan Portugal dalam Pengepungan Diu dan
terpaksa kembali ke Aden. Dari Aden, tentara Utsmaniyah dipimpin
Sulayman Pasha dapat mengambil alih seluruh wilayah Yemen serta Sa'na. Akan tetapi, Aden memberontak dan meminta bantuan Portugal, sehingga Portugal
menguasai kembali kota tersebut, hingga direbut lagi
oleh pasukan Utsmaniyah di bawah pimpinan Piri Reis pada tahun 1548.
Dengan kendali yang kuat atas Laut Merah, Suleiman
berhasil mengamankan jalur perdagangan India yang dahulu dikuasai Portugal, dan
menjaga perdagangan dengan India selama abad ke-16 Pada tahun 1564, Suleiman
menerima utusan dari Kesultanan
Aceh, yang meminta bantuan melawan Portugis. Maka ekspedisi
Utsmaniyah ke Aceh diluncurkan dan berhasil memberikan dukungan
militer terhadap Aceh.
Mediterania dan Afrika Utara
Setelah berhasil melakukan konsolidasi pada
pasukan daratnya, Suleiman mendapatkan kabar bahwa benteng Koroni di Morea telah direbut salah
satu admiral Karl V,
Andrea Doria. Kehadiran
pasukan Spanyol di Mediterania Timur menimbulkan kekhawatiran Suleiman, yang
melihat itu sebagai indikasi bahwa Karl V mencoba mengganggu dominasi
Utsmaniyah di kawasan. Suleiman merasa perlu mempertegas kekuatannya di Mediterania sehingga ia
mengerahkan salah satu komandan laut terbaiknya Khair ad Din,
yang oleh orang Eropa dikenal dengan nama Barbarossa.
Barbarossa ditugaskan untuk membangun kembali angkatan Utsmaniyah hingga
Utsmaniyah memiliki jumlah armada yang sama dengan total seluruh armada
negara-negara lain di Mediterania digabungkan. Pada tahun 1535 Karl V mendapatkan kemenangan atas Utsmaniyah di Tunis. Di saat yang sama,
Suleiman sedang berperang dengan Venesia. Hal ini memaksa
Suleiman untuk menyetujui proposal pembentukan aliansi dari François I
dari Perancis untuk melawan Karl. Pada tahun 1538, armada Spanyol dikalahkan oleh Barbarossa dalam Pertempuran
Preveza, sehingga Utsmaniyah berkuasa di wilayah itu selama 33 tahun
hingga kekalahan mereka dalam Pertempuran
Lepanto pada tahun 1571.
Bagian timur Maroko berhasil dikuasai. Wilayah Berberia seperti Tripolitania, Tunisia, dan Algeria dikuasai dan
diberi status provinsi otonom serta dijadikan ujung tombak Suleiman dalam
menghadapi Karl V. Dalam periode pendek ekspansi itu mampu mengamankan dominasi laut Utsmaniyah di
Mediterania. Angkatan laut Utsmaniyah juga mengontrol Laut Merah, dan menguasai Teluk Persia hingga 1554,
ketika kapal-kapal mereka dihancurkan oleh angkatan laut Kekaisaran
Portugis. Portugis juga menguasai Ormus
pada tahun 1515 dan bertempur dengan tentara Suleiman untuk merebut Aden.
Karena
sedang menghadapi musuh yang sama, François I dan Suleiman memperbaharui perjanjian
aliansi mereka. Sebagai hasilnya, Suleiman mengirimkan 100 kapal di bawah pimpinan Barbarossa untuk membantu pasukan Perancis di Mediterania
Barat. Barbarossa berhasil menguasai pantai Naples dan Sisilia sebelum sampai ke
Perancis. Perancis kemudian menjadikan Toulon sebagai markas
besar angkatan laut Utsmaniyah. Dari sana Barbarossa menyerang Nice pada tahun 1543. Pada
tahun 1544, François I dan Karl V mengadakan perjanjian perdamaian sehingga
aliansi antara Perancis dan Utsmaniyah berakhir sementara.
Di tempat lain, Ksatria Hospitaller yang
pernah diusir Utsmaniyah membangun kekuatan baru di Malta, membentuk ordo Ksatria Malta pada 1530.
Mereka melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal musim sehingga memancing
perhatian Utsmaniyah. Suleiman akhirnya mengirimkan tentara dalam jumlah yang
sangat besar untuk mengusir
mereka. Pertempuran dimulai pada 18 Mei dan berakhir pada 8
September. Awalnya pasukan Utsmaniyah berhasil membantai Ksatria Malta dan
menghancurkan beberapa kota, namun tentara bantuan dari Spanyol datang dan
membalikkan keadaan, menyebabkan tewasnya 30.000 tentara Utsmaniyah
0 Response to "Sejarah Kesultanan Utsmani Bagian Pertama"
Post a Comment